“Tidak. Tidak ada apa-apa sayang.” Ucap Sea yang kemudian menempelkan wajahnya ke telinga Gun.Sea menahan semua rasa kesalnya.Rasa kesal dimana dirinya akan susah untuk bersanding dengan Adams.“Kalau begitu apakah kamu sudah siap?” tanya Gun.Sea menunduk, bersikap manis, tapi juga seolah menunggu untuk di terkam oleh Gun.Sampai pada akhirnya mereka melanjutkan aktivitas ranjang nya.Sementara itu, Adams kini sedang makan malam bersama nenek Xion, Marot, dan juga Nori. Tidak lupa juga, berada dalam gendongan Nori kini ada seorang balita, anak Sea.Mereka sebelumnya sudah merencanakan makan malam ini.Lebih tepatnya, nenek Xion.Itu karena dia, masih ingin tetap menjilat Adams sampai dirinya benar-benar mendapatkan dukungan dari Gun.Karenanya, nenek Xion mengajak Adams untuk makan malam bersama, sambil membicarakan beberapa kepentingan terkait Wish Corp.Nenek Xion juga menyuruh Marot untuk menjemput istrinya agar supaya Adams lebih merasa dianggap keluarga oleh mereka, dan semaki
Setelah beberapa menit, akhirnya Rachel kembali untuk turun ke lantai bawah, dengan langkah yang begitu berat.Dia sebenarnya tidak ingin untuk kembali, jika saja ibu nya tidak kembali ke atas untuk memanggilnya untuk kedua kalinya.Rachel tidak berdandan.Dia hanya mengganti pakaiannya dengan yang lebih tertutup, itu saja.“Tap.”“Tap.”“Tap.”Rachel berjalan dengan begitu pelan saat di tangga.Dia benar-benar tidak ingin bertemu dengan mereka.Deon dan keluarganya.Rachel tahu jika, keberadaan mereka disana tidak lebih hanya untuk urusan yang tidak jelas, dan Rachel sangat tahu pasti akan hal itu.Itu tidak lain adalah akal-akalan ibunya untuk menjodohkan dirinya dengan Deon, meskipun dia sendiri sudah memiliki Radhis sebagai suaminya.Tania bukan nya tidak sadar jika menantunya kini bukanlah lagi seorang sampah dalam keluarga. Namun, satu hal yang membuat dirinya lebih memilih Deon adalah Tania merasa jika Deon bisa diatur sesuka hatinya, berbeda dengan Radhis yang berpendirian teg
“Apa yang kau lakukan?” Teriak Rachel seketika membuat Nanny keluar dari kamarnya.Sebenarnya.Sebelum ini Nanny masih ada di kamar karena sedang melaporkan kegiatan hari ini kepada Radhis. Termasuk, perihal disaat Gun datang untuk mencoba berbicara dengan Rachel tadi siang.“Tuan, Maaf! Saya harus perg.” Ucap Nanny dengan buru-buru menutup panggilan telepon dari Radhis saat dirinya mendengar jeritan Rachel.Saat keluar dari kamarnya Nanny tampak begitu khawatir dengan kondisi istri Tuan nya. Dia takut jika sesuatu yang buruk menimpa kepada Rachel.“Ada apa Nona?!” Tanya Nanny dengan ekspresi penuh akan kekhawatiran.“Apa yang sudah kau lakukan pada Nona Rachel?” Tanya Nanny dengan ekspresi wajahnya yang tampak penuh akan keseriusan.Deon seketika bergetar.Dia teringat bagaimana tangannya dulu, patah.Deon segera setelah itu hanya bisa diam dan tidak bisa berkata apa-apa.Nanny menghadap kembali ke Rachel.“Nona… apa yang sudah terjadi?” tanya Nanny kepada Rachel.“Tidak… Mungkin aku
“Kenapa kamu tampak malu?” Tanya Gun saat dia melihat Sea.“Ak–” Belum sempat Sea menjawab, ucapannya sudah harus terhenti karena, ponsel milik Gun berbunyi.Entah dari siapa panggilan itu, yang jelas, Gun tampak sangat serius saat menjawab panggilan itu. Membuat Sea penasaran, dari siapa panggilan itu berasal.“Sepertinya, kita harus pergi sekarang.” Ucap Gun sesaat setelah panggilan di ponselnya berakhir.“I–iya.” Jawab Sea dengan mengangguk manja.Sejujurnya, tidak tahu kenapa. Tapi, Sea seolah legah saat Gun mengajak dirinya untuk pergi dari sana.Di tempat yang berbeda.Rachel kini sedang bersiap untuk melanjutkan sesi pengambilan gambarnya.“Selamat pagi Nona.” Ucap Nanny, saat dirinya melihat Istri dari tuan mudanya itu sedang memakan sarapan paginya. Rachel kini memutar kepalanya ke arah Nanny.“Selamat pagi…” Jawab Rachel.Setelah itu mereka berdua makan bersama.Sudah biasa bagi Nanny untuk ikut makan bersama dengan Rachel.Tapi itu disaat Radhis tidak berada di dekat mere
***Tiba malam hari.Dengan berbalut gaun yang cukup cantik dan sedikit menggoda mata kaum laki-laki, Rachel kini sedang berada di ruangan makan pribadi, meloloskan pandangannya ke sekeliling untuk mencari teman-teman produksinya.Pada malam ini, sesuai dengan apa yang sudah direncanakan sebelumnya, Rachel sedang menunggu untuk melangsungkan makan malam dengan para teman-teman produksi iklan yang dia bintangi.Namun, tanpa dia ketahui sebenarnya ini adalah sebuah rencana yang sudah direncanakan oleh Adams.Adams melakukan ini untuk menuntaskan tugas yang telah diberikan oleh Gun.Meskipun Gun sudah diperingatkan oleh Ester, namun sepertinya itu tidak menyusutkan niatnya untuk bisa mendapatkan Rachel.Selain itu, beberapa hari yang lalu dia juga telah diberitahu oleh Adams jika, suami Rachel terkenal sebagai seorang suami yang menumpang hidup pada istrinya.Karena itu dia merasa jika dirinya akan mudah untuk bisa menaklukan Rachel untuk menjadi miliknya.Dengan sedikit paksaan dan cara
Rachel kembali dari toilet dengan tetap hanya ada Adams dan Gun disana.Teman-teman produksi yang dibilang akan datang ternyata sampai sekarang, ternyata belum sampai juga.Entah belum, atau memang tidak datang.“Kenapa yang lain belum datang, juga?”Rachel masih berdiri di dekat pintu masuk dan bertanya dengan badan tidak bergerak sama sekali, selain tangannya yang bergerak ringan memasukkan ponsel kedalam tas.“Aku sendiri juga tidak tahu, kenapa mereka belum datang juga sampai sekarang.”Adams menutupi beberapa hal dari Rachel.Termasuk hal dimana, sebenarnya pada saat ini semua teman-teman kerjanya tidak akan datang, karena sedari awal memang mereka semua tidak diundang ke acara makan malam ini.Semuanya mungkin diundang, tapi berbeda tempat dengan tempat mereka berada saat ini.“Kalau memang mereka tidak datang lebih baik saya–”“Tunggu!” Adams menghentikan Rachel, sebelum Rachel memutar badannya untuk pergi dari sana.“Jangan pergi dulu.”Adams berjalan mendekat ke arah Rachel.
Kini sudah hampir jam 5 pagi.Rachel terbangun dengan mengenakan piyama tidur berbahan satin lembut.Rachel terlihat kebingungan dan bertanya dalam hatinya, “Dimana aku sekarang?”Setelah beberapa saat meloloskan pandangannya ke sekitar, dia kembali bertanya.“Ini… Aku sudah berada di rumah?”“Nona sudah bangun?” tanya Nanny dengan membawa sebuah nampan berisi segelas susu dan roti untuk sarapan Rachel.“Apa yang terjadi?” tanya Rachel mata yang sedikit membelalak.Rachel bertanya seperti itu karena dia melihat beberapa memar di wajah Nanny.“Tidak apa-apa Nona…” Jawab Nanny dengan meletakkan nampan yang Dia pegang di nakas samping tempat tidur Rachel.“Jam berapa sekarang?” Tambah Rachel bertanya kepada Nanny.“Sudah jam 5 pagi Nona.” Jawab Nanny yang masih ada seraut kekhawatiran di wajahnya.“Bagaimana kondisi Nona?” lanjut Nanny bertanya kepada Rahel saat kini dirinya menurunkan badannya seperti berlutut bertumpu pada lututnya.“Aku baik-baik saja, tapi kepalaku masih sedikit pusi
“Apa yang kalian lakukan kepada nona Rachel?”“Kenapa kamu disini?” tanya Adams dengan kedua alisnya yang bertemu.Nanny yang merasa jika Wanita yang dia jaga sedang dalam masalah, dengan cepat Nanny berjalan maju mendekat ke arah mereka.Belum sampai dia memperpendek jarak diantara mereka, dari arah samping ada dua orang laki-laki berbadan besar menghalangi.“Minggir.” ucap Nanny dengan ketus.“Apa yang kalian tunggu, hajar Dia!” Guns memerintahkan kepada anak buahnya.“Baik Bos!” jawab kedua laki-laki berbadan besar tadi.satu pukulan mengarah ke arah Nanny.Dengan cepat Nanny memiringkan badannya ke arah samping untuk menghindarinya, sementara itu diwaktu yang sama dia mengangkat lututnya menghujam ke bagian atas perut laki-laki itu.perbedaan ukuran membuat tenaga serta ketahanan tubuh mereka berbeda juga. “Hugh!” suara mulut laki-laki itu.Akan tetapi, laki-laki itu lanjut tersenyum dan berbicara kepada Nanny.“Apa hanya segitu tenagamu?” laki-laki berbadan besar itu seolah seda