Kini sudah hampir jam 5 pagi.Rachel terbangun dengan mengenakan piyama tidur berbahan satin lembut.Rachel terlihat kebingungan dan bertanya dalam hatinya, “Dimana aku sekarang?”Setelah beberapa saat meloloskan pandangannya ke sekitar, dia kembali bertanya.“Ini… Aku sudah berada di rumah?”“Nona sudah bangun?” tanya Nanny dengan membawa sebuah nampan berisi segelas susu dan roti untuk sarapan Rachel.“Apa yang terjadi?” tanya Rachel mata yang sedikit membelalak.Rachel bertanya seperti itu karena dia melihat beberapa memar di wajah Nanny.“Tidak apa-apa Nona…” Jawab Nanny dengan meletakkan nampan yang Dia pegang di nakas samping tempat tidur Rachel.“Jam berapa sekarang?” Tambah Rachel bertanya kepada Nanny.“Sudah jam 5 pagi Nona.” Jawab Nanny yang masih ada seraut kekhawatiran di wajahnya.“Bagaimana kondisi Nona?” lanjut Nanny bertanya kepada Rahel saat kini dirinya menurunkan badannya seperti berlutut bertumpu pada lututnya.“Aku baik-baik saja, tapi kepalaku masih sedikit pusi
“Apa yang kalian lakukan kepada nona Rachel?”“Kenapa kamu disini?” tanya Adams dengan kedua alisnya yang bertemu.Nanny yang merasa jika Wanita yang dia jaga sedang dalam masalah, dengan cepat Nanny berjalan maju mendekat ke arah mereka.Belum sampai dia memperpendek jarak diantara mereka, dari arah samping ada dua orang laki-laki berbadan besar menghalangi.“Minggir.” ucap Nanny dengan ketus.“Apa yang kalian tunggu, hajar Dia!” Guns memerintahkan kepada anak buahnya.“Baik Bos!” jawab kedua laki-laki berbadan besar tadi.satu pukulan mengarah ke arah Nanny.Dengan cepat Nanny memiringkan badannya ke arah samping untuk menghindarinya, sementara itu diwaktu yang sama dia mengangkat lututnya menghujam ke bagian atas perut laki-laki itu.perbedaan ukuran membuat tenaga serta ketahanan tubuh mereka berbeda juga. “Hugh!” suara mulut laki-laki itu.Akan tetapi, laki-laki itu lanjut tersenyum dan berbicara kepada Nanny.“Apa hanya segitu tenagamu?” laki-laki berbadan besar itu seolah seda
Radhis mengabaikan apa yang diteriakkan oleh Gun.Dia kini justru memeluk istrinya yang sedikit kurang sadarkan diri, karena dalam pengaruh obat yang sudah diberikan oleh Gun dan Adams di dalam minumannya.“Kenapa kamu bisa menjadi seperti ini…” gerutu Radis lirih saat melihat Istrinya mulai menggeliat.Matanya mulai mencalang, kini dirinya dipenuhi akan rasa amarah.Guns yang melihat ekspresi Laki-laki di hadapannya, mulai merasakan kengerian yang bahkan sampai membuat bulu kuduknya berdiri.“Kemana mereka?” Tanya Guns dalam hatinya saat sedari tadi tidak ada satupun orang-orangnya yang datang.Getaran rasa takut mulai dia rasakan.Namun Dia masih mencoba untuk terlihat berani guna mengintimidasi lawannya.Sayang sekali yang di intimidasi olehnya saat ini adalah Radhis. Seseorang yang mungkin tidak akan terintimidasi oleh siapapun.“Si–siapa kamu?” Tanya Guns, dengan satu menunjuk ke arah Radhis.Radhis masih mengabaikan Guns, dia kini memilih untuk membopong istrinya.Membawa Rache
Radhis yang mendengar nama keluarga Esfor menjadi sedikit kaget dan sedikit lebih emosi lagi dari sebelumnya.Itu karena dia merasa jika kenapa seorang anggota keluarga Esfor ada yang seperti itu.Tidak memiliki etika dan berperilaku bejat.“Dimana Ester?” Radhis bertanya kepada Ed.Ed yang tau jika saat ini Radhis sedang merasa marah menjawab pertanyaan dengan sedikit terdengar enggan.“Di–dia sepertinya belum datang Tuan.” Ucapnya.“Tok tok tok.” Suara ketukan pintu terdengar tepat setelah Ed menutup mulutnya.“Permisi sebentar Tuan.” Ucap Nanny yang kemudian berlanjut pergi untuk membuka pintu.Benar saja, Ester sangat berumur panjang, baru saja Radhis bertanya kepada mereka yang ada disana dimana Ester, tidak menunggu waktu Ester sudah datang.“Maaf atas keterlambatan saya.” Ucap Ester dengan nafasnya yang sedikit tersengal.Sepertinya Dia tadi berlari menuju ke kamar yang mereka gunakan untuk pertemuan malam ini.Ester melihat ekskresi Radhis yang memancarkan emosi.“Bagaimana bi
Awalnya Radhis masih berbaik sangka masih menganggap jika semuanya terjadi dengan tidak sengaja. Namun sekarang dia benar-benar emosi karena dia tahu jika apa yang terjadi kepada istrinya memanglah disengaja dan direncanakan.“Abaikan dulu masalah ini,” ucap Radhis dengan mencoba untuk meredam emosinya.Dia merasa memanglah emosi untuk saat ini. Namun dia merasa jika Dia akan memberi pelajaran kepada mereka yang sudah berbuat tidak menyenangkan kepada istrinya secara langsung.“Kalian kembali lah.” Ucap Radhis memerintahkan kepada mereka semua yang ada disana.“Besok aku akan pergi ke Geneve, untuk melihat-lihat dan kita bertemu disana.” Tambah Radhis.“Baik Tuan!” Jawab semua orang secara serentak.Mereka satu persatu mulai meninggalkan ruangan, dimulai dari Boaz dan Rocky.Disusul oleh Ed Ackerly, sampai tinggal Ester yang ada disana.Sepertinya ada sesuatu yang ingin dibicarakan oleh Ester.Ester masih duduk, sama seperti Radhis.Wanita itu kini duduk dengan ekspresinya yang sedi
*** Beberapa saat sebelumnya disaat Radhis dan yang yang lain nya berbicara.Gun sedang berada di suatu tempat dengan Adams, serta Sea.Posisi mereka sangat aneh untuk orang yang mengerti hubungan di antara ketiganya.Dimana Adams berdiri dengan kepala menunduk.Sementara Gun sedang duduk dengan ditemani oleh Sea di pangkuannya.Bukan hanya itu, dapat terlihat jelas jika pada saat ini tangan Gun sedang meraba-raba pinggul wanita itu.“Sial benar!” Ucap Gun yang merasa kesal.Dia merasa jika baru kali ini ada yang berani untuk mengganggu dirinya.Bahkan Gun merasa jika laki-laki tadi dengan terang-terangan mengintimidasi dirinya.Sea sekilas mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya bisa menduga jika laki-laki yang dimaksud oleh mereka itu tentu adalah Radhis.“Sepertinya pecundang itu ini telah kembali…” Ucap Sea.“Dia adalah suami Rachel yang tidak berguna.” Ucap Sea memberitahu Gun.“Jadi Dia…”Gun mencoba untuk berpikir sejenak.Sejujurnya Gun tidak tahu siapa laki-laki tadi. Dia
Nenek Xion dan Marrot kini mulai paham jika sepertinya Radhis pulang.Mereka terkadang berpikir jika Radhis adalah sebuah penghalang besar dalam setiap rencana mereka, apalagi disaat ini mereka masih menumpang di Villa milik Rachel yang pernah dibilang oleh Rachel jika Villa ini diberikan oleh Radhis kepada dirinya.“Bu… Si brengsek itu pulang. Apa yang harus kita lakukan?” Marot bertanya dengan berbisik kepada Nenek Xion.“Kamu tenang saja…”Ucap nenek Xion berbisik balik kepada Marrot.“Kamu tidak perlu khawatir, sebentar lagi saat Wish Corp bangkit kita akan pergi dari sini…” Tambah nenek Xion yang masih dengan berbisik kepada Marrot.“Benar Bu…” Ucap Marrot mulai menyeringai.Kini mereka kembali fokus kepada Adams.Ibu dan Ana itu kini mulai bertanya, untuk memastikan.Apakah benar jika tadi rencana Adams diganggu oleh Radhis?“Apa benar dia suami Rachel?” Adams menjelaskan kepada nenek Xion jika Sea sendiri yang berkata jika laki-laki yang mengganggu rencananya tadi kemungkinan b
Dere sadar akan kesalahan dirinya dalam menanggapi kalimat-kalimat yang sudah diucapkan oleh mereka.“Oh.. Tidak.. aku tidak bermaksud–”Belum selesai Dere berkata-kata, ucapannya sudah dipotong oleh nenek Xion.“Sepertinya kamu memang sengaja membela menantumu yang kurang ajar itu!” Tuding nenek Xion.“Bukan begitu Bu–”“Ahh Sudahlah!” Lagi-lagi sebelum selesai Dere berbicara, nenek Xion sudah memotong ucapannya.“Apa kamu tahu, apa yang akan terjadi jika sampai Tuan Gun menggunakan kekuasaannya untuk membuat perhitungan dengan kita?”Saat ini giliran Marot yang berbicara kepada Dere.Kalimat yang diucapkan oleh Marrot senada dengan sebuah ancaman.Kata-katanya seolah Marot sedang memperingatkan kepada Dere jika pada saat ini menantu Dere, “Radhis” telah melakukan sesuatu yang dapat mengancam keluarga besar mereka.“Apa kamu Tahu sekuat apa, kekuasaan Tuan Gun?” Marrot masih mengintimidasi Dere.“Mungkin menantumu itu bekerja untuk Ed Ackerley.”“Tapi tetap saja, pekerja rendahan s