“Kenapa kamu tampak malu?” Tanya Gun saat dia melihat Sea.“Ak–” Belum sempat Sea menjawab, ucapannya sudah harus terhenti karena, ponsel milik Gun berbunyi.Entah dari siapa panggilan itu, yang jelas, Gun tampak sangat serius saat menjawab panggilan itu. Membuat Sea penasaran, dari siapa panggilan itu berasal.“Sepertinya, kita harus pergi sekarang.” Ucap Gun sesaat setelah panggilan di ponselnya berakhir.“I–iya.” Jawab Sea dengan mengangguk manja.Sejujurnya, tidak tahu kenapa. Tapi, Sea seolah legah saat Gun mengajak dirinya untuk pergi dari sana.Di tempat yang berbeda.Rachel kini sedang bersiap untuk melanjutkan sesi pengambilan gambarnya.“Selamat pagi Nona.” Ucap Nanny, saat dirinya melihat Istri dari tuan mudanya itu sedang memakan sarapan paginya. Rachel kini memutar kepalanya ke arah Nanny.“Selamat pagi…” Jawab Rachel.Setelah itu mereka berdua makan bersama.Sudah biasa bagi Nanny untuk ikut makan bersama dengan Rachel.Tapi itu disaat Radhis tidak berada di dekat mere
***Tiba malam hari.Dengan berbalut gaun yang cukup cantik dan sedikit menggoda mata kaum laki-laki, Rachel kini sedang berada di ruangan makan pribadi, meloloskan pandangannya ke sekeliling untuk mencari teman-teman produksinya.Pada malam ini, sesuai dengan apa yang sudah direncanakan sebelumnya, Rachel sedang menunggu untuk melangsungkan makan malam dengan para teman-teman produksi iklan yang dia bintangi.Namun, tanpa dia ketahui sebenarnya ini adalah sebuah rencana yang sudah direncanakan oleh Adams.Adams melakukan ini untuk menuntaskan tugas yang telah diberikan oleh Gun.Meskipun Gun sudah diperingatkan oleh Ester, namun sepertinya itu tidak menyusutkan niatnya untuk bisa mendapatkan Rachel.Selain itu, beberapa hari yang lalu dia juga telah diberitahu oleh Adams jika, suami Rachel terkenal sebagai seorang suami yang menumpang hidup pada istrinya.Karena itu dia merasa jika dirinya akan mudah untuk bisa menaklukan Rachel untuk menjadi miliknya.Dengan sedikit paksaan dan cara
Rachel kembali dari toilet dengan tetap hanya ada Adams dan Gun disana.Teman-teman produksi yang dibilang akan datang ternyata sampai sekarang, ternyata belum sampai juga.Entah belum, atau memang tidak datang.“Kenapa yang lain belum datang, juga?”Rachel masih berdiri di dekat pintu masuk dan bertanya dengan badan tidak bergerak sama sekali, selain tangannya yang bergerak ringan memasukkan ponsel kedalam tas.“Aku sendiri juga tidak tahu, kenapa mereka belum datang juga sampai sekarang.”Adams menutupi beberapa hal dari Rachel.Termasuk hal dimana, sebenarnya pada saat ini semua teman-teman kerjanya tidak akan datang, karena sedari awal memang mereka semua tidak diundang ke acara makan malam ini.Semuanya mungkin diundang, tapi berbeda tempat dengan tempat mereka berada saat ini.“Kalau memang mereka tidak datang lebih baik saya–”“Tunggu!” Adams menghentikan Rachel, sebelum Rachel memutar badannya untuk pergi dari sana.“Jangan pergi dulu.”Adams berjalan mendekat ke arah Rachel.
Kini sudah hampir jam 5 pagi.Rachel terbangun dengan mengenakan piyama tidur berbahan satin lembut.Rachel terlihat kebingungan dan bertanya dalam hatinya, “Dimana aku sekarang?”Setelah beberapa saat meloloskan pandangannya ke sekitar, dia kembali bertanya.“Ini… Aku sudah berada di rumah?”“Nona sudah bangun?” tanya Nanny dengan membawa sebuah nampan berisi segelas susu dan roti untuk sarapan Rachel.“Apa yang terjadi?” tanya Rachel mata yang sedikit membelalak.Rachel bertanya seperti itu karena dia melihat beberapa memar di wajah Nanny.“Tidak apa-apa Nona…” Jawab Nanny dengan meletakkan nampan yang Dia pegang di nakas samping tempat tidur Rachel.“Jam berapa sekarang?” Tambah Rachel bertanya kepada Nanny.“Sudah jam 5 pagi Nona.” Jawab Nanny yang masih ada seraut kekhawatiran di wajahnya.“Bagaimana kondisi Nona?” lanjut Nanny bertanya kepada Rahel saat kini dirinya menurunkan badannya seperti berlutut bertumpu pada lututnya.“Aku baik-baik saja, tapi kepalaku masih sedikit pusi
“Apa yang kalian lakukan kepada nona Rachel?”“Kenapa kamu disini?” tanya Adams dengan kedua alisnya yang bertemu.Nanny yang merasa jika Wanita yang dia jaga sedang dalam masalah, dengan cepat Nanny berjalan maju mendekat ke arah mereka.Belum sampai dia memperpendek jarak diantara mereka, dari arah samping ada dua orang laki-laki berbadan besar menghalangi.“Minggir.” ucap Nanny dengan ketus.“Apa yang kalian tunggu, hajar Dia!” Guns memerintahkan kepada anak buahnya.“Baik Bos!” jawab kedua laki-laki berbadan besar tadi.satu pukulan mengarah ke arah Nanny.Dengan cepat Nanny memiringkan badannya ke arah samping untuk menghindarinya, sementara itu diwaktu yang sama dia mengangkat lututnya menghujam ke bagian atas perut laki-laki itu.perbedaan ukuran membuat tenaga serta ketahanan tubuh mereka berbeda juga. “Hugh!” suara mulut laki-laki itu.Akan tetapi, laki-laki itu lanjut tersenyum dan berbicara kepada Nanny.“Apa hanya segitu tenagamu?” laki-laki berbadan besar itu seolah seda
Radhis mengabaikan apa yang diteriakkan oleh Gun.Dia kini justru memeluk istrinya yang sedikit kurang sadarkan diri, karena dalam pengaruh obat yang sudah diberikan oleh Gun dan Adams di dalam minumannya.“Kenapa kamu bisa menjadi seperti ini…” gerutu Radis lirih saat melihat Istrinya mulai menggeliat.Matanya mulai mencalang, kini dirinya dipenuhi akan rasa amarah.Guns yang melihat ekspresi Laki-laki di hadapannya, mulai merasakan kengerian yang bahkan sampai membuat bulu kuduknya berdiri.“Kemana mereka?” Tanya Guns dalam hatinya saat sedari tadi tidak ada satupun orang-orangnya yang datang.Getaran rasa takut mulai dia rasakan.Namun Dia masih mencoba untuk terlihat berani guna mengintimidasi lawannya.Sayang sekali yang di intimidasi olehnya saat ini adalah Radhis. Seseorang yang mungkin tidak akan terintimidasi oleh siapapun.“Si–siapa kamu?” Tanya Guns, dengan satu menunjuk ke arah Radhis.Radhis masih mengabaikan Guns, dia kini memilih untuk membopong istrinya.Membawa Rache
Radhis yang mendengar nama keluarga Esfor menjadi sedikit kaget dan sedikit lebih emosi lagi dari sebelumnya.Itu karena dia merasa jika kenapa seorang anggota keluarga Esfor ada yang seperti itu.Tidak memiliki etika dan berperilaku bejat.“Dimana Ester?” Radhis bertanya kepada Ed.Ed yang tau jika saat ini Radhis sedang merasa marah menjawab pertanyaan dengan sedikit terdengar enggan.“Di–dia sepertinya belum datang Tuan.” Ucapnya.“Tok tok tok.” Suara ketukan pintu terdengar tepat setelah Ed menutup mulutnya.“Permisi sebentar Tuan.” Ucap Nanny yang kemudian berlanjut pergi untuk membuka pintu.Benar saja, Ester sangat berumur panjang, baru saja Radhis bertanya kepada mereka yang ada disana dimana Ester, tidak menunggu waktu Ester sudah datang.“Maaf atas keterlambatan saya.” Ucap Ester dengan nafasnya yang sedikit tersengal.Sepertinya Dia tadi berlari menuju ke kamar yang mereka gunakan untuk pertemuan malam ini.Ester melihat ekskresi Radhis yang memancarkan emosi.“Bagaimana bi
Awalnya Radhis masih berbaik sangka masih menganggap jika semuanya terjadi dengan tidak sengaja. Namun sekarang dia benar-benar emosi karena dia tahu jika apa yang terjadi kepada istrinya memanglah disengaja dan direncanakan.“Abaikan dulu masalah ini,” ucap Radhis dengan mencoba untuk meredam emosinya.Dia merasa memanglah emosi untuk saat ini. Namun dia merasa jika Dia akan memberi pelajaran kepada mereka yang sudah berbuat tidak menyenangkan kepada istrinya secara langsung.“Kalian kembali lah.” Ucap Radhis memerintahkan kepada mereka semua yang ada disana.“Besok aku akan pergi ke Geneve, untuk melihat-lihat dan kita bertemu disana.” Tambah Radhis.“Baik Tuan!” Jawab semua orang secara serentak.Mereka satu persatu mulai meninggalkan ruangan, dimulai dari Boaz dan Rocky.Disusul oleh Ed Ackerly, sampai tinggal Ester yang ada disana.Sepertinya ada sesuatu yang ingin dibicarakan oleh Ester.Ester masih duduk, sama seperti Radhis.Wanita itu kini duduk dengan ekspresinya yang sedi