“Disini kamu? Kami dari tadi mencarimu.” Ucap Axel kepada Radhis.“Maaf tadi aku terburu-buru karena takut pegawai itu akan memaksa aku untuk membawa pakaian lamaku.” Jawab Radhis sedikit bercanda.Entah kenapa, untuk yang mengenal Radhis cukup lama pasti akan mengerti jika Radhis sedikit berbeda kali ini.Radhis seolah menjadi Radhis yang dulu, dimana dia sedikit lebih sering tersenyum.“Mari ikut kami ke mobil, jadi kamu tidak perlu menunggu taxi.” Ucap Marta dengan sedikit kalem.Entah kenapa, Marta dan Axel ini seolah orang berbeda dengan orang yang tadi datang ke toko dan berkata, “aku ingin pakaian yang mahal.” Kali ini sikap mereka kepada Radhis tampak begitu sopan, bisa dibilang mereka adalah orang yang baik. Tapi terkadang Radhis menyadari, dari sikap sopan itu terkadang saat dia membalikkan badannya, seolah ada tatapan aneh di belakangnya. tatapan dengan rasa benci dan merendahkan.“Oh tidak perlu, aku sudah bilang kalian bisa mengikutiku dari belakang.” Ucap Radhis dengan
Ester sudah berjalan pergi dari kamar rawat Rachel. "Rachel. Kamar ini sangat besar dan mewah. Pasti sangat nyaman." Ucap Marta kepada Rachel yang terbaring duduk bersandar di tempat tidurnya."Bagaimanapun, ini adalah rumah sakit. Tidak ada kata nyaman. Karena saat kita berada disini itu berarti kita sedang sakit." Ucap Rachel dengan cemberut lucu.Marta tertawa, "kamu benar… bagaimana aku bisa bilang seperti itu." Marta dan Rachel lanjut berbincang-bincang. Radhis menatap ke Nora lalu berkata;"Kamu pergi ke Nona Ester, temani dia." "Baik Tuan." Jawab Nora yang setelah itu pergi dari sana menuju ke kamar perawatan milik Ester."Istriku… disini ada temanmu. Tolong ijinkan aku untuk pergi ke ruangan Ester karena ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengannya.""Iya… kamu bisa pergi." Jawab Rachel dengan tersenyum.Beberapa saat kemudian. Saat ini di ruangan Rachel hanya ada beberapa orang. Yaitu; Marta, Axel, Nanny, dan Rachel itu sendiri.Marta segera menjelaskan kepada Rachel p
“Tuan Mu–”Saat itu Axel hampir saja bertanya kepada Rachel, “Tuan muda Zond?” akan tetapi Axel mengurungkan niatnya. Sepertinya kali ini Axel ingin mencoba peruntungannya dengan cara yang lain dari biasanya. “Apa benar jika suami nona hanya seorang yatim piatu?”“Apa maksud anda?”“Apa anda mau bilang jika suami saya adalah salah satu dari anggota keluarga Zond?”Rachel berceletuk dengan tertawa.Sebenarnya, dalam hati Rachel berkata jik; dirinya sebenarnya juga merasa seperti itu, tapi dia tidak mau terlalu cepat menarik kesimpulan dan membuatnya menjadi malu, karena itulah dia sempat berkata dalam hatinya jika dia ingin menanyakan ini semua kepada Radhis saat dia sehat nanti.“Oh… bukan itu maksud saya.” jawab Axel dengan mengelus bagian belakang kepalanya.“Sepertinya benar yang dirumorkan jika tuan muda Zond tidak pernah mau mengungkapkan identitasnya. aku sempat berpikir jika itu hanyalah rumor. tappi saat istrinya sendiri tidak tahu sekarang aku menjadi yakin.” ucap Axel dala
Dengan lembut Rachel menjawab, “si–siapa bilang aku malu?” Radhis mulai memeras handuk kecil yang akan dia pakai untuk membasuh badan istrinya.Dengan lembut laki-laki ini mulai mengusapkan handuk itu di badan sang istri. Leher dan belakang telinga adalah titik awal usapan itu. “Suamiku…” Rachel tanpa sengaja merintih. “Kenapa? apa aku menyakitimu?” Tanya Radhis saat, mendengar dan tidak mengerti maksud dari rintihan istrinya. Rachel menggelengkan kepalanya.Mengisyaratkan kepada Radhis jika dirinya tidak kenapa-kenapa. “Kalau begitu aku akan melanjutkannya.” Radhis kembali mulai, mengusap badan istrinya. Radhis begitu telaten, tidak ada bagian tubuh istrinya yang terlewatkan punggung, pinggang, perut, dan bahkan dadanya. Membuat Rachel sedikit merasa malu, dan wajahnya merah karena menahan hasratnya karena yang lama tidak disentuh oleh sang suami. Keringat kini sudah tidak ada lagi di badan Rachel. Dia juga sudah berganti dengan pakaian pasien rumah sakit yang baru, membua
Niatan nenek Xion terlaksana. Sesuai tebakannya, ternyata Dere benar-benar tidak memberitahukan kepada Tania perihal uang seratus ribu dolar yang diberikan oleh Radhis kepada dirinya. Dengan begini, dia merasa senang dalam hatinya karena bisa melihat pertikaian antara Dere dan Tania. “Siapa suruh kamu tidak mau memberikan uang itu kepada ku.” Ucap nenek Xion dalam hatinya. Namun meskipun begitu, alih-alih melerai, nenek Xion semakin memperkeruhnya dengan kata-kata tersirat yang dia sampaikan, “Tania… niatan suamimu dan menantumu itu baik, mereka semuanya tahu jika kamu yang dikuasakan uang itu makan akan—” “Jadi maksud kalian semua aku tidak pantas memegang uang? begitu?!” Teriak tania dengan melayangkan pandangannya ke arah Radhis dan kembali ke suaminya. “Nenek Tua ini sengaja melakukan ini.” Ucap Radhis dalam hatinya. Tania mulai lepas kendali. Dia meringkuk di bawah dan menangis. “Aku tidak menyangka, kalian sekejam itu padaku… mungkin dulu aku memang dari keluarga kala
Di rumah sakit, saat ini Radhis sedang menemani sang istri bersama dengan Dere. “Ayah… sebaiknya ayah pulang. ini sudah sore. aku yakin ibu sudah memaafkan ayah…” ucap Rachel dengan lembut kepada ayahnya. “Jika memang ibu masih marah, berikan saja uang yang aku berikan kepada ayah waktu itu,” tambah Radhis berbicara kepada Dere. Dere mencoba untuk menuruti saran anak dan menantunya. Dere segera pulang untuk menemani dan meminta maaf kepada Tania. Kebetulan pada saat itu Vivian juga tidak ada di vila. Vivian pergi karena ada beberapa hal yang harus dia selesaikan di proyek pembangunan mighty mall miliknya. Dere dengan tulus memohon maaf kepada istrinya. Tania yang merasa dirinya sudah memiliki uang seratus juta dolar dengan santainya menanggapi permintaan maaf dari suaminya. “Tenang saja, aku sudah memaafkanmu…” jawab Tania. “Sekarang tolong kamu antarkan aku untuk berbelanja. Ada pakaian yang ingin aku beli.” Tambah tania kepada suaminya. Dere tentu saja merasa kaget saat me
Keesokan harinya di Villa A1. Disana hadir Deon, beserta keluarganya. Vivian dan juga Ester.Tidak lupa Ed Ackerley juga hadir disana. Mereka semuanya berkumpul untuk merayakan kepulangan Rachel dari rumah sakit. Radhis datang membawa mobilnya, dengan Boas sebagai supir. Radhis keluar lebih dulu, dan boas membuka sebelah pintu.Radhis bergegas menuju ke pintu yang dibuka oleh Boas, dengan penuh kasih sayang Radhis memegang tangan sang istri dan menuntunnya berjalan. “Aku sudah tidak apa-apa…” “Tidak… aku akan terus seperti ini sampai kamu benar-benar pulih sepenuhnya.” Jawab Radhis dengan manis tepat di depan wajah Rachel. Berbeda dengan sebelumnya, saat ini Radhis memakai sebuah celana jeans panjang dengan hoodie sebagai atasanya, menunjukan kesederhanaan. “Selamat atas kepulangannya… selamat atas kesembuhannya…” itu adalah kata-kata yang terucap dari ,mulut orang-orang yang ada disana pada waktu itu. Rachel menanggapi itu semua dengan sebuah senyum ikhlas. Setelah beberap
“Tch!” Deon dan Sandra sama-sama berdecak saat mereka kemesraan antara suami istri itu. Merasa saat ini hanya ada dua keluarga di ruang tamu, Sandra mulai kembali berani berbicara.Dia mulai berani karena merasa jika suaminya Daka Dodge tidak akan melarangnya atau merundungnya lagi. “Tania… lihat anak dan menantu tidak berguna mu itu. Bagaimana mungkin mereka memamerkan keintiman di depan umum. Sungguh tidak punya etika!” Saat mendengar itu, Tania yang kini tanpa diketahui oleh orang lain menyimpan uang cukup banyak, mulai merasa jika dia sudah berada di atas Radhis. Terang saja itu membuat dirinya menjadi kembali berani kepada Radhis. Terlebih lagi, disaat semua orang memberikan hadiah kepada Rachel sebagai bentuk ucapan selamat atas kepulangannya dari rumah sakit tadi, Deon secara pribadi memberikan juga hadiah kepada tania sebuah kalung berliontin giok. yang katanya seharga ratusan ribu dolar. Dengan itu, sudah cukup untuk menarik kembali simpati dan perhatian dari Tania. “R