***Dengan kedua tangan yang memegang kemudi begitu erat, Radhis sedang memacu mobilnya di jalanan kota.Raut wajahnya seolah menunjukkan ada sesuatu yang membuat dia marah."Sial! Sepertinya mereka sekarang sudah mulai pintar bermain seperti ini…" ucap Radhis dengan memberikan satu pukulan ringan ke kemudi mobil miliknya.Akhirnya setelah beberapa saat berkendara, Radhis sampai di tempat yang dibilang oleh Ed. Tempatnya sedikit jauh dari jalanan. Itu membuat Radhis harus meninggalkan mobilnya di luar. Dia meneruskan berjalan kaki ke tempat dimana Ed menunggunya saat ini.Tempat itu adalah sebuah perkampungan kumuh. Ed sudah berada disana menanti kedatangan Radhis dengan beberapa orang."Maaf tuan. Sudah membuat Tuan jauh-jauh datang ke sini." Ucap Ed dengan hormat. “Tidak. Tidak masalah.” Jawab Radhis dengan mata yang melihat ke sekeliling nya.Radhis mendapat mayat seorang laki-laki disana.“Ini…” Radhis sedikit merasa tidak asing dengan luka yang ada pada mayat itu.“Biarkan saya
Ponselnya terhubung melalui bluetooth dengan audio dalam mobilnya.Beberapa kali tekan layar di head unit dashboard, Radhis menghubungi Boas yang ternyata sengaja ditinggalkan di rumah sakit untuk sekedar membantu menjaga Rachel dan Ester.“Bagaimana keadaan disana?” Tanya Radhis.“Semuanya aman Tuan. Saat ini saya berada di depan pintu kamar Nona, dan Nanny di dalam bersama Nona. Sedangkan Nora saat ini sedang menemani Nona Ester, karena ini sudah waktunya untuk makan siang.”Radhis merasa itu cukup baik dan terkendali.Sampai saat tiba-tiba Boas berkata kembali.“Ada sesuatu yang ingin saya laporkan Tuan.”“Apa itu” Radhis bertanya dengan santai karena dia merasa jika itu pasti hanyalah tentang hal kecil.“Mengenai Dokter yang dikirim oleh tuan Ed Ackerley, saya merasa ada yang aneh. Dia sering kali menemui Nona Ester di ruangannya.” ucap Boas yang melapor kepada Radhis.“Mungkin dia hanya mengecek kondisi kesehatan pasien…” Jawab Radhis yang masih berpikir secara positif.“Bukank
Ternyata, itu adalah wanita yang tadi naik ke lantai dua untuk memilih dan mencari pakaian yang paling mahal."Benar… kamu Radhis kan? Suaminya Rachel dari keluarga Wish." Ucap sang wanita."Kamu…?" Tanya Radhis yang merasa tidak mengenal wanita itu. “Aku adalah Marta, teman kuliah Rachel dan aku dulu datang ke pesta pernikahan kalian…” “Oh… benarkah? maaf aku tidak bermaksud untuk melupakannya…” Jawab Radhis dengan tersenyum, karena wanita itu ternyata berbicara dengan sopan kepadanya."Perkenalkan ini pacarku, Axel." Ucap sang wanita memperkenalkan laki-laki yang ada di sampingnya.“Sayang, kenalkan dia adalah Radhis, Suami Rachel, Rachel adalah teman satu jurusan denganku semasa kuliah.” Wanita itu juga mulai berbicara dengan laki-laki yang berdiri di sampingnya.Dengan mengulurkan tangannya, laki-laki itu berkata. “Perkenalkan, Axel. Saya bekerja sebagai manajer keuangan di perusahaan dagang milik Gienis.” “Radhis, paruh waktu di beberapa tempat sekaligus.” Jawab Radhis dengan
“Disini kamu? Kami dari tadi mencarimu.” Ucap Axel kepada Radhis.“Maaf tadi aku terburu-buru karena takut pegawai itu akan memaksa aku untuk membawa pakaian lamaku.” Jawab Radhis sedikit bercanda.Entah kenapa, untuk yang mengenal Radhis cukup lama pasti akan mengerti jika Radhis sedikit berbeda kali ini.Radhis seolah menjadi Radhis yang dulu, dimana dia sedikit lebih sering tersenyum.“Mari ikut kami ke mobil, jadi kamu tidak perlu menunggu taxi.” Ucap Marta dengan sedikit kalem.Entah kenapa, Marta dan Axel ini seolah orang berbeda dengan orang yang tadi datang ke toko dan berkata, “aku ingin pakaian yang mahal.” Kali ini sikap mereka kepada Radhis tampak begitu sopan, bisa dibilang mereka adalah orang yang baik. Tapi terkadang Radhis menyadari, dari sikap sopan itu terkadang saat dia membalikkan badannya, seolah ada tatapan aneh di belakangnya. tatapan dengan rasa benci dan merendahkan.“Oh tidak perlu, aku sudah bilang kalian bisa mengikutiku dari belakang.” Ucap Radhis dengan
Ester sudah berjalan pergi dari kamar rawat Rachel. "Rachel. Kamar ini sangat besar dan mewah. Pasti sangat nyaman." Ucap Marta kepada Rachel yang terbaring duduk bersandar di tempat tidurnya."Bagaimanapun, ini adalah rumah sakit. Tidak ada kata nyaman. Karena saat kita berada disini itu berarti kita sedang sakit." Ucap Rachel dengan cemberut lucu.Marta tertawa, "kamu benar… bagaimana aku bisa bilang seperti itu." Marta dan Rachel lanjut berbincang-bincang. Radhis menatap ke Nora lalu berkata;"Kamu pergi ke Nona Ester, temani dia." "Baik Tuan." Jawab Nora yang setelah itu pergi dari sana menuju ke kamar perawatan milik Ester."Istriku… disini ada temanmu. Tolong ijinkan aku untuk pergi ke ruangan Ester karena ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengannya.""Iya… kamu bisa pergi." Jawab Rachel dengan tersenyum.Beberapa saat kemudian. Saat ini di ruangan Rachel hanya ada beberapa orang. Yaitu; Marta, Axel, Nanny, dan Rachel itu sendiri.Marta segera menjelaskan kepada Rachel p
“Tuan Mu–”Saat itu Axel hampir saja bertanya kepada Rachel, “Tuan muda Zond?” akan tetapi Axel mengurungkan niatnya. Sepertinya kali ini Axel ingin mencoba peruntungannya dengan cara yang lain dari biasanya. “Apa benar jika suami nona hanya seorang yatim piatu?”“Apa maksud anda?”“Apa anda mau bilang jika suami saya adalah salah satu dari anggota keluarga Zond?”Rachel berceletuk dengan tertawa.Sebenarnya, dalam hati Rachel berkata jik; dirinya sebenarnya juga merasa seperti itu, tapi dia tidak mau terlalu cepat menarik kesimpulan dan membuatnya menjadi malu, karena itulah dia sempat berkata dalam hatinya jika dia ingin menanyakan ini semua kepada Radhis saat dia sehat nanti.“Oh… bukan itu maksud saya.” jawab Axel dengan mengelus bagian belakang kepalanya.“Sepertinya benar yang dirumorkan jika tuan muda Zond tidak pernah mau mengungkapkan identitasnya. aku sempat berpikir jika itu hanyalah rumor. tappi saat istrinya sendiri tidak tahu sekarang aku menjadi yakin.” ucap Axel dala
Dengan lembut Rachel menjawab, “si–siapa bilang aku malu?” Radhis mulai memeras handuk kecil yang akan dia pakai untuk membasuh badan istrinya.Dengan lembut laki-laki ini mulai mengusapkan handuk itu di badan sang istri. Leher dan belakang telinga adalah titik awal usapan itu. “Suamiku…” Rachel tanpa sengaja merintih. “Kenapa? apa aku menyakitimu?” Tanya Radhis saat, mendengar dan tidak mengerti maksud dari rintihan istrinya. Rachel menggelengkan kepalanya.Mengisyaratkan kepada Radhis jika dirinya tidak kenapa-kenapa. “Kalau begitu aku akan melanjutkannya.” Radhis kembali mulai, mengusap badan istrinya. Radhis begitu telaten, tidak ada bagian tubuh istrinya yang terlewatkan punggung, pinggang, perut, dan bahkan dadanya. Membuat Rachel sedikit merasa malu, dan wajahnya merah karena menahan hasratnya karena yang lama tidak disentuh oleh sang suami. Keringat kini sudah tidak ada lagi di badan Rachel. Dia juga sudah berganti dengan pakaian pasien rumah sakit yang baru, membua
Niatan nenek Xion terlaksana. Sesuai tebakannya, ternyata Dere benar-benar tidak memberitahukan kepada Tania perihal uang seratus ribu dolar yang diberikan oleh Radhis kepada dirinya. Dengan begini, dia merasa senang dalam hatinya karena bisa melihat pertikaian antara Dere dan Tania. “Siapa suruh kamu tidak mau memberikan uang itu kepada ku.” Ucap nenek Xion dalam hatinya. Namun meskipun begitu, alih-alih melerai, nenek Xion semakin memperkeruhnya dengan kata-kata tersirat yang dia sampaikan, “Tania… niatan suamimu dan menantumu itu baik, mereka semuanya tahu jika kamu yang dikuasakan uang itu makan akan—” “Jadi maksud kalian semua aku tidak pantas memegang uang? begitu?!” Teriak tania dengan melayangkan pandangannya ke arah Radhis dan kembali ke suaminya. “Nenek Tua ini sengaja melakukan ini.” Ucap Radhis dalam hatinya. Tania mulai lepas kendali. Dia meringkuk di bawah dan menangis. “Aku tidak menyangka, kalian sekejam itu padaku… mungkin dulu aku memang dari keluarga kala