Suara knalpot mobil menandakan jika Sea sudah meninggalkan kawasan rumah dengan diantarkan supir mereka.“Huang… Aku ibu mertuamu.” Ucap Nori saat Huang duduk di sampingnya dan tangannya mulai meraba pahanya yang masih tertutup rok sebatas lutut yang dia pakai.Sedari awal Huang memanglah seorang laki-laki yang brengsek.Jelas dia tidak akan puas hanya dengan satu wanita. Apalagi Sea baru saja melahirkan, sepertinya Huang harus menahan hasratnya untuk sementara waktu kepada Istrinya.“Aku tau kamu adalah ibu mertuaku, tapi untuk saat ini kita hanya berdua.”Huang berbicara dengan membenamkan wajahnya di samping kepala Nori, tepat di depan telinga.“Biarkan aku memanggilmu Nori, untuk saat ini. Dan akan aku buat kamu menikmati apa yang dirasakan oleh Sea.”Kalimat itu terucap saat Huang mulai menarik tangan Nori untuk mengarah ke pangkal pahanya, dan setelah itu dengan refleks, mata Nori terbelalak dan menatap kemana arah tangannya berada. Dia seolah begitu tercengang setelah dia mera
“Aku—”Belum selesai radhis berbicara, pintu diketuk dari luar.“Maafkan saya mengganggu Tuan.”Ternyata itu adalah Nannya yang sepertinya ada satu keperluan dengan Radhis.“Ada apa?” “Tuan Ed baru saja menghubungi saya, beliau berkata jika ponsel tuan tidak bisa di hubungi.” Jawab Nanny.“Berikan kepadaku.” Ucap Radhis yang mengulurkan tangannya untuk meminta ponsel ayng ada di tangan Nanny.“Ini aku.” ucap Radhis yang untuk kemudian terdiam . Sepertinya saat ini Radhis sedang mendengarkan apa yang disampaikan oleh Ed kepadanya.Secara tiba-tiba mata Radhis menunjukkan suatu kemarahan.“Aku akan kesana.” ucap Radhis singkat dan kemudian memberikan ponsel tadi kepada Nanny kembali.“Kamu mau kemana?” Tanya Rachel kepada suaminya.“Ada sesuatu yang harus aku urus, nanti aku akan kembali…” ucap Radhis dengan memberikan satu kecupan mesra dikening Rachel.Radhis berhenti berekspresi dan berjalan keluar dari ruangan Rachel.Masih sempat sebelum dia pergi, dia berkata kepada Nanny.“Jaga
***Dengan kedua tangan yang memegang kemudi begitu erat, Radhis sedang memacu mobilnya di jalanan kota.Raut wajahnya seolah menunjukkan ada sesuatu yang membuat dia marah."Sial! Sepertinya mereka sekarang sudah mulai pintar bermain seperti ini…" ucap Radhis dengan memberikan satu pukulan ringan ke kemudi mobil miliknya.Akhirnya setelah beberapa saat berkendara, Radhis sampai di tempat yang dibilang oleh Ed. Tempatnya sedikit jauh dari jalanan. Itu membuat Radhis harus meninggalkan mobilnya di luar. Dia meneruskan berjalan kaki ke tempat dimana Ed menunggunya saat ini.Tempat itu adalah sebuah perkampungan kumuh. Ed sudah berada disana menanti kedatangan Radhis dengan beberapa orang."Maaf tuan. Sudah membuat Tuan jauh-jauh datang ke sini." Ucap Ed dengan hormat. “Tidak. Tidak masalah.” Jawab Radhis dengan mata yang melihat ke sekeliling nya.Radhis mendapat mayat seorang laki-laki disana.“Ini…” Radhis sedikit merasa tidak asing dengan luka yang ada pada mayat itu.“Biarkan saya
Ponselnya terhubung melalui bluetooth dengan audio dalam mobilnya.Beberapa kali tekan layar di head unit dashboard, Radhis menghubungi Boas yang ternyata sengaja ditinggalkan di rumah sakit untuk sekedar membantu menjaga Rachel dan Ester.“Bagaimana keadaan disana?” Tanya Radhis.“Semuanya aman Tuan. Saat ini saya berada di depan pintu kamar Nona, dan Nanny di dalam bersama Nona. Sedangkan Nora saat ini sedang menemani Nona Ester, karena ini sudah waktunya untuk makan siang.”Radhis merasa itu cukup baik dan terkendali.Sampai saat tiba-tiba Boas berkata kembali.“Ada sesuatu yang ingin saya laporkan Tuan.”“Apa itu” Radhis bertanya dengan santai karena dia merasa jika itu pasti hanyalah tentang hal kecil.“Mengenai Dokter yang dikirim oleh tuan Ed Ackerley, saya merasa ada yang aneh. Dia sering kali menemui Nona Ester di ruangannya.” ucap Boas yang melapor kepada Radhis.“Mungkin dia hanya mengecek kondisi kesehatan pasien…” Jawab Radhis yang masih berpikir secara positif.“Bukank
Ternyata, itu adalah wanita yang tadi naik ke lantai dua untuk memilih dan mencari pakaian yang paling mahal."Benar… kamu Radhis kan? Suaminya Rachel dari keluarga Wish." Ucap sang wanita."Kamu…?" Tanya Radhis yang merasa tidak mengenal wanita itu. “Aku adalah Marta, teman kuliah Rachel dan aku dulu datang ke pesta pernikahan kalian…” “Oh… benarkah? maaf aku tidak bermaksud untuk melupakannya…” Jawab Radhis dengan tersenyum, karena wanita itu ternyata berbicara dengan sopan kepadanya."Perkenalkan ini pacarku, Axel." Ucap sang wanita memperkenalkan laki-laki yang ada di sampingnya.“Sayang, kenalkan dia adalah Radhis, Suami Rachel, Rachel adalah teman satu jurusan denganku semasa kuliah.” Wanita itu juga mulai berbicara dengan laki-laki yang berdiri di sampingnya.Dengan mengulurkan tangannya, laki-laki itu berkata. “Perkenalkan, Axel. Saya bekerja sebagai manajer keuangan di perusahaan dagang milik Gienis.” “Radhis, paruh waktu di beberapa tempat sekaligus.” Jawab Radhis dengan
“Disini kamu? Kami dari tadi mencarimu.” Ucap Axel kepada Radhis.“Maaf tadi aku terburu-buru karena takut pegawai itu akan memaksa aku untuk membawa pakaian lamaku.” Jawab Radhis sedikit bercanda.Entah kenapa, untuk yang mengenal Radhis cukup lama pasti akan mengerti jika Radhis sedikit berbeda kali ini.Radhis seolah menjadi Radhis yang dulu, dimana dia sedikit lebih sering tersenyum.“Mari ikut kami ke mobil, jadi kamu tidak perlu menunggu taxi.” Ucap Marta dengan sedikit kalem.Entah kenapa, Marta dan Axel ini seolah orang berbeda dengan orang yang tadi datang ke toko dan berkata, “aku ingin pakaian yang mahal.” Kali ini sikap mereka kepada Radhis tampak begitu sopan, bisa dibilang mereka adalah orang yang baik. Tapi terkadang Radhis menyadari, dari sikap sopan itu terkadang saat dia membalikkan badannya, seolah ada tatapan aneh di belakangnya. tatapan dengan rasa benci dan merendahkan.“Oh tidak perlu, aku sudah bilang kalian bisa mengikutiku dari belakang.” Ucap Radhis dengan
Ester sudah berjalan pergi dari kamar rawat Rachel. "Rachel. Kamar ini sangat besar dan mewah. Pasti sangat nyaman." Ucap Marta kepada Rachel yang terbaring duduk bersandar di tempat tidurnya."Bagaimanapun, ini adalah rumah sakit. Tidak ada kata nyaman. Karena saat kita berada disini itu berarti kita sedang sakit." Ucap Rachel dengan cemberut lucu.Marta tertawa, "kamu benar… bagaimana aku bisa bilang seperti itu." Marta dan Rachel lanjut berbincang-bincang. Radhis menatap ke Nora lalu berkata;"Kamu pergi ke Nona Ester, temani dia." "Baik Tuan." Jawab Nora yang setelah itu pergi dari sana menuju ke kamar perawatan milik Ester."Istriku… disini ada temanmu. Tolong ijinkan aku untuk pergi ke ruangan Ester karena ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengannya.""Iya… kamu bisa pergi." Jawab Rachel dengan tersenyum.Beberapa saat kemudian. Saat ini di ruangan Rachel hanya ada beberapa orang. Yaitu; Marta, Axel, Nanny, dan Rachel itu sendiri.Marta segera menjelaskan kepada Rachel p
“Tuan Mu–”Saat itu Axel hampir saja bertanya kepada Rachel, “Tuan muda Zond?” akan tetapi Axel mengurungkan niatnya. Sepertinya kali ini Axel ingin mencoba peruntungannya dengan cara yang lain dari biasanya. “Apa benar jika suami nona hanya seorang yatim piatu?”“Apa maksud anda?”“Apa anda mau bilang jika suami saya adalah salah satu dari anggota keluarga Zond?”Rachel berceletuk dengan tertawa.Sebenarnya, dalam hati Rachel berkata jik; dirinya sebenarnya juga merasa seperti itu, tapi dia tidak mau terlalu cepat menarik kesimpulan dan membuatnya menjadi malu, karena itulah dia sempat berkata dalam hatinya jika dia ingin menanyakan ini semua kepada Radhis saat dia sehat nanti.“Oh… bukan itu maksud saya.” jawab Axel dengan mengelus bagian belakang kepalanya.“Sepertinya benar yang dirumorkan jika tuan muda Zond tidak pernah mau mengungkapkan identitasnya. aku sempat berpikir jika itu hanyalah rumor. tappi saat istrinya sendiri tidak tahu sekarang aku menjadi yakin.” ucap Axel dala
Kali ini semua orang yang hanya bisa berdiri dengan menjadikan Radhis yang duduk di sofa utama sebagai titik pandangan.Mereka semua mulai merasa sedikit penasaran, karena Radhis masih terpaku terdiam melihat ke arah Gun.“Apa yang kau mau bangs*at?” Teriak Gun.“Cepat katakan!” Imbuhnya.“Oh… Bukankah Anda terlalu terburu-buru Tuan.” Kalimat Radhis mungkin cukup sopan, namun nada dan ekspresi wajahnya seolah Radhis sangat meremehkan Gun.“Cepat katakan! Apa maumu?”Gun terdiam sejenak, melihat Radhis, entah apa yang ada dipikirannya, sampai akhirnya Dia lanjut berbicara.“Berapa yang kau inginkan?”Pertanyaan Gun jelas ditanggapi dengan ekspresi senyum oleh beberapa orang, termasuk nenek Xion, Marot, dan juga Tania.Mereka berpikir jika Radhis akan mendapatkan uang yang cukup banyak dari Gun, dan setelah itu mereka akan memintanya.Berbeda dengan Radhis, pada saat ini Dia justru tertawa dengan begitu keras.Radhis merasa lucu, karena bagaimanapun juga aset yang dimiliki oleh Radhis
“Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Radhis yang mulai melihat Gun bingung.“T–tidak.”“Tolong lepaskan Aku.”Gun mulai pucat karena merasa takut. Selain itu, tangannya mulai sedikit membiru karena begitu erat cengkraman tangan Radhis membuat peredaran darah di tangannya sedikit terganggu.Tangan kiri Radhis masih tetap memegang pergelangan tangan Gun, tangan kanannya yang bebas kini mulai melayang menampar pipi pria itu kiri-kanan berulang-ulang secara bergantian.“Tolong maafkan A–aku.” Gun merasakan panas di pipinya kanan dan kiri.“Tolong lepaskan Aku…” Gun mulai merengek karena dirinya kini merasa sakit di pergelangan tangannya dan juga panas di pipinya.“Bagaimanapun Aku adalah keturunan keluarga Esfor!”Teriak Gun yang saat ini masih tak henti-hentinya mendapatkan tamparan dari Radhis.“R–radhis, lepaskan Dia.”Nenek Xion kembali berbicara saat dirinya masih merasakan panas di pipinya, bekas tamparan tangan Radhis.Radhis yang sedari tadi masih menampar pipi Gun mulai merasa
“Dere bilang kepada Menantumu, agar Dia menjauh dariku!”Teriak nene Xion kepada Dere.Dere melihat ke arah Radhis.Dia memandangi menantunya yang sepertinya sudah sangat marah.Ingat seberapa sayang Radhis kepada Rachel, Dere justru memilih untuk diam, Dirinya tidak ingin terlalu ikut campur dengan apa yang di lakukan oleh suami anaknya itu.Tania juga sama, Dia haya melihat apa yang akan terjadi.Sejujurnya Ia ingin jika Radhis dan Rachel bercerai, agar supaya Tania bisa bebas menguasai Villa kelas atas yang kini mereka tempati, setelah itu untuk selanjutnya akan menjodohkan putrinya, Rachel dengan Deon, lelaki yang jelas di matanya mempunyai perusahaan. Selain itu, menurut dirinya Deon jauh lebih baik daripada Radhis karena Deon bisa dengan mudah ia kendalikan.Namun, meskipun Tania berpikiran seperti itu, sebenci apapun dirinya kepada Radhis, Dia jauh lebih benci kepada Xion, ibu mertuanya yang gila harta dan tidak penah bersikap adil, dimana dirinya selalu merasa di anak tirikan
“Berhenti.”Radhis kini mulai berbicara saat Gun sudah semakin memperpendek jarak nya dengan Rachel.Gun untuk sejenak berhenti mendekat, Dia menoleh ke arah Radhis.Dengan sikapnya yang masih terlihat angkuh Gun berbicara kepada Radhis.“Ternyata berani juga Dirimu untuk berbicara kepadaku, bahkan melarangku.”“Kenapa aku tidak berani?”Radhis mulai berbicara dengan masih tidak melihat ke arah Gun sama sekali.Saat ini yang ada di pikiran Radhis adalah emosi, amarah dirinya kepada Gun.Mungkin semuanya tidak merasakan bahkan Rachel.Tapi untuk Nanny yang sudah sedikit banyak mengenal sisi lain Radhis, mulai merasa perasaan mencekam. Seolah Radhis sedang mengeluarkan hawa membunuh yang sangat kental.“Tuan…”Nanny mencoba untuk berbicara kepada Tuan nya.“Tenang saja, tidak apa-apa. Biar Aku yang mengurus.” Radhis berbicara kepada Nanny yang bahkan masih tidak berniat menatap Nanny.Entah kemana pandangan Radhis saat ini, tatapannya seolah kosong.Untuk Nanny yang sudah sering berhada
***Beberapa jam telah berlalu.Kini sepasang suami istri itu sedang berpelukan merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka berdua tapaki.“Terimakasih, Suamiku.” ucap Rachel dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Radhis.“Tidak Sayang… seharusnya aku yang berkata seperti itu.”Jawab Radhis seraya mencium kening istrinya.“Sebenarnya kemana kamu beberapa minggu ini?” Tanya Rachel yang masih dalam posisi memeluk Radhis.“Ada yang harus Aku lakukan. Itu kenapa Aku sibuk beberapa minggu ini.” JAwab Radhis dengan mengelus rambut lembut milik sang istri.“Sebenarnya apa yang terjadi padaku semalam?”Kini Rachel membuka pertanyaan untuk agar mereka bisa berbincang.Radhis tidak tahu harus mulai darimana.Dia mulai menjelaskan apa yang Dia tahu kepada istrinya.Rachel bertanya seperti itu, karena samar-samar ingatan nya hanya sampai Dia makan malam bersama Adams dan Gun.Rachel juga menjelaskan jika sebenarnya semalam Dia mengira bahwa acara makan malam itu akan dihadir
***Keesokan harinya.Kini hari telah pagi. Matahari mulai bersinar disaat Rachel membuka matanya.Satu hal yang berbeda untuk hari ini adalah dimana saat ini dia sedang terbangun dengan satu tangan yang sedang memeluk seorang pria.Pria yang dia kenal.Radhis, suami yang beberapa minggu terakhir sedang pergi ke Motherland untuk mengurus beberapa pekerjaan.Rachel hampir tidak bisa menahan air matanya.Wanita muda itu kini mengusap matanya, sebelum akhirnya dia memeluk sang suami dengan erat.“Kamu sudah bangun?” Suara lembut Radhis terdengar di telinganya.Menyeruak ke dalam telinga mungilnya, di iringi hembusan hangat nafas sang suami.Alih-alih menjawab Rachel kini justru membenamkan wajahnya di dada sang suami.Dengan tangannya yang masih memeluk erat, Rachel diam untuk beberapa saat.Seolah sedang menikmati waktu kebersamaan mereka berdua.Radhis yang mendapat perlakuan manja sang istri kini justru paham dan memeluk tubuh istrinya erat-erat.Mereka berdua saling melepas rindu s
Dere sadar akan kesalahan dirinya dalam menanggapi kalimat-kalimat yang sudah diucapkan oleh mereka.“Oh.. Tidak.. aku tidak bermaksud–”Belum selesai Dere berkata-kata, ucapannya sudah dipotong oleh nenek Xion.“Sepertinya kamu memang sengaja membela menantumu yang kurang ajar itu!” Tuding nenek Xion.“Bukan begitu Bu–”“Ahh Sudahlah!” Lagi-lagi sebelum selesai Dere berbicara, nenek Xion sudah memotong ucapannya.“Apa kamu tahu, apa yang akan terjadi jika sampai Tuan Gun menggunakan kekuasaannya untuk membuat perhitungan dengan kita?”Saat ini giliran Marot yang berbicara kepada Dere.Kalimat yang diucapkan oleh Marrot senada dengan sebuah ancaman.Kata-katanya seolah Marot sedang memperingatkan kepada Dere jika pada saat ini menantu Dere, “Radhis” telah melakukan sesuatu yang dapat mengancam keluarga besar mereka.“Apa kamu Tahu sekuat apa, kekuasaan Tuan Gun?” Marrot masih mengintimidasi Dere.“Mungkin menantumu itu bekerja untuk Ed Ackerley.”“Tapi tetap saja, pekerja rendahan s
Nenek Xion dan Marrot kini mulai paham jika sepertinya Radhis pulang.Mereka terkadang berpikir jika Radhis adalah sebuah penghalang besar dalam setiap rencana mereka, apalagi disaat ini mereka masih menumpang di Villa milik Rachel yang pernah dibilang oleh Rachel jika Villa ini diberikan oleh Radhis kepada dirinya.“Bu… Si brengsek itu pulang. Apa yang harus kita lakukan?” Marot bertanya dengan berbisik kepada Nenek Xion.“Kamu tenang saja…”Ucap nenek Xion berbisik balik kepada Marrot.“Kamu tidak perlu khawatir, sebentar lagi saat Wish Corp bangkit kita akan pergi dari sini…” Tambah nenek Xion yang masih dengan berbisik kepada Marrot.“Benar Bu…” Ucap Marrot mulai menyeringai.Kini mereka kembali fokus kepada Adams.Ibu dan Ana itu kini mulai bertanya, untuk memastikan.Apakah benar jika tadi rencana Adams diganggu oleh Radhis?“Apa benar dia suami Rachel?” Adams menjelaskan kepada nenek Xion jika Sea sendiri yang berkata jika laki-laki yang mengganggu rencananya tadi kemungkinan b
*** Beberapa saat sebelumnya disaat Radhis dan yang yang lain nya berbicara.Gun sedang berada di suatu tempat dengan Adams, serta Sea.Posisi mereka sangat aneh untuk orang yang mengerti hubungan di antara ketiganya.Dimana Adams berdiri dengan kepala menunduk.Sementara Gun sedang duduk dengan ditemani oleh Sea di pangkuannya.Bukan hanya itu, dapat terlihat jelas jika pada saat ini tangan Gun sedang meraba-raba pinggul wanita itu.“Sial benar!” Ucap Gun yang merasa kesal.Dia merasa jika baru kali ini ada yang berani untuk mengganggu dirinya.Bahkan Gun merasa jika laki-laki tadi dengan terang-terangan mengintimidasi dirinya.Sea sekilas mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya bisa menduga jika laki-laki yang dimaksud oleh mereka itu tentu adalah Radhis.“Sepertinya pecundang itu ini telah kembali…” Ucap Sea.“Dia adalah suami Rachel yang tidak berguna.” Ucap Sea memberitahu Gun.“Jadi Dia…”Gun mencoba untuk berpikir sejenak.Sejujurnya Gun tidak tahu siapa laki-laki tadi. Dia