Radhis menoleh kepada Tania dengan satu tangan memegang knop pintu.
“Ini ada …” ucap Radhis yang terpotong saat Deon tiba-tiba nyelonong masuk dan menyapa keluarga mereka.
“Hay Om, Tante.”
“Dere, Tania. Apa kabar kalian?” Kini Daka juga masuk ke dalam sana dengan mengabaikan Radhis yang masih berdiri di pintu dan memegang gagang pintu.
Dere seketika mendekat ke arah Daka dengan satu telunjuk mengacung seolah ingin mengingat sesuatu dengan menunjuk Daka.
“Daka?” Seru Dere.
“Iya ini Aku,” ucap Daka dengan membentangkan tangannya danberpelukan dengan Dere seperti seorang teman lama yang bertemu kemba
Sementara dalam mobil Radhis, Rachel dengan begitu anggun dan cantik berada di sisi suaminya. Mengenakan pakaian yang dulunya merupakan hadiah dari Radhis untuk pergi ke acara pernikahan Sea.Masih lengkap dengan kalung liontin Blue Sea yang langka. Yang dibelikan oleh Radhis di Moland.Sekarang ditambah dengan gelang emas dengan hiasan berlian di sekitarnya.Radhis juga memakai pakaian yang dibelikan oleh Rachel. Meskipun sebenarnya pakaian itu tidaklah mewah namun, Radhis tetap memakai pakaian itu karena dia ingin membuat istrinya senang."Tuan begitu terlihat tampan," ucap Boas kepada Radhis yang kini berada di kursi belakang bersama dengan Rachel.Radhis hanya tersenyum kepada Boas melalui kaca spion tengah,
“Ester maaf atas semua yang sudah terjadi ya,” ucap Rachel manja. Sementara Radhis hanya diam, seolah hanya menahan tawanya saat melihat tingkah ayah dan anak yang tidak tahu apa-apa itu.“Es, es Ester?” Deon dan Daka seolah bingung mendengar Rachel yang memanggil Ester hanya dengan nama.“Bagaimana mungkin kamu memanggil wakil direktur Geneve dengan nama saja …” Deon bertanya kepada Rachel dengan begitu khawatir, seolah-oah Deon takut jika Ester akan marah dan membuat Rachel dalam masalah.“Bisakah kamu diam dulu?” Ester berkata dengan culas kepada Deon. Pastinya itu membuat Deon ciut seketika.“Kenapa kamu tidak menungguku dulu saat kamu mau masuk, apa karena kamu ditemani pangeranmu sehingga tidak mau
“Bagus jika memang begitu, kalau begitu aku akan masuk untuk menemani istriku dulu,” ucap Radhis yang kemudian meninggalkan Ed disana dan segera masuk kedalam tempat acara.Ada beberapa orang berada disana, mulai dari yang tampak muda, sampai yang tampak sangat berumur.Radhis segera mencari dimana istrinya berada. Banyak mata yang mulai menatap Radhis. Hampir semua dari mereka menatapnya dengan tatapan yang sedikit tidak mengenakan.Ada juga dari mereka yang saling berbisik satu sama lain untuk membicarakan Radhis."Siapa laki-laki ini?""Lihatlah pakaian yang digunakan olehnya""Bagaimana mungkin orang seperti ini hadir disini? Acara yang sang
"Sudah cepat tuangkan minumanku!" Ucap Wilson berteriak.Apa gadis yang tadi terdiam kini berbicara kepada Radhis."Sudah turuti saja, lagi pula itu kan memang tugasmu.""Iya lakukan saja, meskipun kamu begitu tampan. Namun, kamu tetaplah seorang pelayan jadi layani saja kekasihku,"Kedua wanita itu sekarang sedang menutup mulut keduanya untuk sedikit tertawa.Radhis yang mendapat perlakuan itu hanya tersenyum. Setelah tersenyum kecut kepada mereka Radhis seketika mencoba untuk pergi berlalu kembali."Bisa kau lepaskan aku?" Ucap Radhis saat Wilson kembali memegang ujung jas bagian belakangnya."Untuk apa buru-b
“Oh maaf Nona, semua keributan barusan karena pelayan tidak berguna ini!” Ucap Wilson dengan sedikit mendorong bahu Radhis untuk lebih menjauh dari dirinya dan Rachel.Wilson melakukan itu semua karena dirinya merasa bahwa kini yang berada di hadapannya adalah seorang wanita yang sangat cantik dan sudah pasti dia adalah salah satu dari pengusaha di Auckland, itu dapat dilihat dari keberadaan Boas sebagai pengawal yang berada sedikit di belakang Rachel.Hal itu menandakan bahwa RAchel bukanlah wanita sembarangan, insting Wilson berkata jika dia bisa mendapatkan wanita ini dia akan semakin mendapatkan sebuah kekuatan yang besar di Auckland.Daka dan Deon sebenarnya bukannya tidak melihat peristiwa ini, namun bapak dan anak itu hanya berusaha untuk tidak ikut terlibat dalam perbincangan yang sepertinya terl
“Selamat malam Tuan Gienis,” ucap Ed dengan sedikit senyum kecut di bibirnya dan mata yang memicik. Mengingat, dulu di awal-awal Ed mulai ditugaskan untuk mengawal Radhis di Auckland, anak tertua dari Gienis yang dipastikan menjadi pewaris keluarga Gienis telah melakukan suatu kesalahan mengusik Radhis, dengan mengganggu Rachel.“Apa kabar tuan Ed?” Gienis kini mencoba untuk berbasa-basi dengan menggenggam tangan Ed dan sedikit menggoyangkan tangan itu naik turun khas orang berjabat tangan.“Baik. Bagaimana dengan Tuan Gienis? Apakah kebaikan juga berpihak kepada Anda?” Ed balik bertanya setelah menjawab pertanyaan Gienis."Ya, beginilah saya sekarang. Oh iya kenalkan, ini keponakan saya yang baru saja pulang dari Moland. Namanya, Cuwan."
"Wilson benar Nona. Lebih baik nona berada disini, kita bisa membicarakan beberapa bisnis."Anthony dengan begitu sombongnya berkata kepada Rachel dengan satu alis terangkat."Lepaskan tangan ku," ucap Rachel perlahan namun sangat sinis kepada Wilson."Sudahlah Nona. Lebih baik Nona di …""Lepaskan tangan istriku," kini Radhis yang berkata kepada Wilson dengan memegang pergelangan tangannya yang sedang memegang tangan Rachel."Kenapa? Aku sudah bilang kepadamu, kau pergi saja dari sini.”Wilson masih mencoba untuk mengusir Radhis dari hadapannya, seolah Wilson sama sekali tidak peduli jika Rachel adalah istri Radhis.
“Nona, kenapa Nona berkata seperti itu?” tanya Anthony yang mencoba mencari kebenaran dari siapa yang dia hadapi saat ini.“Ada apa Tuan Anthony?” tanya Ester dengan ekspresinya yang penuh akan sebuah amarah.“Bisa Nona lihat bukan? disini yang di ciderai adalah Wilson, namun kenapa Nona membela pasangan ini? terutama pria tidak berguna ini.” Anthony tampak tidak bisa terima dengan perlakuan Ester kepada dirinya dan juga Wilson.“Aku bilang diam dan jaga bicaramu!” ucap Ester.Anthony semakin bingung, kenapa Ester tampak begitu marah saat dirinya menyinggung tentang suami Rachel Wish, siapa sebenarnya pria ini? bukankah dia hanya sekedar laki-laki biasa yang telah beruntung dengan menjadi suami dari direkt
Kali ini semua orang yang hanya bisa berdiri dengan menjadikan Radhis yang duduk di sofa utama sebagai titik pandangan.Mereka semua mulai merasa sedikit penasaran, karena Radhis masih terpaku terdiam melihat ke arah Gun.“Apa yang kau mau bangs*at?” Teriak Gun.“Cepat katakan!” Imbuhnya.“Oh… Bukankah Anda terlalu terburu-buru Tuan.” Kalimat Radhis mungkin cukup sopan, namun nada dan ekspresi wajahnya seolah Radhis sangat meremehkan Gun.“Cepat katakan! Apa maumu?”Gun terdiam sejenak, melihat Radhis, entah apa yang ada dipikirannya, sampai akhirnya Dia lanjut berbicara.“Berapa yang kau inginkan?”Pertanyaan Gun jelas ditanggapi dengan ekspresi senyum oleh beberapa orang, termasuk nenek Xion, Marot, dan juga Tania.Mereka berpikir jika Radhis akan mendapatkan uang yang cukup banyak dari Gun, dan setelah itu mereka akan memintanya.Berbeda dengan Radhis, pada saat ini Dia justru tertawa dengan begitu keras.Radhis merasa lucu, karena bagaimanapun juga aset yang dimiliki oleh Radhis
“Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Radhis yang mulai melihat Gun bingung.“T–tidak.”“Tolong lepaskan Aku.”Gun mulai pucat karena merasa takut. Selain itu, tangannya mulai sedikit membiru karena begitu erat cengkraman tangan Radhis membuat peredaran darah di tangannya sedikit terganggu.Tangan kiri Radhis masih tetap memegang pergelangan tangan Gun, tangan kanannya yang bebas kini mulai melayang menampar pipi pria itu kiri-kanan berulang-ulang secara bergantian.“Tolong maafkan A–aku.” Gun merasakan panas di pipinya kanan dan kiri.“Tolong lepaskan Aku…” Gun mulai merengek karena dirinya kini merasa sakit di pergelangan tangannya dan juga panas di pipinya.“Bagaimanapun Aku adalah keturunan keluarga Esfor!”Teriak Gun yang saat ini masih tak henti-hentinya mendapatkan tamparan dari Radhis.“R–radhis, lepaskan Dia.”Nenek Xion kembali berbicara saat dirinya masih merasakan panas di pipinya, bekas tamparan tangan Radhis.Radhis yang sedari tadi masih menampar pipi Gun mulai merasa
“Dere bilang kepada Menantumu, agar Dia menjauh dariku!”Teriak nene Xion kepada Dere.Dere melihat ke arah Radhis.Dia memandangi menantunya yang sepertinya sudah sangat marah.Ingat seberapa sayang Radhis kepada Rachel, Dere justru memilih untuk diam, Dirinya tidak ingin terlalu ikut campur dengan apa yang di lakukan oleh suami anaknya itu.Tania juga sama, Dia haya melihat apa yang akan terjadi.Sejujurnya Ia ingin jika Radhis dan Rachel bercerai, agar supaya Tania bisa bebas menguasai Villa kelas atas yang kini mereka tempati, setelah itu untuk selanjutnya akan menjodohkan putrinya, Rachel dengan Deon, lelaki yang jelas di matanya mempunyai perusahaan. Selain itu, menurut dirinya Deon jauh lebih baik daripada Radhis karena Deon bisa dengan mudah ia kendalikan.Namun, meskipun Tania berpikiran seperti itu, sebenci apapun dirinya kepada Radhis, Dia jauh lebih benci kepada Xion, ibu mertuanya yang gila harta dan tidak penah bersikap adil, dimana dirinya selalu merasa di anak tirikan
“Berhenti.”Radhis kini mulai berbicara saat Gun sudah semakin memperpendek jarak nya dengan Rachel.Gun untuk sejenak berhenti mendekat, Dia menoleh ke arah Radhis.Dengan sikapnya yang masih terlihat angkuh Gun berbicara kepada Radhis.“Ternyata berani juga Dirimu untuk berbicara kepadaku, bahkan melarangku.”“Kenapa aku tidak berani?”Radhis mulai berbicara dengan masih tidak melihat ke arah Gun sama sekali.Saat ini yang ada di pikiran Radhis adalah emosi, amarah dirinya kepada Gun.Mungkin semuanya tidak merasakan bahkan Rachel.Tapi untuk Nanny yang sudah sedikit banyak mengenal sisi lain Radhis, mulai merasa perasaan mencekam. Seolah Radhis sedang mengeluarkan hawa membunuh yang sangat kental.“Tuan…”Nanny mencoba untuk berbicara kepada Tuan nya.“Tenang saja, tidak apa-apa. Biar Aku yang mengurus.” Radhis berbicara kepada Nanny yang bahkan masih tidak berniat menatap Nanny.Entah kemana pandangan Radhis saat ini, tatapannya seolah kosong.Untuk Nanny yang sudah sering berhada
***Beberapa jam telah berlalu.Kini sepasang suami istri itu sedang berpelukan merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka berdua tapaki.“Terimakasih, Suamiku.” ucap Rachel dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Radhis.“Tidak Sayang… seharusnya aku yang berkata seperti itu.”Jawab Radhis seraya mencium kening istrinya.“Sebenarnya kemana kamu beberapa minggu ini?” Tanya Rachel yang masih dalam posisi memeluk Radhis.“Ada yang harus Aku lakukan. Itu kenapa Aku sibuk beberapa minggu ini.” JAwab Radhis dengan mengelus rambut lembut milik sang istri.“Sebenarnya apa yang terjadi padaku semalam?”Kini Rachel membuka pertanyaan untuk agar mereka bisa berbincang.Radhis tidak tahu harus mulai darimana.Dia mulai menjelaskan apa yang Dia tahu kepada istrinya.Rachel bertanya seperti itu, karena samar-samar ingatan nya hanya sampai Dia makan malam bersama Adams dan Gun.Rachel juga menjelaskan jika sebenarnya semalam Dia mengira bahwa acara makan malam itu akan dihadir
***Keesokan harinya.Kini hari telah pagi. Matahari mulai bersinar disaat Rachel membuka matanya.Satu hal yang berbeda untuk hari ini adalah dimana saat ini dia sedang terbangun dengan satu tangan yang sedang memeluk seorang pria.Pria yang dia kenal.Radhis, suami yang beberapa minggu terakhir sedang pergi ke Motherland untuk mengurus beberapa pekerjaan.Rachel hampir tidak bisa menahan air matanya.Wanita muda itu kini mengusap matanya, sebelum akhirnya dia memeluk sang suami dengan erat.“Kamu sudah bangun?” Suara lembut Radhis terdengar di telinganya.Menyeruak ke dalam telinga mungilnya, di iringi hembusan hangat nafas sang suami.Alih-alih menjawab Rachel kini justru membenamkan wajahnya di dada sang suami.Dengan tangannya yang masih memeluk erat, Rachel diam untuk beberapa saat.Seolah sedang menikmati waktu kebersamaan mereka berdua.Radhis yang mendapat perlakuan manja sang istri kini justru paham dan memeluk tubuh istrinya erat-erat.Mereka berdua saling melepas rindu s
Dere sadar akan kesalahan dirinya dalam menanggapi kalimat-kalimat yang sudah diucapkan oleh mereka.“Oh.. Tidak.. aku tidak bermaksud–”Belum selesai Dere berkata-kata, ucapannya sudah dipotong oleh nenek Xion.“Sepertinya kamu memang sengaja membela menantumu yang kurang ajar itu!” Tuding nenek Xion.“Bukan begitu Bu–”“Ahh Sudahlah!” Lagi-lagi sebelum selesai Dere berbicara, nenek Xion sudah memotong ucapannya.“Apa kamu tahu, apa yang akan terjadi jika sampai Tuan Gun menggunakan kekuasaannya untuk membuat perhitungan dengan kita?”Saat ini giliran Marot yang berbicara kepada Dere.Kalimat yang diucapkan oleh Marrot senada dengan sebuah ancaman.Kata-katanya seolah Marot sedang memperingatkan kepada Dere jika pada saat ini menantu Dere, “Radhis” telah melakukan sesuatu yang dapat mengancam keluarga besar mereka.“Apa kamu Tahu sekuat apa, kekuasaan Tuan Gun?” Marrot masih mengintimidasi Dere.“Mungkin menantumu itu bekerja untuk Ed Ackerley.”“Tapi tetap saja, pekerja rendahan s
Nenek Xion dan Marrot kini mulai paham jika sepertinya Radhis pulang.Mereka terkadang berpikir jika Radhis adalah sebuah penghalang besar dalam setiap rencana mereka, apalagi disaat ini mereka masih menumpang di Villa milik Rachel yang pernah dibilang oleh Rachel jika Villa ini diberikan oleh Radhis kepada dirinya.“Bu… Si brengsek itu pulang. Apa yang harus kita lakukan?” Marot bertanya dengan berbisik kepada Nenek Xion.“Kamu tenang saja…”Ucap nenek Xion berbisik balik kepada Marrot.“Kamu tidak perlu khawatir, sebentar lagi saat Wish Corp bangkit kita akan pergi dari sini…” Tambah nenek Xion yang masih dengan berbisik kepada Marrot.“Benar Bu…” Ucap Marrot mulai menyeringai.Kini mereka kembali fokus kepada Adams.Ibu dan Ana itu kini mulai bertanya, untuk memastikan.Apakah benar jika tadi rencana Adams diganggu oleh Radhis?“Apa benar dia suami Rachel?” Adams menjelaskan kepada nenek Xion jika Sea sendiri yang berkata jika laki-laki yang mengganggu rencananya tadi kemungkinan b
*** Beberapa saat sebelumnya disaat Radhis dan yang yang lain nya berbicara.Gun sedang berada di suatu tempat dengan Adams, serta Sea.Posisi mereka sangat aneh untuk orang yang mengerti hubungan di antara ketiganya.Dimana Adams berdiri dengan kepala menunduk.Sementara Gun sedang duduk dengan ditemani oleh Sea di pangkuannya.Bukan hanya itu, dapat terlihat jelas jika pada saat ini tangan Gun sedang meraba-raba pinggul wanita itu.“Sial benar!” Ucap Gun yang merasa kesal.Dia merasa jika baru kali ini ada yang berani untuk mengganggu dirinya.Bahkan Gun merasa jika laki-laki tadi dengan terang-terangan mengintimidasi dirinya.Sea sekilas mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya bisa menduga jika laki-laki yang dimaksud oleh mereka itu tentu adalah Radhis.“Sepertinya pecundang itu ini telah kembali…” Ucap Sea.“Dia adalah suami Rachel yang tidak berguna.” Ucap Sea memberitahu Gun.“Jadi Dia…”Gun mencoba untuk berpikir sejenak.Sejujurnya Gun tidak tahu siapa laki-laki tadi. Dia