“Selamat malam Tuan Gienis,” ucap Ed dengan sedikit senyum kecut di bibirnya dan mata yang memicik. Mengingat, dulu di awal-awal Ed mulai ditugaskan untuk mengawal Radhis di Auckland, anak tertua dari Gienis yang dipastikan menjadi pewaris keluarga Gienis telah melakukan suatu kesalahan mengusik Radhis, dengan mengganggu Rachel.
“Apa kabar tuan Ed?” Gienis kini mencoba untuk berbasa-basi dengan menggenggam tangan Ed dan sedikit menggoyangkan tangan itu naik turun khas orang berjabat tangan.
“Baik. Bagaimana dengan Tuan Gienis? Apakah kebaikan juga berpihak kepada Anda?” Ed balik bertanya setelah menjawab pertanyaan Gienis.
"Ya, beginilah saya sekarang. Oh iya kenalkan, ini keponakan saya yang baru saja pulang dari Moland. Namanya, Cuwan."
"Wilson benar Nona. Lebih baik nona berada disini, kita bisa membicarakan beberapa bisnis."Anthony dengan begitu sombongnya berkata kepada Rachel dengan satu alis terangkat."Lepaskan tangan ku," ucap Rachel perlahan namun sangat sinis kepada Wilson."Sudahlah Nona. Lebih baik Nona di …""Lepaskan tangan istriku," kini Radhis yang berkata kepada Wilson dengan memegang pergelangan tangannya yang sedang memegang tangan Rachel."Kenapa? Aku sudah bilang kepadamu, kau pergi saja dari sini.”Wilson masih mencoba untuk mengusir Radhis dari hadapannya, seolah Wilson sama sekali tidak peduli jika Rachel adalah istri Radhis.
“Nona, kenapa Nona berkata seperti itu?” tanya Anthony yang mencoba mencari kebenaran dari siapa yang dia hadapi saat ini.“Ada apa Tuan Anthony?” tanya Ester dengan ekspresinya yang penuh akan sebuah amarah.“Bisa Nona lihat bukan? disini yang di ciderai adalah Wilson, namun kenapa Nona membela pasangan ini? terutama pria tidak berguna ini.” Anthony tampak tidak bisa terima dengan perlakuan Ester kepada dirinya dan juga Wilson.“Aku bilang diam dan jaga bicaramu!” ucap Ester.Anthony semakin bingung, kenapa Ester tampak begitu marah saat dirinya menyinggung tentang suami Rachel Wish, siapa sebenarnya pria ini? bukankah dia hanya sekedar laki-laki biasa yang telah beruntung dengan menjadi suami dari direkt
“Kenapa dengan kami?” tanya Wilson dan Anthony sama-sama memotong pembicaraan Ester.“Kalian tidak perlu banyak bicara, aku hanya mengingatkan kalian, jangan pernah mengganggu Nona Rachel dan Suaminya, itupun jika kalian masih membutuhkan Geneve untuk membantu kalian,” ucap Ester mengintimidasi.Seketika Wilson dan Anthony merasakan suatu getaran di tengkuknya, mereka merasa ada sesuatu di antara Ester, Rachel dan juga suaminya, karena Wilson tidak pernah mendengar gosip atau isu dimanapun yang berkata bahwa Ester adalah orang yang sangat peduli kepada Seseorang yang, yang tidak dekat dengannya. Otomatis jika disini Ester membantu ataupun membela Rachel beserta suaminya , itu menandakan jika Ester dekat dengan keduanya.Setelah semua itu Ester segera ingin beranjak dari tempatnya berdiri seka
“Misa,” ucap wanita yang sudah menghianati wilson itu dengan sedikit mengerlingkan matanya, sebagai bentuk menggoda kepada Cuwan.Kepala keluarga Gienis yang melihat itu tersenyum, dia mengerti bagaimanapun juga Cuwan adalah seorang laki-laki normal yang akan tergoda begitu melihat wanita cantik dengan gaun sexy di hadapannya.Begitu sexy gaun yang di pakai oleh wanita yang sudah menghianati Wilson itu, dengan belahan dada yang hampir terbuka seluruhnya, hanya menutupi bagian gundukan daging kenyalnya saja, dan itu pun tidak seluruhnya, karena bagian atas dan samping dari pangkal gundukan daging kenyal di dada wanita itu terekspos, tampak begitu menggairahkan laki-laki yang melihatnya.“Ehem!” Gienis yang melihat mata Cuwan tidak beralih sama sekali dari belahan dada misa ak
Wilson sedikit merasa diremehkan dengan pertanyaan ringan dari Cuwan tadi.“Saya adalah Wilson packer, dan saya adalah Pengusaha sekaligus investor miliarder, mantan ketua eksekutif publishing and broadcasting, yang memegang kepentingan media di berbagai platform di Auckland ini,” ucap Wilson kembali menjelaskan siapa dirinya kepada Cuwan.“Oh,” ucap Cuwan seolah ekspresinya sedikit terkagum, entah benar atau hanya sekedar bercanda.Wilson kini berpikir dirinya benar-benar bisa membusungkan dadanya, sekaligus menyombongkan dirinya.Namun sepertinya itu semua hanya benar-benar sebuah bercandaan bagi Cuwan. Itu terbukti saat Cuwan bertanya kepada Wilson.“Lantas?” pert
“Tolong Tuan Wilson, biarkan aku tetap berada disini,” ucap Misa dengan masih berpura-pura takut kepada Wilson.Misa berpura-pura ketakutan hanya untuk mendapatkan simpati dari Cuwan, dia ingin agar Cuan bisa menempatkan rasa peduli kepadanya, dengan begitu dirinya akan bisa mendekati Cuwan, yang dia tahu adalah orang Moland, keponakan dari keluarga Gienis, tentu saja itu memungkinkan untuk Cuwan lebih segalanya dari Wilson.“Tolong saya Tuan,” ucap Misa dengan mengerlingkan matanya kepada Cuwan, seolah-olah dia kini benar-benar butuh dibantu oleh Cuwan.“Nona, saya ingin menolong Nona, namun saya tidak bisa melawan seorang laki-laki yang sudah menjadi pasangan Nona,” ucap Cuwan mencoba memancing Misa.“Tuan, saya sudah jujur, ba
Wilson tampak bingung, Dia merasa jika genggaman tangannya di lengan Misa tidaklah begitu kencang, namun kenapa Misa merasa kesakitan. Setelah itu Wilson mengerti jika Misa sengaja bersikap seolah dia sedang disakiti oleh Wilson, agar dia mendapatkan sebuah pembelaan dan perhatian dari Cuwan.“Aku bilang lepaskan tanganmu,” ucap Cuwan, meskipun sebenarnya Cuwan tahu jika Misa hanya berpura-pura. Namun disini Terlihat jika Cuwan sengaja bersikap seolah percaya kepada Misa agar dirinya bisa bertindak dengan bebas, yaitu untuk.“Klak!” suara tangan Wilson kini kembali terdengar bersamaan dengan suara teriakannya,“Argh!! apa yang kau lakukan?” teriak Wilson dengan meratap kesakitan."Aku sudah bilang padamu untuk melepaskan tanganmu
“Ada apa tuan Ed?” Wilson yang merasa bingung bertanya kepada Ed.Wilson merasa dirinya tidak melakukan kesalahan, dan dia sama sekali tidak sadar jika perkataannya akan menyinggung Ed Ackerley.“Coba kau ulangi kata-katamu,” ucap Ed dengan Ekspresi yang sedikit dingin.“Kata-kataku?” ucap Wilson yang masih belum sadar dimana letak kesalahan yang telah dia perbuat.“Iya, coba kau ulangi lagi kata-katamu.”Ed masih mencoba untuk mencerna ucapan Wilson, selain itu Ed seolah berharap agar Wilson sadar dimana letak kesalahannya dan mengakuinya, agar Ed tidak perlu repot-repot untuk memaksanya untuk mengaku dan menyadari salahnya.
Kali ini semua orang yang hanya bisa berdiri dengan menjadikan Radhis yang duduk di sofa utama sebagai titik pandangan.Mereka semua mulai merasa sedikit penasaran, karena Radhis masih terpaku terdiam melihat ke arah Gun.“Apa yang kau mau bangs*at?” Teriak Gun.“Cepat katakan!” Imbuhnya.“Oh… Bukankah Anda terlalu terburu-buru Tuan.” Kalimat Radhis mungkin cukup sopan, namun nada dan ekspresi wajahnya seolah Radhis sangat meremehkan Gun.“Cepat katakan! Apa maumu?”Gun terdiam sejenak, melihat Radhis, entah apa yang ada dipikirannya, sampai akhirnya Dia lanjut berbicara.“Berapa yang kau inginkan?”Pertanyaan Gun jelas ditanggapi dengan ekspresi senyum oleh beberapa orang, termasuk nenek Xion, Marot, dan juga Tania.Mereka berpikir jika Radhis akan mendapatkan uang yang cukup banyak dari Gun, dan setelah itu mereka akan memintanya.Berbeda dengan Radhis, pada saat ini Dia justru tertawa dengan begitu keras.Radhis merasa lucu, karena bagaimanapun juga aset yang dimiliki oleh Radhis
“Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Radhis yang mulai melihat Gun bingung.“T–tidak.”“Tolong lepaskan Aku.”Gun mulai pucat karena merasa takut. Selain itu, tangannya mulai sedikit membiru karena begitu erat cengkraman tangan Radhis membuat peredaran darah di tangannya sedikit terganggu.Tangan kiri Radhis masih tetap memegang pergelangan tangan Gun, tangan kanannya yang bebas kini mulai melayang menampar pipi pria itu kiri-kanan berulang-ulang secara bergantian.“Tolong maafkan A–aku.” Gun merasakan panas di pipinya kanan dan kiri.“Tolong lepaskan Aku…” Gun mulai merengek karena dirinya kini merasa sakit di pergelangan tangannya dan juga panas di pipinya.“Bagaimanapun Aku adalah keturunan keluarga Esfor!”Teriak Gun yang saat ini masih tak henti-hentinya mendapatkan tamparan dari Radhis.“R–radhis, lepaskan Dia.”Nenek Xion kembali berbicara saat dirinya masih merasakan panas di pipinya, bekas tamparan tangan Radhis.Radhis yang sedari tadi masih menampar pipi Gun mulai merasa
“Dere bilang kepada Menantumu, agar Dia menjauh dariku!”Teriak nene Xion kepada Dere.Dere melihat ke arah Radhis.Dia memandangi menantunya yang sepertinya sudah sangat marah.Ingat seberapa sayang Radhis kepada Rachel, Dere justru memilih untuk diam, Dirinya tidak ingin terlalu ikut campur dengan apa yang di lakukan oleh suami anaknya itu.Tania juga sama, Dia haya melihat apa yang akan terjadi.Sejujurnya Ia ingin jika Radhis dan Rachel bercerai, agar supaya Tania bisa bebas menguasai Villa kelas atas yang kini mereka tempati, setelah itu untuk selanjutnya akan menjodohkan putrinya, Rachel dengan Deon, lelaki yang jelas di matanya mempunyai perusahaan. Selain itu, menurut dirinya Deon jauh lebih baik daripada Radhis karena Deon bisa dengan mudah ia kendalikan.Namun, meskipun Tania berpikiran seperti itu, sebenci apapun dirinya kepada Radhis, Dia jauh lebih benci kepada Xion, ibu mertuanya yang gila harta dan tidak penah bersikap adil, dimana dirinya selalu merasa di anak tirikan
“Berhenti.”Radhis kini mulai berbicara saat Gun sudah semakin memperpendek jarak nya dengan Rachel.Gun untuk sejenak berhenti mendekat, Dia menoleh ke arah Radhis.Dengan sikapnya yang masih terlihat angkuh Gun berbicara kepada Radhis.“Ternyata berani juga Dirimu untuk berbicara kepadaku, bahkan melarangku.”“Kenapa aku tidak berani?”Radhis mulai berbicara dengan masih tidak melihat ke arah Gun sama sekali.Saat ini yang ada di pikiran Radhis adalah emosi, amarah dirinya kepada Gun.Mungkin semuanya tidak merasakan bahkan Rachel.Tapi untuk Nanny yang sudah sedikit banyak mengenal sisi lain Radhis, mulai merasa perasaan mencekam. Seolah Radhis sedang mengeluarkan hawa membunuh yang sangat kental.“Tuan…”Nanny mencoba untuk berbicara kepada Tuan nya.“Tenang saja, tidak apa-apa. Biar Aku yang mengurus.” Radhis berbicara kepada Nanny yang bahkan masih tidak berniat menatap Nanny.Entah kemana pandangan Radhis saat ini, tatapannya seolah kosong.Untuk Nanny yang sudah sering berhada
***Beberapa jam telah berlalu.Kini sepasang suami istri itu sedang berpelukan merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka berdua tapaki.“Terimakasih, Suamiku.” ucap Rachel dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Radhis.“Tidak Sayang… seharusnya aku yang berkata seperti itu.”Jawab Radhis seraya mencium kening istrinya.“Sebenarnya kemana kamu beberapa minggu ini?” Tanya Rachel yang masih dalam posisi memeluk Radhis.“Ada yang harus Aku lakukan. Itu kenapa Aku sibuk beberapa minggu ini.” JAwab Radhis dengan mengelus rambut lembut milik sang istri.“Sebenarnya apa yang terjadi padaku semalam?”Kini Rachel membuka pertanyaan untuk agar mereka bisa berbincang.Radhis tidak tahu harus mulai darimana.Dia mulai menjelaskan apa yang Dia tahu kepada istrinya.Rachel bertanya seperti itu, karena samar-samar ingatan nya hanya sampai Dia makan malam bersama Adams dan Gun.Rachel juga menjelaskan jika sebenarnya semalam Dia mengira bahwa acara makan malam itu akan dihadir
***Keesokan harinya.Kini hari telah pagi. Matahari mulai bersinar disaat Rachel membuka matanya.Satu hal yang berbeda untuk hari ini adalah dimana saat ini dia sedang terbangun dengan satu tangan yang sedang memeluk seorang pria.Pria yang dia kenal.Radhis, suami yang beberapa minggu terakhir sedang pergi ke Motherland untuk mengurus beberapa pekerjaan.Rachel hampir tidak bisa menahan air matanya.Wanita muda itu kini mengusap matanya, sebelum akhirnya dia memeluk sang suami dengan erat.“Kamu sudah bangun?” Suara lembut Radhis terdengar di telinganya.Menyeruak ke dalam telinga mungilnya, di iringi hembusan hangat nafas sang suami.Alih-alih menjawab Rachel kini justru membenamkan wajahnya di dada sang suami.Dengan tangannya yang masih memeluk erat, Rachel diam untuk beberapa saat.Seolah sedang menikmati waktu kebersamaan mereka berdua.Radhis yang mendapat perlakuan manja sang istri kini justru paham dan memeluk tubuh istrinya erat-erat.Mereka berdua saling melepas rindu s
Dere sadar akan kesalahan dirinya dalam menanggapi kalimat-kalimat yang sudah diucapkan oleh mereka.“Oh.. Tidak.. aku tidak bermaksud–”Belum selesai Dere berkata-kata, ucapannya sudah dipotong oleh nenek Xion.“Sepertinya kamu memang sengaja membela menantumu yang kurang ajar itu!” Tuding nenek Xion.“Bukan begitu Bu–”“Ahh Sudahlah!” Lagi-lagi sebelum selesai Dere berbicara, nenek Xion sudah memotong ucapannya.“Apa kamu tahu, apa yang akan terjadi jika sampai Tuan Gun menggunakan kekuasaannya untuk membuat perhitungan dengan kita?”Saat ini giliran Marot yang berbicara kepada Dere.Kalimat yang diucapkan oleh Marrot senada dengan sebuah ancaman.Kata-katanya seolah Marot sedang memperingatkan kepada Dere jika pada saat ini menantu Dere, “Radhis” telah melakukan sesuatu yang dapat mengancam keluarga besar mereka.“Apa kamu Tahu sekuat apa, kekuasaan Tuan Gun?” Marrot masih mengintimidasi Dere.“Mungkin menantumu itu bekerja untuk Ed Ackerley.”“Tapi tetap saja, pekerja rendahan s
Nenek Xion dan Marrot kini mulai paham jika sepertinya Radhis pulang.Mereka terkadang berpikir jika Radhis adalah sebuah penghalang besar dalam setiap rencana mereka, apalagi disaat ini mereka masih menumpang di Villa milik Rachel yang pernah dibilang oleh Rachel jika Villa ini diberikan oleh Radhis kepada dirinya.“Bu… Si brengsek itu pulang. Apa yang harus kita lakukan?” Marot bertanya dengan berbisik kepada Nenek Xion.“Kamu tenang saja…”Ucap nenek Xion berbisik balik kepada Marrot.“Kamu tidak perlu khawatir, sebentar lagi saat Wish Corp bangkit kita akan pergi dari sini…” Tambah nenek Xion yang masih dengan berbisik kepada Marrot.“Benar Bu…” Ucap Marrot mulai menyeringai.Kini mereka kembali fokus kepada Adams.Ibu dan Ana itu kini mulai bertanya, untuk memastikan.Apakah benar jika tadi rencana Adams diganggu oleh Radhis?“Apa benar dia suami Rachel?” Adams menjelaskan kepada nenek Xion jika Sea sendiri yang berkata jika laki-laki yang mengganggu rencananya tadi kemungkinan b
*** Beberapa saat sebelumnya disaat Radhis dan yang yang lain nya berbicara.Gun sedang berada di suatu tempat dengan Adams, serta Sea.Posisi mereka sangat aneh untuk orang yang mengerti hubungan di antara ketiganya.Dimana Adams berdiri dengan kepala menunduk.Sementara Gun sedang duduk dengan ditemani oleh Sea di pangkuannya.Bukan hanya itu, dapat terlihat jelas jika pada saat ini tangan Gun sedang meraba-raba pinggul wanita itu.“Sial benar!” Ucap Gun yang merasa kesal.Dia merasa jika baru kali ini ada yang berani untuk mengganggu dirinya.Bahkan Gun merasa jika laki-laki tadi dengan terang-terangan mengintimidasi dirinya.Sea sekilas mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya bisa menduga jika laki-laki yang dimaksud oleh mereka itu tentu adalah Radhis.“Sepertinya pecundang itu ini telah kembali…” Ucap Sea.“Dia adalah suami Rachel yang tidak berguna.” Ucap Sea memberitahu Gun.“Jadi Dia…”Gun mencoba untuk berpikir sejenak.Sejujurnya Gun tidak tahu siapa laki-laki tadi. Dia