Rachel mengakhiri telepon dan Radhis segera menghadap kepada ibu mertuanya, “Sudah Bu.”
Kini mereka berdua akhirnya pulang dengan Tania yang menenteng gelang di tangannya, gelang giok yang tampak antik dan mahal.***
Sore hari sekitar jam lima, Rachel baru sampai dirumah dengan diantarkan oleh Boas, supir pribadi sekaligus orang yang ditugaskan untuk menjaga dirinya.Dengan wajah yang tampak lelah Rachel memasuki rumah, dimana saat itu Radhis masih membersihkan rumahnya dengan cara menyapu dan mengepel seperti orang bersih-bersih rumah pada umumnya.
Radhis menyambut kedatangan Istrinya, dengan penuh kasih bertanya bagaimana dengan peke
Radhis menoleh kepada Tania dengan satu tangan memegang knop pintu.“Ini ada …” ucap Radhis yang terpotong saat Deon tiba-tiba nyelonong masuk dan menyapa keluarga mereka.“Hay Om, Tante.”“Dere, Tania. Apa kabar kalian?” Kini Daka juga masuk ke dalam sana dengan mengabaikan Radhis yang masih berdiri di pintu dan memegang gagang pintu.Dere seketika mendekat ke arah Daka dengan satu telunjuk mengacung seolah ingin mengingat sesuatu dengan menunjuk Daka.“Daka?” Seru Dere.“Iya ini Aku,” ucap Daka dengan membentangkan tangannya danberpelukan dengan Dere seperti seorang teman lama yang bertemu kemba
Sementara dalam mobil Radhis, Rachel dengan begitu anggun dan cantik berada di sisi suaminya. Mengenakan pakaian yang dulunya merupakan hadiah dari Radhis untuk pergi ke acara pernikahan Sea.Masih lengkap dengan kalung liontin Blue Sea yang langka. Yang dibelikan oleh Radhis di Moland.Sekarang ditambah dengan gelang emas dengan hiasan berlian di sekitarnya.Radhis juga memakai pakaian yang dibelikan oleh Rachel. Meskipun sebenarnya pakaian itu tidaklah mewah namun, Radhis tetap memakai pakaian itu karena dia ingin membuat istrinya senang."Tuan begitu terlihat tampan," ucap Boas kepada Radhis yang kini berada di kursi belakang bersama dengan Rachel.Radhis hanya tersenyum kepada Boas melalui kaca spion tengah,
“Ester maaf atas semua yang sudah terjadi ya,” ucap Rachel manja. Sementara Radhis hanya diam, seolah hanya menahan tawanya saat melihat tingkah ayah dan anak yang tidak tahu apa-apa itu.“Es, es Ester?” Deon dan Daka seolah bingung mendengar Rachel yang memanggil Ester hanya dengan nama.“Bagaimana mungkin kamu memanggil wakil direktur Geneve dengan nama saja …” Deon bertanya kepada Rachel dengan begitu khawatir, seolah-oah Deon takut jika Ester akan marah dan membuat Rachel dalam masalah.“Bisakah kamu diam dulu?” Ester berkata dengan culas kepada Deon. Pastinya itu membuat Deon ciut seketika.“Kenapa kamu tidak menungguku dulu saat kamu mau masuk, apa karena kamu ditemani pangeranmu sehingga tidak mau
“Bagus jika memang begitu, kalau begitu aku akan masuk untuk menemani istriku dulu,” ucap Radhis yang kemudian meninggalkan Ed disana dan segera masuk kedalam tempat acara.Ada beberapa orang berada disana, mulai dari yang tampak muda, sampai yang tampak sangat berumur.Radhis segera mencari dimana istrinya berada. Banyak mata yang mulai menatap Radhis. Hampir semua dari mereka menatapnya dengan tatapan yang sedikit tidak mengenakan.Ada juga dari mereka yang saling berbisik satu sama lain untuk membicarakan Radhis."Siapa laki-laki ini?""Lihatlah pakaian yang digunakan olehnya""Bagaimana mungkin orang seperti ini hadir disini? Acara yang sang
"Sudah cepat tuangkan minumanku!" Ucap Wilson berteriak.Apa gadis yang tadi terdiam kini berbicara kepada Radhis."Sudah turuti saja, lagi pula itu kan memang tugasmu.""Iya lakukan saja, meskipun kamu begitu tampan. Namun, kamu tetaplah seorang pelayan jadi layani saja kekasihku,"Kedua wanita itu sekarang sedang menutup mulut keduanya untuk sedikit tertawa.Radhis yang mendapat perlakuan itu hanya tersenyum. Setelah tersenyum kecut kepada mereka Radhis seketika mencoba untuk pergi berlalu kembali."Bisa kau lepaskan aku?" Ucap Radhis saat Wilson kembali memegang ujung jas bagian belakangnya."Untuk apa buru-b
“Oh maaf Nona, semua keributan barusan karena pelayan tidak berguna ini!” Ucap Wilson dengan sedikit mendorong bahu Radhis untuk lebih menjauh dari dirinya dan Rachel.Wilson melakukan itu semua karena dirinya merasa bahwa kini yang berada di hadapannya adalah seorang wanita yang sangat cantik dan sudah pasti dia adalah salah satu dari pengusaha di Auckland, itu dapat dilihat dari keberadaan Boas sebagai pengawal yang berada sedikit di belakang Rachel.Hal itu menandakan bahwa RAchel bukanlah wanita sembarangan, insting Wilson berkata jika dia bisa mendapatkan wanita ini dia akan semakin mendapatkan sebuah kekuatan yang besar di Auckland.Daka dan Deon sebenarnya bukannya tidak melihat peristiwa ini, namun bapak dan anak itu hanya berusaha untuk tidak ikut terlibat dalam perbincangan yang sepertinya terl
“Selamat malam Tuan Gienis,” ucap Ed dengan sedikit senyum kecut di bibirnya dan mata yang memicik. Mengingat, dulu di awal-awal Ed mulai ditugaskan untuk mengawal Radhis di Auckland, anak tertua dari Gienis yang dipastikan menjadi pewaris keluarga Gienis telah melakukan suatu kesalahan mengusik Radhis, dengan mengganggu Rachel.“Apa kabar tuan Ed?” Gienis kini mencoba untuk berbasa-basi dengan menggenggam tangan Ed dan sedikit menggoyangkan tangan itu naik turun khas orang berjabat tangan.“Baik. Bagaimana dengan Tuan Gienis? Apakah kebaikan juga berpihak kepada Anda?” Ed balik bertanya setelah menjawab pertanyaan Gienis."Ya, beginilah saya sekarang. Oh iya kenalkan, ini keponakan saya yang baru saja pulang dari Moland. Namanya, Cuwan."
"Wilson benar Nona. Lebih baik nona berada disini, kita bisa membicarakan beberapa bisnis."Anthony dengan begitu sombongnya berkata kepada Rachel dengan satu alis terangkat."Lepaskan tangan ku," ucap Rachel perlahan namun sangat sinis kepada Wilson."Sudahlah Nona. Lebih baik Nona di …""Lepaskan tangan istriku," kini Radhis yang berkata kepada Wilson dengan memegang pergelangan tangannya yang sedang memegang tangan Rachel."Kenapa? Aku sudah bilang kepadamu, kau pergi saja dari sini.”Wilson masih mencoba untuk mengusir Radhis dari hadapannya, seolah Wilson sama sekali tidak peduli jika Rachel adalah istri Radhis.