“Terimakasih Ed, kamu memang orang yang sangat bisa di andalkan.” Ucap Radhis kepada Ed yang kini sedang tersipu karena di puji oleh Radhis.
“Tuan terlalu memuji saya.” Ucpa Ed yang tiba-tiba terhenti karena Radhis mendapatkan telepon.
“Maaf” ucap Radhis dengan merogoh sakunya untuk mengambil ponsel yang sedang berbunyi itu.
Begitu Radhis mengeluarkan ponselnya ia mendapati telepon dari Ester, sempat Radhis berkata kepada Ed, “Ester,”
Tapi Radhis berkata kembali, “ada apa Ester menelponku?”
“Mungkin ada sesuatu yang penting Tuan.” Ucap Ed membantu tuannya dengan beberapa asumsi.
“Aku akan mengangkat telepon ini dulu.” Jawab Radhis.
“Silakan tuan.” Dengan mengangguk Ed memperlakukan Tuannya untuk mengangkat telepon dari Ester.
“Ya halo.” Radhis berkata kepada Ester di seberang telepon.
Entah apa yang diucapkan oleh
Dengan mencoba untuk bersikap normal Rachel berkata kepada Deon.“Tidak ... ehm, Tentu saja tidak, kenapa kamu harus bertanya mengganggu atau tidak.?” Ucap Rachel dengan sedikit hati-hati dengan cara bicaranya, karena dia merasa takut akn membuat Deon merasa sakit hati.“Ya mungkin karena apa yang sudah aku lakukan kemarin jadi kamu merasa terganggu dengan kehadiranku.” Ucap Deon lagi dengan mimik muka yang sedikit bingung dan malu.“Tolong kamu tidak membahas tentang masalah itu lagi,” ucap Rachel kepada Deon yang sedang berdiri tepat didepannya.“Kalau begitu baiklah, boleh aku duduk disini?” jawab Deon sekaligus bertanya kepada Rachel.“Silahkan, duduklah.” Ucap Rachel menjawab dengan begitu santai.“Terimakasih,” Ucap Deon kepada Rachel karena dia diijinkan untuk duduk di depannya, dan kini dia segeran menarik kursi yang ada di depannya itu untuk diduduki.Setelah Deon dudu
“Tidak perlu sesungkan itu.” Ucap Deon dengan sedikit sombong untuk menutupi rasa gugupnya.Disini Deon sudah sangat berbohong besar, bukan hanya berkata dia tau siapa pemimpin Geneve, namun juga dia berkata seolah dia mengenalnya.Sementara itu sekretaris Rachel seolah curiga bahwa Deon sudah membohongi Rachel. Intuisinya sebagai sekretaris membuatnya berpikir seperti itu.“Maaf tuan, karena nona saya sangat ingin bertemu dengan pemimpin Geneve, bisakan tuan segera mungkin mempertemukan mereka?” Tanya sekertaris Rachel dengan sedikit membungkuk, namun bagaimanapun juga karena dia melihat jika Deon sudah membohongi Rachel maka ia berpikir untuk sedikit memberi Deon pelajaran.Tanpa curiga Deon tersenyum dan menjawab perkataan dari sekretaris Rachel, “Tentu saja, kamu bisa percayakan masalah ini kepadaku.” Ucap Deon tanpa curiga sedikitpun kepada sekretaris Rachel.Mendengar jawaban dari Deon sekretaris Rachel sek
“Siapa laki-laki tadi?” tanya Rocky saat dia bertemu dengan sekretaris Rachel begitu sekretaris itu keluar dari ruangan Rachel.“Dia adalah Deon Tuan, dia yang kemarin siang mengajak nona untuk makan siang, dan selanjutnya seprti yang kemarin Tuan ceritakan kepada saya saat tuan meminta kunci mobil nona Rachel kepada saya.“Pantas,” Gumam Rocky.“Kenapa Tuan?” tanya sekretaris Rachel saat mendengar Rocky bergumam.“Tidak, aku hanya merasa pernah bertemu dengan orang itu, ternyata dia adalah laki-laki yang berada di restoran kemarin siang.” Ucap Rocky dengan menunduk namun bukan karena takut, tapi dia menunduk karena sedang berpikir dan menyadari sesuatu.“Lantas kepada dia buru-buru pergi barusan?” tannya Rocky kepada sekretaris Rachel lagi.“Oh, itu tadi dia bilang dia akan bertemu dengan pemimpin Geneve, karena dia akan mencoba untuk memperkenalkan Nona Rachel de
Sebelum Radhis menyampikan tindakan apa yang akan dia lakukan Ester lebih dulu memotong dan menyampaikan sebuah informasi tambahan kepadanya. “Tapi Tuan,” Ester berucap kembali. “Ada apa?” tanya Radhis kepada Ester yang sedang dalam kondisi menunduk. “Acara itu akan di adakan di tempat kita Tuan.” Ucap Ester. “Disini?” tanya Radhis sedikit bingung. “Iya Tuan, karena memang sebelumnya mereka belum menentukan tempat acaranya, dan mereka masih meminta ijin kepada Geneve terkait tempat acara, jadi saya sekarang bertannya kepada Tuan, Apakah Tuan mengijinkan.” Tanya Ester ragu, karena dia berpikir terkait Tuannya yang kemungkinan besar tidak akan mau untuk hadir, jadi saat tempat penyelenggaraan di Geneve dia akan bertanya kepada Radhis terlebih dahulu. Mendengar itu Radhis jadi berpikir ulang, “Disini,” Gumam Radhis ayng kemudian dia berdiri dan menghadap ke kaca di belakangnya untuk melihat keluar dan berpikir. “Jika memang
“Maafkan aku Ayah.” Dengan menunduk Deon hanya bisa meminta maaf kepada ayahnya. “Deon!” bentak sang Ayah yang sednag murka kepadanya. Apa yang ditakuti oleh ayahnya sepertinya terjadi, dia takut jika Deon terlalu banyak membual di depan Rachel dan akhirnya kini Anaknya bernama Deon itu sedang di hadapkan dengan satu tembok yang besar karena bualannya sendiri. Deon hanya bisa menunduk karena dia merasa takut dan juga malu kepada Ayahnya, dia tahu apa yang sudah dia lakukan adalah hal yang salah, dan juga dia merasa memang tidak mungkin untuk mempertemukan Racheld an pemimpin Geneve, karena semua orang tahu bahwa pemimpin Geneve adalah orang yang menutup diri dari masyarakat umum, apalagi untuk orang kalangan bawah, sangat tidak mungkin mereka mengenal pemimpin Geneve. “Jelaskan padaku apa yang sebenarnya sudah kamu bilang kepada Rachel?” Ayahnya dengan rasa penasaran dan sedikit amarah didalamnya. “Aku ...” Deon masih saja tidak berani
“Iya halo nona?” ucap Ayah deon saat dia mengankan telepon dari Ester.Sementara itu 5 menit yang lalu di Geneve, Radhis sedang mengerjakan beberapa pekerjaannya, bagaimanapun juga dia kini harus belajar bertanggung jawab dengan pekerjaannya, dan juga Geneve adalah kepunyaannya.Disaat dia mengerjakan beberpa pekerjaannya itulah Ester tiba-tiba mengetuk pintu, dan membuka pintunya sedikit seraya berkata, “Permisi Tuan.”“Iya, ada apa?” tanya Radhis kepada Ester yang kini sudah berjalan mendekat ke arahnya.“Ada orang yang ingin bertemu dengan Tuan,” terang Ester.“Siapa?”“Dia bilang dia adalah Daka Dodge,”“Sepertinya aku belum pernah mengenal nama itu?” timpali Radhis kepada Ester dengan tatapan yang masih menghadap ke arah berkas-berkas yang ada di depannya.“Dia adalah pemilik Dodmedia Tuan, sebuah Agen iklan di Auckland.&r
“Tapi ingat kita tidak akan bertemu dengan pemimpin dengan Geneve, kita hanya akan ditemui oleh Nona Ester,” ucap Ayah Deon. “Tidak masalah Ayah, kita kesana untuk membuat janji bertemu dengan pemimpin Geneve, itu sudah lebih dari cukup, setidaknya aku bisa bilang kepada Rachel jika pemimpin Geneve sibuk tapi kami sudah membuat jadwal bertemu.” Terang Deon kepada ayahnya. “Tumben kamu bisa berpikir pintar.”cetus Ayah Deon tanpa perduli perasaan Anaknya. Mendapati perkataan Ayahnya seperti itu Deon hanya bisa terngangah karena merasa di katai oleh Ayahnya sendiri. “Dari awal aku juga pintar Ayah.” Celetuk Deon dengan nada yang sedikit ngambek. “Sudah kita tidak perlu berdebat tentang ini, karena kamu juga sudah memutuskan untuk bertemu dengan Nona Ester sekarang, sepertinya kita akn segera berangkat .” pungkas Ayah Deon yang kemudian segera berdiri dan bersiap-siap untuk segera pergi ke Geneve bersama dengan Deon. Disaat yang sama
Di waktu yang sama sekarang di Wish Corp,Rachel sedang mengerjakan beberapa pekerjaannya, Dia seolah sudah tidak memikirkan perihal pertemuan pemilik perusahaan di Auckland.Entah dia sudah tidak memikirkannya atau dia cuma sekedar mencari kesibukan untuk mengabaikan perihal tersebut.Saat itu sebagai orang ditugaskan untuk menjaga Rachel, Rocky Kini sedang berkeliling untuk melihat kondisi di sekitar perusahaan Wish Corp, Yang mengitari seluruh perusahaan termasuk basement sampai ke lantai paling atas, dan ternyata begitu dia berada di lantai paling atas atau Rooftop dia dari jauh melihat seorang laki-laki di seberang gedung perusahaan Wish Corp, Laki-laki itu hanya menunduk dan bersandar pada sebuah dinding dengan tangan yang memegang sebuah ponsel seakan Dia sedang berbalas pesan dengan seseorang.Tanpa ada rasa curiga sedikitpun Rocky mengabaikan orang tersebut,Dan kini Rocky kembali turun ke lantai dimana ruangan Rachel b