“Siapa laki-laki tadi?” tanya Rocky saat dia bertemu dengan sekretaris Rachel begitu sekretaris itu keluar dari ruangan Rachel.
“Dia adalah Deon Tuan, dia yang kemarin siang mengajak nona untuk makan siang, dan selanjutnya seprti yang kemarin Tuan ceritakan kepada saya saat tuan meminta kunci mobil nona Rachel kepada saya.
“Pantas,” Gumam Rocky.
“Kenapa Tuan?” tanya sekretaris Rachel saat mendengar Rocky bergumam.
“Tidak, aku hanya merasa pernah bertemu dengan orang itu, ternyata dia adalah laki-laki yang berada di restoran kemarin siang.” Ucap Rocky dengan menunduk namun bukan karena takut, tapi dia menunduk karena sedang berpikir dan menyadari sesuatu.
“Lantas kepada dia buru-buru pergi barusan?” tannya Rocky kepada sekretaris Rachel lagi.
“Oh, itu tadi dia bilang dia akan bertemu dengan pemimpin Geneve, karena dia akan mencoba untuk memperkenalkan Nona Rachel de
Sebelum Radhis menyampikan tindakan apa yang akan dia lakukan Ester lebih dulu memotong dan menyampaikan sebuah informasi tambahan kepadanya. “Tapi Tuan,” Ester berucap kembali. “Ada apa?” tanya Radhis kepada Ester yang sedang dalam kondisi menunduk. “Acara itu akan di adakan di tempat kita Tuan.” Ucap Ester. “Disini?” tanya Radhis sedikit bingung. “Iya Tuan, karena memang sebelumnya mereka belum menentukan tempat acaranya, dan mereka masih meminta ijin kepada Geneve terkait tempat acara, jadi saya sekarang bertannya kepada Tuan, Apakah Tuan mengijinkan.” Tanya Ester ragu, karena dia berpikir terkait Tuannya yang kemungkinan besar tidak akan mau untuk hadir, jadi saat tempat penyelenggaraan di Geneve dia akan bertanya kepada Radhis terlebih dahulu. Mendengar itu Radhis jadi berpikir ulang, “Disini,” Gumam Radhis ayng kemudian dia berdiri dan menghadap ke kaca di belakangnya untuk melihat keluar dan berpikir. “Jika memang
“Maafkan aku Ayah.” Dengan menunduk Deon hanya bisa meminta maaf kepada ayahnya. “Deon!” bentak sang Ayah yang sednag murka kepadanya. Apa yang ditakuti oleh ayahnya sepertinya terjadi, dia takut jika Deon terlalu banyak membual di depan Rachel dan akhirnya kini Anaknya bernama Deon itu sedang di hadapkan dengan satu tembok yang besar karena bualannya sendiri. Deon hanya bisa menunduk karena dia merasa takut dan juga malu kepada Ayahnya, dia tahu apa yang sudah dia lakukan adalah hal yang salah, dan juga dia merasa memang tidak mungkin untuk mempertemukan Racheld an pemimpin Geneve, karena semua orang tahu bahwa pemimpin Geneve adalah orang yang menutup diri dari masyarakat umum, apalagi untuk orang kalangan bawah, sangat tidak mungkin mereka mengenal pemimpin Geneve. “Jelaskan padaku apa yang sebenarnya sudah kamu bilang kepada Rachel?” Ayahnya dengan rasa penasaran dan sedikit amarah didalamnya. “Aku ...” Deon masih saja tidak berani
“Iya halo nona?” ucap Ayah deon saat dia mengankan telepon dari Ester.Sementara itu 5 menit yang lalu di Geneve, Radhis sedang mengerjakan beberapa pekerjaannya, bagaimanapun juga dia kini harus belajar bertanggung jawab dengan pekerjaannya, dan juga Geneve adalah kepunyaannya.Disaat dia mengerjakan beberpa pekerjaannya itulah Ester tiba-tiba mengetuk pintu, dan membuka pintunya sedikit seraya berkata, “Permisi Tuan.”“Iya, ada apa?” tanya Radhis kepada Ester yang kini sudah berjalan mendekat ke arahnya.“Ada orang yang ingin bertemu dengan Tuan,” terang Ester.“Siapa?”“Dia bilang dia adalah Daka Dodge,”“Sepertinya aku belum pernah mengenal nama itu?” timpali Radhis kepada Ester dengan tatapan yang masih menghadap ke arah berkas-berkas yang ada di depannya.“Dia adalah pemilik Dodmedia Tuan, sebuah Agen iklan di Auckland.&r
“Tapi ingat kita tidak akan bertemu dengan pemimpin dengan Geneve, kita hanya akan ditemui oleh Nona Ester,” ucap Ayah Deon. “Tidak masalah Ayah, kita kesana untuk membuat janji bertemu dengan pemimpin Geneve, itu sudah lebih dari cukup, setidaknya aku bisa bilang kepada Rachel jika pemimpin Geneve sibuk tapi kami sudah membuat jadwal bertemu.” Terang Deon kepada ayahnya. “Tumben kamu bisa berpikir pintar.”cetus Ayah Deon tanpa perduli perasaan Anaknya. Mendapati perkataan Ayahnya seperti itu Deon hanya bisa terngangah karena merasa di katai oleh Ayahnya sendiri. “Dari awal aku juga pintar Ayah.” Celetuk Deon dengan nada yang sedikit ngambek. “Sudah kita tidak perlu berdebat tentang ini, karena kamu juga sudah memutuskan untuk bertemu dengan Nona Ester sekarang, sepertinya kita akn segera berangkat .” pungkas Ayah Deon yang kemudian segera berdiri dan bersiap-siap untuk segera pergi ke Geneve bersama dengan Deon. Disaat yang sama
Di waktu yang sama sekarang di Wish Corp,Rachel sedang mengerjakan beberapa pekerjaannya, Dia seolah sudah tidak memikirkan perihal pertemuan pemilik perusahaan di Auckland.Entah dia sudah tidak memikirkannya atau dia cuma sekedar mencari kesibukan untuk mengabaikan perihal tersebut.Saat itu sebagai orang ditugaskan untuk menjaga Rachel, Rocky Kini sedang berkeliling untuk melihat kondisi di sekitar perusahaan Wish Corp, Yang mengitari seluruh perusahaan termasuk basement sampai ke lantai paling atas, dan ternyata begitu dia berada di lantai paling atas atau Rooftop dia dari jauh melihat seorang laki-laki di seberang gedung perusahaan Wish Corp, Laki-laki itu hanya menunduk dan bersandar pada sebuah dinding dengan tangan yang memegang sebuah ponsel seakan Dia sedang berbalas pesan dengan seseorang.Tanpa ada rasa curiga sedikitpun Rocky mengabaikan orang tersebut,Dan kini Rocky kembali turun ke lantai dimana ruangan Rachel b
“Terima kasih nona, Nona sudah berkenan untuk menemui kami.” Ucap Ayah Ayah mewakili dirinya sekaligus anaknya.“Tuan tidak perlu sungkan” tutur Ester dengan tersenyum manis.Di sini Sebenarnya Deon seolah kagum melihat senyum Ester, Bagaimanapun juga Ester adalah wanita yang sangat cantik Meskipun tidak bisa dibandingkan dengan Rachel.Seolah memang memiliki sifat buaya, Deon kini berfikir andainya dia bisa mendekati Ester dia akan merasa sangat senang.Baru saja Deon dan ayahnya hendak duduk, Ester Kembali berkata.“Oh, Aku hampir saja lupa”“Apa itu nona?” Tanggap Ayah Dion yang kini tangannya sedang memegang kursi di depan meja kantor Ester.“Tadi Pak direktur memintaku untuk memberikan foto pertemuan kita Kepada beliau sebagai bukti jika memang kalian datang ke sini untuk membuat janji dengan dirinya.” terang Ester beralasan.Radhis m
Semua berkas ke ini sudah tertata rapi, tidak ada satupun yang tersisa ataupun belum dikerjakan. Tak lupa Sebelum dia meninggalkan kantornya terlebih dahulu dia mengirimkan pesan kepada Ester.Setelah dia melihat status pesan itu sudah terkirim Radhis kini meninggalkan kantornya.Suara Langkah kaki dan sama sekali tidak terdengar begitu dia melewati depan ruangan Ester,Seolah dia tidak menapakkan kakinya ke lantai.Sedikit cepat waktu berlalu kini Radhis sudah Berada di lobby kantor nya.“Hendak pulang Tuan?” Tanya penjaga yang tadi mengantarkan Deon beserta ayahnya ke ruangan Ester.“Iya, Saya akan pulang.” Jawab Radis dengan begitu berwibawa namun tetap sopan.
“Oh maaf Nona, saya Terbawa suasana saat harus bersalaman dengan wanita secantik nona,” tanpa ada rasa malu sedikitpun Ayah Dion berkata Saat dia melepaskan jabatan tangannya.“Tuhan Bisa saja tapi terima kasih atas pujiannya,”“ kalau begitu saya pamit juga nona,” Deon yang sedari tadi diabaikan, dia mengulurkan tangan, Untuk berjabat tangan dengan Ester.Di sini Sebenarnya Ester tidak mau menjabat tangan Deon, Namun karena dia merasa tidak enak terhadap ayahnya mau tidak mau Akhirnya Ester meraih uluran tangan Deon.“Iya, Terima kasih sudah menyempatkan waktu.” Ester berkata dengan senyum manis mengembang di bibirnya.Setelah jabat tangan itu selesai, ayah dan anak itu kini segera berlalu meninggalkan ruangan Ester.Setelah berjalan Melewati koridor dan juga Lift, Deon beserta ayahnya sudah sampai di lobby kantor, dan kini saat mereka hendak keluar dari kantor tersebut