“Kalau begitu aku izin untuk bersiap-siap terlebih dahulu, karena sepertinya Tuan Ed sudah menungguku.”
Kini Radhis selesai berbicara dengan Dere, kemudian dia berjalan menuju kamarnya untuk segera mengganti baju, karena dia diharuskan untuk segera datang ke tempat untuk melihat perkembangan penyelidikan terkait masalah bom di restoran.
Sudah bersiap-siap Kini Radhis sudah keluar dari kamar untuk segera berangkat, dengan menggunakan pakaian yang tidak begitu formal hadits berjalan melewati ruang tamu sehingga dia diharuskan melewati Tania dan Dere yang kini sedang duduk berdua di sana.
“Mau ke mana kamu?” Tanya Tania kepada Radhis.
“Oh sudah biarkan saja dia tadi sudah izin kepada ku, beli akan menemui tuan Ed untuk sebuah keperluan.” Ucap Dere membantu menantunya untuk mempersingkat waktu agar tidak terlalu lama ditanya oleh Tania.
“Aku permisi dulu Ayah.” Ucap Radhis dengan berjalan melewati pintu.<
Tanpa menunggu jawaban dari Sea, Huang segera menarik tangan Sea.Hampir saja Sea terjatuh, untungnya dia menyeimbangkan badannya dan kini terduduk di tepian tempat tidur, “Ayo sayang...” ucap Huang kepada Sea dengan tangannya yang mulai beraksi dan meraba-raba tubuh Sea yang kini perutnya sudah membuncit.“Sayang... kamu tidak bekerja?” tanya Sea lagi kepada laki-laki yang kini sudah menjadi suaminya itu dengan sedikit desahan.“Nanti... aku sedang ingin membuatmu berkeringat di pagi hari ini.” Ucap Huang lagi yang kini membaringkan tubuh istrinya dan menelanjanginya.Setelah mereka berdua kini sama-sama tanpa busana segera saja Huang melancarkan tenaga rudalnya untuk membuat dirinya puas.Sementara itu Rachel yang tadi suadh ebrada di kantornya kini sudah duduk di kursi kantornya, dengan membuka berkas-berkas yang harus dia kerjakan.Sementara Rocky kini sedang berada di luar ruangan Rachel, dia be
“Apa kamu ingat orang-orang yang kita dapatkan dari Moland?”tanya Radhis kepada Ed dengan ekspresi serius.“Maksud tuan?”tanya Ed.“Para pengikut Dave yang kini sudah menjadi pengikut kita, apa kamu ingat mereka?”ucap Radhis menjelaskan.“Tentu saja saya ingat Tuan.”“Kenapa dengan mereka?” Tambah Ed bertanya.“Aku ingin kamu segera menghubungi mereka terutama pemimpin mereka orang yang sangat aku anggap tegas untuk segera datang ke Auckland.” Ucap Radhis kepada Ed.“Apa Tuan Muda ada tugas untuk mereka? Kalau iya apa perlu aku Carikan orang ku yang disini?” Tanya Ed yang berharap dapat berguna untuk tuan Mudanya.“Tidak bukan begitu, aku sengaja menyerah mereka karena aku menganggap mereka sudah pantas mendapatkan tugas dari ku.”“Berbeda denganmu yang sudah selalu ada untuk aku dan keluargaku.”ucap Radhis menatap Ed den
“Terimakasih Ed, kamu memang orang yang sangat bisa di andalkan.” Ucap Radhis kepada Ed yang kini sedang tersipu karena di puji oleh Radhis.“Tuan terlalu memuji saya.” Ucpa Ed yang tiba-tiba terhenti karena Radhis mendapatkan telepon.“Maaf” ucap Radhis dengan merogoh sakunya untuk mengambil ponsel yang sedang berbunyi itu.Begitu Radhis mengeluarkan ponselnya ia mendapati telepon dari Ester, sempat Radhis berkata kepada Ed, “Ester,”Tapi Radhis berkata kembali, “ada apa Ester menelponku?”“Mungkin ada sesuatu yang penting Tuan.” Ucap Ed membantu tuannya dengan beberapa asumsi.“Aku akan mengangkat telepon ini dulu.” Jawab Radhis.“Silakan tuan.” Dengan mengangguk Ed memperlakukan Tuannya untuk mengangkat telepon dari Ester.“Ya halo.” Radhis berkata kepada Ester di seberang telepon.Entah apa yang diucapkan oleh
Dengan mencoba untuk bersikap normal Rachel berkata kepada Deon.“Tidak ... ehm, Tentu saja tidak, kenapa kamu harus bertanya mengganggu atau tidak.?” Ucap Rachel dengan sedikit hati-hati dengan cara bicaranya, karena dia merasa takut akn membuat Deon merasa sakit hati.“Ya mungkin karena apa yang sudah aku lakukan kemarin jadi kamu merasa terganggu dengan kehadiranku.” Ucap Deon lagi dengan mimik muka yang sedikit bingung dan malu.“Tolong kamu tidak membahas tentang masalah itu lagi,” ucap Rachel kepada Deon yang sedang berdiri tepat didepannya.“Kalau begitu baiklah, boleh aku duduk disini?” jawab Deon sekaligus bertanya kepada Rachel.“Silahkan, duduklah.” Ucap Rachel menjawab dengan begitu santai.“Terimakasih,” Ucap Deon kepada Rachel karena dia diijinkan untuk duduk di depannya, dan kini dia segeran menarik kursi yang ada di depannya itu untuk diduduki.Setelah Deon dudu
“Tidak perlu sesungkan itu.” Ucap Deon dengan sedikit sombong untuk menutupi rasa gugupnya.Disini Deon sudah sangat berbohong besar, bukan hanya berkata dia tau siapa pemimpin Geneve, namun juga dia berkata seolah dia mengenalnya.Sementara itu sekretaris Rachel seolah curiga bahwa Deon sudah membohongi Rachel. Intuisinya sebagai sekretaris membuatnya berpikir seperti itu.“Maaf tuan, karena nona saya sangat ingin bertemu dengan pemimpin Geneve, bisakan tuan segera mungkin mempertemukan mereka?” Tanya sekertaris Rachel dengan sedikit membungkuk, namun bagaimanapun juga karena dia melihat jika Deon sudah membohongi Rachel maka ia berpikir untuk sedikit memberi Deon pelajaran.Tanpa curiga Deon tersenyum dan menjawab perkataan dari sekretaris Rachel, “Tentu saja, kamu bisa percayakan masalah ini kepadaku.” Ucap Deon tanpa curiga sedikitpun kepada sekretaris Rachel.Mendengar jawaban dari Deon sekretaris Rachel sek
“Siapa laki-laki tadi?” tanya Rocky saat dia bertemu dengan sekretaris Rachel begitu sekretaris itu keluar dari ruangan Rachel.“Dia adalah Deon Tuan, dia yang kemarin siang mengajak nona untuk makan siang, dan selanjutnya seprti yang kemarin Tuan ceritakan kepada saya saat tuan meminta kunci mobil nona Rachel kepada saya.“Pantas,” Gumam Rocky.“Kenapa Tuan?” tanya sekretaris Rachel saat mendengar Rocky bergumam.“Tidak, aku hanya merasa pernah bertemu dengan orang itu, ternyata dia adalah laki-laki yang berada di restoran kemarin siang.” Ucap Rocky dengan menunduk namun bukan karena takut, tapi dia menunduk karena sedang berpikir dan menyadari sesuatu.“Lantas kepada dia buru-buru pergi barusan?” tannya Rocky kepada sekretaris Rachel lagi.“Oh, itu tadi dia bilang dia akan bertemu dengan pemimpin Geneve, karena dia akan mencoba untuk memperkenalkan Nona Rachel de
Sebelum Radhis menyampikan tindakan apa yang akan dia lakukan Ester lebih dulu memotong dan menyampaikan sebuah informasi tambahan kepadanya. “Tapi Tuan,” Ester berucap kembali. “Ada apa?” tanya Radhis kepada Ester yang sedang dalam kondisi menunduk. “Acara itu akan di adakan di tempat kita Tuan.” Ucap Ester. “Disini?” tanya Radhis sedikit bingung. “Iya Tuan, karena memang sebelumnya mereka belum menentukan tempat acaranya, dan mereka masih meminta ijin kepada Geneve terkait tempat acara, jadi saya sekarang bertannya kepada Tuan, Apakah Tuan mengijinkan.” Tanya Ester ragu, karena dia berpikir terkait Tuannya yang kemungkinan besar tidak akan mau untuk hadir, jadi saat tempat penyelenggaraan di Geneve dia akan bertanya kepada Radhis terlebih dahulu. Mendengar itu Radhis jadi berpikir ulang, “Disini,” Gumam Radhis ayng kemudian dia berdiri dan menghadap ke kaca di belakangnya untuk melihat keluar dan berpikir. “Jika memang
“Maafkan aku Ayah.” Dengan menunduk Deon hanya bisa meminta maaf kepada ayahnya. “Deon!” bentak sang Ayah yang sednag murka kepadanya. Apa yang ditakuti oleh ayahnya sepertinya terjadi, dia takut jika Deon terlalu banyak membual di depan Rachel dan akhirnya kini Anaknya bernama Deon itu sedang di hadapkan dengan satu tembok yang besar karena bualannya sendiri. Deon hanya bisa menunduk karena dia merasa takut dan juga malu kepada Ayahnya, dia tahu apa yang sudah dia lakukan adalah hal yang salah, dan juga dia merasa memang tidak mungkin untuk mempertemukan Racheld an pemimpin Geneve, karena semua orang tahu bahwa pemimpin Geneve adalah orang yang menutup diri dari masyarakat umum, apalagi untuk orang kalangan bawah, sangat tidak mungkin mereka mengenal pemimpin Geneve. “Jelaskan padaku apa yang sebenarnya sudah kamu bilang kepada Rachel?” Ayahnya dengan rasa penasaran dan sedikit amarah didalamnya. “Aku ...” Deon masih saja tidak berani