“Sudah-sudah, cukup bercandanya” ucap Ester yang membenahi posisi duduknya.
“Siapa yang bercanda.. aku serius bertanya...”, ucap Rachel.
“Sudahlah..”, ucap Ester.
“Berarti memang benar kau menyukai Direkturmu?”, ucap Rachel memastikan.
Dengan berat hati akhirnya Ester menjawab dengan benar, “Iya.. bisa dibilang aku jatuh hati kepadanya semenjak pertama ketemudia di kantor”, ucap Ester.
“Ohh.. sukurlah”, ucap Rachel seolah lega.
“Kenapa?, apa itu ada hubungan denganmu?”, tanyas Ester yang bingung dengan sikap Rachel.
“Tidak kok.. aku hanya takut jika kamu menyukai suamiku”, Rachel tertawa renyah. Sedangkan Radhis tiba-tiba saja terbatuk.
“Tapi jika memang kamu menyukai direkturmu aku jadi sedikit lega”, ucap Rachel dengan tersenyum polos percaya dengan semua yang di bicarakan dengan Ester.
“Aku akan pula
“Iya.. yauda makan lagi makananmu, nanti keburu dingin”, ucap Radhis dengan penuh perhatian ke istrinya.“He hem”, ucap Rachel yang semakin manja kesuaminya.Kini mereka melanjutkan makan sampai selesai dan habis, tinggal eskrim yang masih tersisah di gelas Rachel saja.“Sayang aku ketoilet dulu ya?”, ucap Radhis yang merasa ingin kencing.“Iya.. jangan lama-lama”, ucap Rachel dengan menikmati eskrim pencuci mulutnya.Setelah Radhis tidak lagi disana, tiba-tiba ada suara, “Bukankah ini Rachel Wish”,Seketika Rachel menatap kemana arah suara itu berasal.“Maaf...”, ucap Rachel yang sepertinya tidak mengenal siapa dia.“Aku Sasha.. ingat??, teman SMA mu”, ucap Wanita itu yang ternyata bernama Sasha.“Oh.. Sasha, apa kabar?”, tanya Rachel dengan polos.“Baik.. Kenalkan ini suamiku Jack.. ingat?, dia juga teman SMA ki
“Kalian sudah dengar kan?”, ucap Rachel kepada Jack dan Sasha.“Baiklah jika kalian ingin pulang, biar kami antarkan”, ucap Sasha.“Antar?”, tanya Rachel dengan tampang nya yang begitu polos.“Iya.. kami antar.. aku takut kalian tidak menemukan Taksi untuk pulang”, ucap Sasha kepada Rachel.“Maaf.. tapi kami membawa mobil sendiri”, ucap Rachel.“Dimana?, yang benar saja, sedari tadi kami tidak melihat mobil parkir di dekat sini selain mobil A8 di depan restoran”, ucap Sasha.“Tidak mungkin mereka membawa mobil semewah itu sayang, pasti ada di tempat lain”, ucap Jack yang belum tau kenyataanya namun sudah berani merendahkan Radhis.“Terserah kalian”,ucap Rachel yang kemudian berpamitan lagi.“Aku pulang dulu”, ucap Rachel yang kemudian menarik tangan suaminya untuk keluar dari kantor itu,Dengan berjalan kaki Rachel
“Sudah pergi sana!, dasar orang miskin!”, teriak Jack yang sudah tersulut emosi, sementara Radhis kini sudah masuk kedalam mobil dan bersiap untuk pulang.“Ada apa Suamiku?”, tanay Rachel.“Tidak apa-apa”, ucap Radhis.“Iya sudah kalau begitu mari kita pulang”, ucap Radhis.“Iya..”Dan kini Radhis memacu mobilnya, masih sempat dijalan Radhis dan Rachel berbincang tentang temannya tadi.“Memangnya siapa mereka?, kenapa mereka seolah punya dendam kepadamu”, tanya Radhis.“Mereka adalah teman sekolahku”,“Dulu itu Jack pernah mendekati aku, tapi aku menolaknya karena aku memang ingin fokus sekolah”,“Ohh seperti itu”, ucapRAdhis menangapi datar penjelasan Istrinya.“Iya.. dan sepertinya mereka berhubungan setelah kami lulus dan kini mereka menikah”, ucap Rachel lagi.“Sepertinya?, jadi
“Siapa?”, tanya Rachel saat Radhis kembali ke kamar dimana Rachel menunggu.“Oh itu tadi tuan Ed”, ucasp Radhis terpaksa berbohong karena takut istrinya curiga.“Ada apa?”, tanya Rachel lagi.“Dia meminta aku untuk ketempatnya besok”, ucap Radhis lagi.“Ohh.. iya”, ucap Rachel yang percaya dengan suaminya.“Maafkan aku istriku, aku belum bisa jujur kepadamu”, ucap Radhis dalam hatinya dengan menatap ke istrinya yang sangat nampak percaya kepadanya.“Ada apa sayang?”, tanya Rachel yang melihat suaminya memperhatikannya.“Oh tidak”, ucap Radhis yang kemudian duduk di sampingnya di tepian tempat tidur dan kemudian lanjut beristirahat.Sementara itu kini nenek Xion dan keluarganya sudah bertemu dengan Huang, mereka menaiki satu mobil milik Huang untuk pergi ke kediaman Huang, untuk selanjutnya beristirahat.Hari berganti,
“Apa-apaan sikapmu barusan”, hardik Sasha kepada suaminya.“Ohh itu sayang.. jika Rachel sekarang menjadi direktur Geneve kita tidak perlu repot-repot lagi mengajukan kontrak kerjasama, kan dia teman sekolah kita”, ucap Jack kepada sang istri.“Tunggu dulu”, ucap Rachel secara tiba-tiba.“Bukankah kemarin kalian yang menghinaku?”, tanya Rachel dengan bertopang dagu mencoba menjadi seseornag yang berbeda dari apa yang mereka kenal.“Maafkan kamu nona, itu semua hanya salah pahamm”, ucap Jack dengan sopan saat dia mendengar perkataan Rachel.Sementara Sasha,“Memangnya kenapa kalau kami kemarin menghinamu?”, bentak Sasha yang seakan belum sadar dengan kesalahannya.“Jack bisa minta tolong bawa Istrimu untuk keluar dulu?”, ucap Rachel dengan santai dan kembali mengerjakan pekerjaannya.“Hey!! Rachell!!!”, bentak Sasha kepada Rachel,
“Dasar”, gerutu Rachel yang merasa konyol dengan sikap kedua teman sekolahnya.Diluar ruangan Sasha masih saja berdebat dengan Jack, “Apa maksutmu seperti itu?”.“Apanya?”, tanya Jack seolah tidak bersalah.“Iya bersikap seperti itu kapada Rachel, apa kamu tak memikirkan bagaimana perasaanku?”, sengut Sasha sembari mereka berjalan menuju mobilnya.“Aku hanya berusaha agar kontrak kita disetujui, itu saja”, ucap Jack dengan wajah yang sangat terlihat jika sedang berbohong.“Elahh.. aku juga tahu jika kamu masih mempunyai rasa sama Rachel, apa lagi sekarang dia seorang direktur”, ucap Sasha kepada Jack.“Kamu ini bicara apa sih?, kan aku sudah menjadi suamimu”, ucap Jack yang meninggalkan Sasha untuk berjalan lebih cepat darinya dan segera mereka memasuki mobil.“Semoga saja kamu masih sama seperti kemarin waktu bilang akan setia kepadaku”, u
Kini Jack dan Sasha pergi meninggalkan Radhis, mereka menaiki lift untuk naik ke atas,“Dasar orang aneh, untuk apa orang sepertinya berada disini?”, ucap Jack lagi yang masih marah terkait Rachel.“Iya sedang apa dia disini, meskipun yang dikatakan Rachel benar, tapi kenapa laki-laki itu disisi?, dan tadi kamu lihat kan, stelannya terlihat sangat gembel”, ucap Sasha yang bergunjing tentang Radhis di dalam Lift bersama Jack.Mereka langsung menuju ruangan Ester, untuk bertanya kelanjutannya.“Permisi Nona”, ucap Jack dengan sedikit membuka pintu ruangan Ester.“Oh Tuan Jack, mari silahkan masuk”, ucap Ester dengan begitu santun, seperti saat melayani client seperti biasa.“Terimakasih nona”, ucap jack yang kemudian duduk di kursi di depan meja Ester.“Jadi bagaimana?”, tanya Ester berhenti sejenak sebelum dia bertanya lagi, “Apa kalian sudah bertemu de
“Saya tidak dapat menentukannya, semua tergantung apa kata pak direktur nanti”, ucap Ester.“Dan kalian sepertinya sudah bertemu dengan Direktur dibawah kan?”, tambah Ester lagi.“Saya tidak bertemu dengan beliau nona”, ucap Sasha.“Semoga saja kalian benar-benar tidak bertemu dengan beliau”, ucap Ester lagi dengan tatapan yang sangat sinis.Tiba-tiba Ester mengangkat ponselnya untuk menelepon Radhis.“Maaf pak, apa bapak sudah berada di ruangan?”, tanya Ester dengan sopan karena ada Jack dan Sasha di depannya.“Saya masih berada di bawah, ada apa?”, tanya Radhis yang sebenarnya tau maksut Ester menelepon adalah untuk Radhis bertemu dengan Jack dan Sasha.“Saya hanya bermaksut memastikan, ini terkait dengan tuan Jack dan nona Sasha apa yang harus saya lakukan?”, ucap Ester kemudian.“Jika memang mereka ingin bertemu denganku antarkan merek