“Dasar”, gerutu Rachel yang merasa konyol dengan sikap kedua teman sekolahnya.
Diluar ruangan Sasha masih saja berdebat dengan Jack, “Apa maksutmu seperti itu?”.
“Apanya?”, tanya Jack seolah tidak bersalah.
“Iya bersikap seperti itu kapada Rachel, apa kamu tak memikirkan bagaimana perasaanku?”, sengut Sasha sembari mereka berjalan menuju mobilnya.
“Aku hanya berusaha agar kontrak kita disetujui, itu saja”, ucap Jack dengan wajah yang sangat terlihat jika sedang berbohong.
“Elahh.. aku juga tahu jika kamu masih mempunyai rasa sama Rachel, apa lagi sekarang dia seorang direktur”, ucap Sasha kepada Jack.
“Kamu ini bicara apa sih?, kan aku sudah menjadi suamimu”, ucap Jack yang meninggalkan Sasha untuk berjalan lebih cepat darinya dan segera mereka memasuki mobil.
“Semoga saja kamu masih sama seperti kemarin waktu bilang akan setia kepadaku”, u
Kini Jack dan Sasha pergi meninggalkan Radhis, mereka menaiki lift untuk naik ke atas,“Dasar orang aneh, untuk apa orang sepertinya berada disini?”, ucap Jack lagi yang masih marah terkait Rachel.“Iya sedang apa dia disini, meskipun yang dikatakan Rachel benar, tapi kenapa laki-laki itu disisi?, dan tadi kamu lihat kan, stelannya terlihat sangat gembel”, ucap Sasha yang bergunjing tentang Radhis di dalam Lift bersama Jack.Mereka langsung menuju ruangan Ester, untuk bertanya kelanjutannya.“Permisi Nona”, ucap Jack dengan sedikit membuka pintu ruangan Ester.“Oh Tuan Jack, mari silahkan masuk”, ucap Ester dengan begitu santun, seperti saat melayani client seperti biasa.“Terimakasih nona”, ucap jack yang kemudian duduk di kursi di depan meja Ester.“Jadi bagaimana?”, tanya Ester berhenti sejenak sebelum dia bertanya lagi, “Apa kalian sudah bertemu de
“Saya tidak dapat menentukannya, semua tergantung apa kata pak direktur nanti”, ucap Ester.“Dan kalian sepertinya sudah bertemu dengan Direktur dibawah kan?”, tambah Ester lagi.“Saya tidak bertemu dengan beliau nona”, ucap Sasha.“Semoga saja kalian benar-benar tidak bertemu dengan beliau”, ucap Ester lagi dengan tatapan yang sangat sinis.Tiba-tiba Ester mengangkat ponselnya untuk menelepon Radhis.“Maaf pak, apa bapak sudah berada di ruangan?”, tanya Ester dengan sopan karena ada Jack dan Sasha di depannya.“Saya masih berada di bawah, ada apa?”, tanya Radhis yang sebenarnya tau maksut Ester menelepon adalah untuk Radhis bertemu dengan Jack dan Sasha.“Saya hanya bermaksut memastikan, ini terkait dengan tuan Jack dan nona Sasha apa yang harus saya lakukan?”, ucap Ester kemudian.“Jika memang mereka ingin bertemu denganku antarkan merek
“Wahh.. andainya aku tau bagaimana?”, ucap Radhis yang menyahuti ucapan Sasha,“Tidak, memang benar ucapan istriku, untuk orang seperti mu tidak mungkin mengenal direktur dari perusahaan sebesar ini”, ucap Jack ayng membela istrinya, dan akhirnya Jack masih melanjutkan mengutarakan isi pikirannya terkait Radhis,“Mungkin memang istrimu bilang bahwa kamu yang telah mengakuisisi Wish Corp untuk Rachel, tapi aku yakin itu hanyalah sebuah kebetulan belaka!”, ucap Jack dengan keras.Karena bagaimana pun juga Jack masih menyimpan rasa kepada Rachel, apalagi Rachel yang sekarang setelah menikah semakin cantik dan Sexy.“Oh baiklah kalau begitu”, ucap Radhis yang kemudian beranjak pergi meninggalkan mereka berdua disana.Belum sampai Radhis di pintu keluar, Ester datang dan memanggilnya, “Pak, maaf saya terlambat”, mendengar suara Ester Radhis langsung berbalik badan dan melihatnya.Sementa
“Sudah kalian tidak perlu berpura-pura lagi, aku sudah tahu semua”,ucap Sasha yang masih saja tidak percaya dengan siapa Radhis dan apa yang di bilang oleh Ester.“Halo tuan Ed, Tuan Radhis menyuruh saya untuk menelepon Anda”, ucap Ester saat Ed mengangkat teleponnya.“Tunggu Nona, bisa berikan Telepon ini kepada Bliau?”, tanya Ed.“Tuan, Tuan Ed ingin berbicara dengan Tuan”, ucap Ester dengan sopan kepada Radhis.“Kalian sangat pandai bersandiwara”, ucap Sasha yang dengan angkuh masih menganggap jika mereka hanya bersandiwara.“Sudah speaker saja, biar mereka juga dengar siapa yang sedang kamu telepon”, ucap Radhis kepada Ester.“Baik tuan”, ucap Ester dengan cepat memindahkan teleponnya kemode loudspeaker.“Maaf Tuan Ede anda bisa berbicara sekarnag, sudah saya mode Loudspeaker, supaya mereka juga ikut mendengar”, ucap Ester kepada Ed.
“Aku sendiri tidak paham, kenapa Pemilik gedung itu berkata seperti itu, tapi yang jelas, itulah yang dia bilang”, ucap Jack lagi.Mendengar percakapan mereka akhirnya Ester angkta bicara.“Sepertinya sedari awal kalian tidak mengenal siapa Direktur Geneve?”, ucap Ester mencoba untuk memberikan tekanan di benak mereka.“Siapa, oke jika memang Radhis ini adalah direktur di Geneve, tapi apakah dia keuarga Zond?”, ucap Sasha.“Berikan kepadanya”, ucap Radhis kepada Ester, tanpa harus berkata apa yang harus di berikan Ester sudah sangat mengerti.“Silahkan”, ucap Ester dengan mengulurkan kartu namanya.“Radhis Zond?”, ucap Sasha.“Bagaimana mungkin bisa begini, bahkan Ester memiliki suami keturunan keluarga Zond??!!”,“Ini sungguh tidak adil!!!”, ucap Sasha dengan keras.“Apa urusanmu?”, tanya Radhis lagi dengan sa
“Maaf pak, kenapa bapak memberikan mereka kesempatan untuk bangkit lagi?”, tanya Ester yang penasaran dengan sikap Radhis.“Bukankah kau membaca isi kontrak mereka?”,ucap Radhis dengan berjalan menuju ruangannya di ikuti Rachel dari samping agak sedikit kebelakang.“Saya memang sudah membacanya tuan”, ucap Ester yang kemudian masih melanjutkan kalimatnya.“Memang itu sedikit memudahkan kinerja kita nantinya, tapi.....”. ucap Ester“Tapi apa?”, tanya Radhis melihat ekspresi Radhis yang bingung.“Iya, tapi kenapa tuan tidak menerima mereka?”, ucap Ester.“Masi terlalu cepat untu mereka menjalin kerja sama dengan Geneve, jadi biarkan mereka menjalin hubungan kerja dengan Wish Corp, aku akan melihat perkembangan sikap mereka”,jelas Radhis.“Baik tuan, tapi bagaimana jika mereka justru merugikan nona Rachel?”, ucap Ester bertanya karena kawatir
“Benarkah begitu?”, tanya Dave kepada Sekretaris itu.“Iya sayang, bahkan dia sering meminta link kepadaku”, ucap sekretaris tadi dengan blak-blakan.“Tapi jika memang begitu bisa kapan-kapan kamu mengupayakan agar aku bisa menikmatinya?”, uca Dave lagi.‘Tentu saja sayang, pasti bisa, apa lagi jika dia tau keperkasaanmu”, ucap Sekretaris lagi kepada Dave.“Tapi bukankah dia cari yang tampan atau muda?”, tanya lagi Dave.“Tidak sayang, untuk orang seperti nona Kally itu tidak butuh ketampanan, yang dia butuhkan adalah seseoarang yang benar-benar perkasa dan bisa membawa nya ke puncak, itu saja katanya”, ucap Sekretaris lagi menjelaskan.“Kalau begitu sempatkan waktu untuk aku bisa mencobanya”, ucap Dave.“Meskipun usianya tidak telalu muda, tapi dia tidak jauh lebih tuah darimu”. Ucap Dave lagi,“Sebenarnya usianya jauh lebih t
“Kamu bisa saja, sementara ketimbang aku, masih lah seksi dirimu”, ucap Kally kepada Sekretaris Goma.“Kalau bgitu suruh dia kesini”, uacp Kally lagi,“Tapi nona jangan kaget ya?”, ucap Sekretaris itu.“Iya sudah.. cepat”, ucap Kally yang semakin penasan dengan siapa ayng di bawa Sekretaris itu kesana.Setelah sekretaris itu keluar ebebrapa saat dia masuk lagi dan, “Selamat sore”,Kally yang sebelumnya sedang asik dengan ponselnya langsung menghadap ke asal suara itu,“I........ ya”, “Dave”, ucap Kally kaget.“Iya ini aku”, ucap Kally yang mengenal Dave adalah rekan kerja suaminya.“Apa yang kamu lakukan disini?”, tanya Kally kaget.“Dia adalah orang yang saya ceritakan tadi nyonya”, ucap Sekretaris.“Serius kamu?!”, Tanya Kally yang kaget.“Iya, yang dia bilang ada
Kali ini semua orang yang hanya bisa berdiri dengan menjadikan Radhis yang duduk di sofa utama sebagai titik pandangan.Mereka semua mulai merasa sedikit penasaran, karena Radhis masih terpaku terdiam melihat ke arah Gun.“Apa yang kau mau bangs*at?” Teriak Gun.“Cepat katakan!” Imbuhnya.“Oh… Bukankah Anda terlalu terburu-buru Tuan.” Kalimat Radhis mungkin cukup sopan, namun nada dan ekspresi wajahnya seolah Radhis sangat meremehkan Gun.“Cepat katakan! Apa maumu?”Gun terdiam sejenak, melihat Radhis, entah apa yang ada dipikirannya, sampai akhirnya Dia lanjut berbicara.“Berapa yang kau inginkan?”Pertanyaan Gun jelas ditanggapi dengan ekspresi senyum oleh beberapa orang, termasuk nenek Xion, Marot, dan juga Tania.Mereka berpikir jika Radhis akan mendapatkan uang yang cukup banyak dari Gun, dan setelah itu mereka akan memintanya.Berbeda dengan Radhis, pada saat ini Dia justru tertawa dengan begitu keras.Radhis merasa lucu, karena bagaimanapun juga aset yang dimiliki oleh Radhis
“Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Radhis yang mulai melihat Gun bingung.“T–tidak.”“Tolong lepaskan Aku.”Gun mulai pucat karena merasa takut. Selain itu, tangannya mulai sedikit membiru karena begitu erat cengkraman tangan Radhis membuat peredaran darah di tangannya sedikit terganggu.Tangan kiri Radhis masih tetap memegang pergelangan tangan Gun, tangan kanannya yang bebas kini mulai melayang menampar pipi pria itu kiri-kanan berulang-ulang secara bergantian.“Tolong maafkan A–aku.” Gun merasakan panas di pipinya kanan dan kiri.“Tolong lepaskan Aku…” Gun mulai merengek karena dirinya kini merasa sakit di pergelangan tangannya dan juga panas di pipinya.“Bagaimanapun Aku adalah keturunan keluarga Esfor!”Teriak Gun yang saat ini masih tak henti-hentinya mendapatkan tamparan dari Radhis.“R–radhis, lepaskan Dia.”Nenek Xion kembali berbicara saat dirinya masih merasakan panas di pipinya, bekas tamparan tangan Radhis.Radhis yang sedari tadi masih menampar pipi Gun mulai merasa
“Dere bilang kepada Menantumu, agar Dia menjauh dariku!”Teriak nene Xion kepada Dere.Dere melihat ke arah Radhis.Dia memandangi menantunya yang sepertinya sudah sangat marah.Ingat seberapa sayang Radhis kepada Rachel, Dere justru memilih untuk diam, Dirinya tidak ingin terlalu ikut campur dengan apa yang di lakukan oleh suami anaknya itu.Tania juga sama, Dia haya melihat apa yang akan terjadi.Sejujurnya Ia ingin jika Radhis dan Rachel bercerai, agar supaya Tania bisa bebas menguasai Villa kelas atas yang kini mereka tempati, setelah itu untuk selanjutnya akan menjodohkan putrinya, Rachel dengan Deon, lelaki yang jelas di matanya mempunyai perusahaan. Selain itu, menurut dirinya Deon jauh lebih baik daripada Radhis karena Deon bisa dengan mudah ia kendalikan.Namun, meskipun Tania berpikiran seperti itu, sebenci apapun dirinya kepada Radhis, Dia jauh lebih benci kepada Xion, ibu mertuanya yang gila harta dan tidak penah bersikap adil, dimana dirinya selalu merasa di anak tirikan
“Berhenti.”Radhis kini mulai berbicara saat Gun sudah semakin memperpendek jarak nya dengan Rachel.Gun untuk sejenak berhenti mendekat, Dia menoleh ke arah Radhis.Dengan sikapnya yang masih terlihat angkuh Gun berbicara kepada Radhis.“Ternyata berani juga Dirimu untuk berbicara kepadaku, bahkan melarangku.”“Kenapa aku tidak berani?”Radhis mulai berbicara dengan masih tidak melihat ke arah Gun sama sekali.Saat ini yang ada di pikiran Radhis adalah emosi, amarah dirinya kepada Gun.Mungkin semuanya tidak merasakan bahkan Rachel.Tapi untuk Nanny yang sudah sedikit banyak mengenal sisi lain Radhis, mulai merasa perasaan mencekam. Seolah Radhis sedang mengeluarkan hawa membunuh yang sangat kental.“Tuan…”Nanny mencoba untuk berbicara kepada Tuan nya.“Tenang saja, tidak apa-apa. Biar Aku yang mengurus.” Radhis berbicara kepada Nanny yang bahkan masih tidak berniat menatap Nanny.Entah kemana pandangan Radhis saat ini, tatapannya seolah kosong.Untuk Nanny yang sudah sering berhada
***Beberapa jam telah berlalu.Kini sepasang suami istri itu sedang berpelukan merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka berdua tapaki.“Terimakasih, Suamiku.” ucap Rachel dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Radhis.“Tidak Sayang… seharusnya aku yang berkata seperti itu.”Jawab Radhis seraya mencium kening istrinya.“Sebenarnya kemana kamu beberapa minggu ini?” Tanya Rachel yang masih dalam posisi memeluk Radhis.“Ada yang harus Aku lakukan. Itu kenapa Aku sibuk beberapa minggu ini.” JAwab Radhis dengan mengelus rambut lembut milik sang istri.“Sebenarnya apa yang terjadi padaku semalam?”Kini Rachel membuka pertanyaan untuk agar mereka bisa berbincang.Radhis tidak tahu harus mulai darimana.Dia mulai menjelaskan apa yang Dia tahu kepada istrinya.Rachel bertanya seperti itu, karena samar-samar ingatan nya hanya sampai Dia makan malam bersama Adams dan Gun.Rachel juga menjelaskan jika sebenarnya semalam Dia mengira bahwa acara makan malam itu akan dihadir
***Keesokan harinya.Kini hari telah pagi. Matahari mulai bersinar disaat Rachel membuka matanya.Satu hal yang berbeda untuk hari ini adalah dimana saat ini dia sedang terbangun dengan satu tangan yang sedang memeluk seorang pria.Pria yang dia kenal.Radhis, suami yang beberapa minggu terakhir sedang pergi ke Motherland untuk mengurus beberapa pekerjaan.Rachel hampir tidak bisa menahan air matanya.Wanita muda itu kini mengusap matanya, sebelum akhirnya dia memeluk sang suami dengan erat.“Kamu sudah bangun?” Suara lembut Radhis terdengar di telinganya.Menyeruak ke dalam telinga mungilnya, di iringi hembusan hangat nafas sang suami.Alih-alih menjawab Rachel kini justru membenamkan wajahnya di dada sang suami.Dengan tangannya yang masih memeluk erat, Rachel diam untuk beberapa saat.Seolah sedang menikmati waktu kebersamaan mereka berdua.Radhis yang mendapat perlakuan manja sang istri kini justru paham dan memeluk tubuh istrinya erat-erat.Mereka berdua saling melepas rindu s
Dere sadar akan kesalahan dirinya dalam menanggapi kalimat-kalimat yang sudah diucapkan oleh mereka.“Oh.. Tidak.. aku tidak bermaksud–”Belum selesai Dere berkata-kata, ucapannya sudah dipotong oleh nenek Xion.“Sepertinya kamu memang sengaja membela menantumu yang kurang ajar itu!” Tuding nenek Xion.“Bukan begitu Bu–”“Ahh Sudahlah!” Lagi-lagi sebelum selesai Dere berbicara, nenek Xion sudah memotong ucapannya.“Apa kamu tahu, apa yang akan terjadi jika sampai Tuan Gun menggunakan kekuasaannya untuk membuat perhitungan dengan kita?”Saat ini giliran Marot yang berbicara kepada Dere.Kalimat yang diucapkan oleh Marrot senada dengan sebuah ancaman.Kata-katanya seolah Marot sedang memperingatkan kepada Dere jika pada saat ini menantu Dere, “Radhis” telah melakukan sesuatu yang dapat mengancam keluarga besar mereka.“Apa kamu Tahu sekuat apa, kekuasaan Tuan Gun?” Marrot masih mengintimidasi Dere.“Mungkin menantumu itu bekerja untuk Ed Ackerley.”“Tapi tetap saja, pekerja rendahan s
Nenek Xion dan Marrot kini mulai paham jika sepertinya Radhis pulang.Mereka terkadang berpikir jika Radhis adalah sebuah penghalang besar dalam setiap rencana mereka, apalagi disaat ini mereka masih menumpang di Villa milik Rachel yang pernah dibilang oleh Rachel jika Villa ini diberikan oleh Radhis kepada dirinya.“Bu… Si brengsek itu pulang. Apa yang harus kita lakukan?” Marot bertanya dengan berbisik kepada Nenek Xion.“Kamu tenang saja…”Ucap nenek Xion berbisik balik kepada Marrot.“Kamu tidak perlu khawatir, sebentar lagi saat Wish Corp bangkit kita akan pergi dari sini…” Tambah nenek Xion yang masih dengan berbisik kepada Marrot.“Benar Bu…” Ucap Marrot mulai menyeringai.Kini mereka kembali fokus kepada Adams.Ibu dan Ana itu kini mulai bertanya, untuk memastikan.Apakah benar jika tadi rencana Adams diganggu oleh Radhis?“Apa benar dia suami Rachel?” Adams menjelaskan kepada nenek Xion jika Sea sendiri yang berkata jika laki-laki yang mengganggu rencananya tadi kemungkinan b
*** Beberapa saat sebelumnya disaat Radhis dan yang yang lain nya berbicara.Gun sedang berada di suatu tempat dengan Adams, serta Sea.Posisi mereka sangat aneh untuk orang yang mengerti hubungan di antara ketiganya.Dimana Adams berdiri dengan kepala menunduk.Sementara Gun sedang duduk dengan ditemani oleh Sea di pangkuannya.Bukan hanya itu, dapat terlihat jelas jika pada saat ini tangan Gun sedang meraba-raba pinggul wanita itu.“Sial benar!” Ucap Gun yang merasa kesal.Dia merasa jika baru kali ini ada yang berani untuk mengganggu dirinya.Bahkan Gun merasa jika laki-laki tadi dengan terang-terangan mengintimidasi dirinya.Sea sekilas mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya bisa menduga jika laki-laki yang dimaksud oleh mereka itu tentu adalah Radhis.“Sepertinya pecundang itu ini telah kembali…” Ucap Sea.“Dia adalah suami Rachel yang tidak berguna.” Ucap Sea memberitahu Gun.“Jadi Dia…”Gun mencoba untuk berpikir sejenak.Sejujurnya Gun tidak tahu siapa laki-laki tadi. Dia