“Aku sendiri tidak paham, kenapa Pemilik gedung itu berkata seperti itu, tapi yang jelas, itulah yang dia bilang”, ucap Jack lagi.
Mendengar percakapan mereka akhirnya Ester angkta bicara.
“Sepertinya sedari awal kalian tidak mengenal siapa Direktur Geneve?”, ucap Ester mencoba untuk memberikan tekanan di benak mereka.
“Siapa, oke jika memang Radhis ini adalah direktur di Geneve, tapi apakah dia keuarga Zond?”, ucap Sasha.
“Berikan kepadanya”, ucap Radhis kepada Ester, tanpa harus berkata apa yang harus di berikan Ester sudah sangat mengerti.
“Silahkan”, ucap Ester dengan mengulurkan kartu namanya.
“Radhis Zond?”, ucap Sasha.
“Bagaimana mungkin bisa begini, bahkan Ester memiliki suami keturunan keluarga Zond??!!”,
“Ini sungguh tidak adil!!!”, ucap Sasha dengan keras.“Apa urusanmu?”, tanya Radhis lagi dengan sa
“Maaf pak, kenapa bapak memberikan mereka kesempatan untuk bangkit lagi?”, tanya Ester yang penasaran dengan sikap Radhis.“Bukankah kau membaca isi kontrak mereka?”,ucap Radhis dengan berjalan menuju ruangannya di ikuti Rachel dari samping agak sedikit kebelakang.“Saya memang sudah membacanya tuan”, ucap Ester yang kemudian masih melanjutkan kalimatnya.“Memang itu sedikit memudahkan kinerja kita nantinya, tapi.....”. ucap Ester“Tapi apa?”, tanya Radhis melihat ekspresi Radhis yang bingung.“Iya, tapi kenapa tuan tidak menerima mereka?”, ucap Ester.“Masi terlalu cepat untu mereka menjalin kerja sama dengan Geneve, jadi biarkan mereka menjalin hubungan kerja dengan Wish Corp, aku akan melihat perkembangan sikap mereka”,jelas Radhis.“Baik tuan, tapi bagaimana jika mereka justru merugikan nona Rachel?”, ucap Ester bertanya karena kawatir
“Benarkah begitu?”, tanya Dave kepada Sekretaris itu.“Iya sayang, bahkan dia sering meminta link kepadaku”, ucap sekretaris tadi dengan blak-blakan.“Tapi jika memang begitu bisa kapan-kapan kamu mengupayakan agar aku bisa menikmatinya?”, uca Dave lagi.‘Tentu saja sayang, pasti bisa, apa lagi jika dia tau keperkasaanmu”, ucap Sekretaris lagi kepada Dave.“Tapi bukankah dia cari yang tampan atau muda?”, tanya lagi Dave.“Tidak sayang, untuk orang seperti nona Kally itu tidak butuh ketampanan, yang dia butuhkan adalah seseoarang yang benar-benar perkasa dan bisa membawa nya ke puncak, itu saja katanya”, ucap Sekretaris lagi menjelaskan.“Kalau begitu sempatkan waktu untuk aku bisa mencobanya”, ucap Dave.“Meskipun usianya tidak telalu muda, tapi dia tidak jauh lebih tuah darimu”. Ucap Dave lagi,“Sebenarnya usianya jauh lebih t
“Kamu bisa saja, sementara ketimbang aku, masih lah seksi dirimu”, ucap Kally kepada Sekretaris Goma.“Kalau bgitu suruh dia kesini”, uacp Kally lagi,“Tapi nona jangan kaget ya?”, ucap Sekretaris itu.“Iya sudah.. cepat”, ucap Kally yang semakin penasan dengan siapa ayng di bawa Sekretaris itu kesana.Setelah sekretaris itu keluar ebebrapa saat dia masuk lagi dan, “Selamat sore”,Kally yang sebelumnya sedang asik dengan ponselnya langsung menghadap ke asal suara itu,“I........ ya”, “Dave”, ucap Kally kaget.“Iya ini aku”, ucap Kally yang mengenal Dave adalah rekan kerja suaminya.“Apa yang kamu lakukan disini?”, tanya Kally kaget.“Dia adalah orang yang saya ceritakan tadi nyonya”, ucap Sekretaris.“Serius kamu?!”, Tanya Kally yang kaget.“Iya, yang dia bilang ada
Kini saat sekretaris itu meninggalkan kamar hotel Kally langsung mendekat kepada Dave, dia menempelkan badannya kepada Dave,“Jadi.... apa kita akan memulai sekarang?”, tanya Kally kepada Dave.Dengan memeluk tubuh Kally Dave membalas bertanya,“Apa kamu siap menerima kenikmatan yang teramat sangat?”.Mendapati dirinya diperlakukan seperti itu Kally melingkarkan tangannya di leher Dave dan mendekatkan wajahnya ke arah Dave, “Aku akan sangat senang jika memang begitu” ucap kally lirih.Seketika Dave melumat bibir Kally dengan penuh nafsu seolah dia benar-benar menantikan hal ini “Hmmmmmmm”, gumam Kally yang mulutnya dilumat oleh Dave.Melihat ekspresi Kally dave melepaskan lumatan bibirnya dan bertanya, “Apa kau siap sayang?”.“Iyahh”, ucap Kally lirih dengan tatapan yang begitu sayu ke arah bibir Dave.Seketika Dave melumat kembali bibir Kally sembari membi
“Kalian posisikan diri”, ucap Rocky langsung kepada bawahan-bawahannya.Kini hampir selusin orang mulai bergerak, mereka memposisikan diri masing masing, namun tetap tidak bergerak dulu, dia masih memonitor.Satu di antaranya memasukan kamera kecil dibawah pintu untuk memantau kondisi didalam ruangan itu, setelah itu dia menghadap ke arah Rocky dang mengisyaratkan ada delapan orang didalam sana.Sementara itu didalam kedelapan orang itu sedang bersiap untuk pergi kembali ke Moland, karena mereka sudah mendapatkan Ester.“Kalian mau membawaku kemana?”, ucap Ester yang kini sedang di dudukan di sofa oleh mereka.“Kau lebih baik menurut saja, karena kami tidak akan sungkan sungkan membunuh mu jika memang harus”, ucap pemimpin dari mereka yang di dalam.“Kenapa kau seperti itu?”,“Apa salahku kepada kalian”,tanya Ester lagi yang belum terpikir bahwa mereka adalah suruhan dari Goma.
“iya tuan Rocky, aku permisi dulu”, ucap Ester yang kini meninggalkan mereka disana.Kini Ester meninggalkan mereka dengan di antarkan oleh bawahan Rocky,sementara itu Dave dan Kally yang baru saja selesai dengan apa yang mereka lakukan kini sedang beristirahat dengan santai di atas tempat tidur, dengan berpelukan mereka saling berbincang mengenahi telepon tadi.“Apakah tadi telepon dari orang suruhanmu yang di bilang oleh Goma?”, ucap Kally.Melihat Kally yang menyebut suaminya dengan hanya namanya membuat Dave penasaran, “sebegitu tidak berdayakah suamimu sampai kau hanya memanggil namanya di depanku?”.“Maksutmu?”, tanya Kally ayng seolah tidak mengerti akan pertanyaan laki-laki yang baru saja memberinya kepuasan meskipun itu adalah rekan kerja suaminya, lebih tepatnya orang yang sedang menjalin urusan yang bukan hanya urusan bisnis dengan suaminya.“Iya maksutku kenapa kamu tak m
Radhis masuk kedalam kamarnya dimana istrinya sedang berada sekarang, dia langsung mendekat kepada istrinya dan berkata, “Aku minta ijin darimu”, ucap Radhis dengan sangat halus kepada Istrinya.“Ijin apa?”, ucap Rachel yang bingung.“Aku akan keluar, untuk menemui Rocky dan Tuan Ed”,“Mau apa malam-malam begini?”, tanya Rachel yang kawatir.“Aku tidak bisa berkata kepadamu sekarang”, ucap Radhis dengan menatap ke arah istrinya.Dan dengan itu aitrinya tau bahwa ini bukanlah uruasan yang mudah, itu sangat tampak dari tatap muka Radhis kepada Rachel.“Tapi...”, ucap Rachel yang kemudian langsung dipotong oleh Radhis.“Nanti saat semua selesai aku akan bercerita kepadamu”, ucap Radhis,“Baiklah kalau begitu”, ucap Rachel dengan menunduk.“Kapan kau akan pulang?”, tanya Rachel yang sedikit kawatir.&ldquo
“Telepon kita masih terhubung”, ucap Radhis dengan tampangnnya yang sedikit masam.“Ohh maafkan saya Tuan”, ucap Rocky dengan sedikit membungkuk kearah Radhis.“Sudah tidak apa-apa”, ucap Radhis dengan mengantongi ponselnya setelah dia mengakhiri panggilan telepon dengan Rocky.“Sudah angkat kepalamu”, ucap Radhis kepada Rocky yang masih membungkuk kepadanya.“Diaman mereka?”, tambah Radhis bertanya.“Oh, silahkan ikuti saya tuan”, ucap Rocky yang kemudian membawa Radhis untuk masuk kedalam suatu rumah lebih tepatnya losmen yang sedikit kecil.Begitu didalam Rocky menunjukkan orang-orang yang sudah dia ringkus.“Ini mereka Tuan”, ucap Rocky dengan mengarahakn tangannya ke arah delapan orang yang sedang terikat di lantai dengan mulut di sumpal oleh kain.“Kenapa mulut mereka di sumpal?”, tanya Radhis.“Saya takut sepe
Kali ini semua orang yang hanya bisa berdiri dengan menjadikan Radhis yang duduk di sofa utama sebagai titik pandangan.Mereka semua mulai merasa sedikit penasaran, karena Radhis masih terpaku terdiam melihat ke arah Gun.“Apa yang kau mau bangs*at?” Teriak Gun.“Cepat katakan!” Imbuhnya.“Oh… Bukankah Anda terlalu terburu-buru Tuan.” Kalimat Radhis mungkin cukup sopan, namun nada dan ekspresi wajahnya seolah Radhis sangat meremehkan Gun.“Cepat katakan! Apa maumu?”Gun terdiam sejenak, melihat Radhis, entah apa yang ada dipikirannya, sampai akhirnya Dia lanjut berbicara.“Berapa yang kau inginkan?”Pertanyaan Gun jelas ditanggapi dengan ekspresi senyum oleh beberapa orang, termasuk nenek Xion, Marot, dan juga Tania.Mereka berpikir jika Radhis akan mendapatkan uang yang cukup banyak dari Gun, dan setelah itu mereka akan memintanya.Berbeda dengan Radhis, pada saat ini Dia justru tertawa dengan begitu keras.Radhis merasa lucu, karena bagaimanapun juga aset yang dimiliki oleh Radhis
“Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Radhis yang mulai melihat Gun bingung.“T–tidak.”“Tolong lepaskan Aku.”Gun mulai pucat karena merasa takut. Selain itu, tangannya mulai sedikit membiru karena begitu erat cengkraman tangan Radhis membuat peredaran darah di tangannya sedikit terganggu.Tangan kiri Radhis masih tetap memegang pergelangan tangan Gun, tangan kanannya yang bebas kini mulai melayang menampar pipi pria itu kiri-kanan berulang-ulang secara bergantian.“Tolong maafkan A–aku.” Gun merasakan panas di pipinya kanan dan kiri.“Tolong lepaskan Aku…” Gun mulai merengek karena dirinya kini merasa sakit di pergelangan tangannya dan juga panas di pipinya.“Bagaimanapun Aku adalah keturunan keluarga Esfor!”Teriak Gun yang saat ini masih tak henti-hentinya mendapatkan tamparan dari Radhis.“R–radhis, lepaskan Dia.”Nenek Xion kembali berbicara saat dirinya masih merasakan panas di pipinya, bekas tamparan tangan Radhis.Radhis yang sedari tadi masih menampar pipi Gun mulai merasa
“Dere bilang kepada Menantumu, agar Dia menjauh dariku!”Teriak nene Xion kepada Dere.Dere melihat ke arah Radhis.Dia memandangi menantunya yang sepertinya sudah sangat marah.Ingat seberapa sayang Radhis kepada Rachel, Dere justru memilih untuk diam, Dirinya tidak ingin terlalu ikut campur dengan apa yang di lakukan oleh suami anaknya itu.Tania juga sama, Dia haya melihat apa yang akan terjadi.Sejujurnya Ia ingin jika Radhis dan Rachel bercerai, agar supaya Tania bisa bebas menguasai Villa kelas atas yang kini mereka tempati, setelah itu untuk selanjutnya akan menjodohkan putrinya, Rachel dengan Deon, lelaki yang jelas di matanya mempunyai perusahaan. Selain itu, menurut dirinya Deon jauh lebih baik daripada Radhis karena Deon bisa dengan mudah ia kendalikan.Namun, meskipun Tania berpikiran seperti itu, sebenci apapun dirinya kepada Radhis, Dia jauh lebih benci kepada Xion, ibu mertuanya yang gila harta dan tidak penah bersikap adil, dimana dirinya selalu merasa di anak tirikan
“Berhenti.”Radhis kini mulai berbicara saat Gun sudah semakin memperpendek jarak nya dengan Rachel.Gun untuk sejenak berhenti mendekat, Dia menoleh ke arah Radhis.Dengan sikapnya yang masih terlihat angkuh Gun berbicara kepada Radhis.“Ternyata berani juga Dirimu untuk berbicara kepadaku, bahkan melarangku.”“Kenapa aku tidak berani?”Radhis mulai berbicara dengan masih tidak melihat ke arah Gun sama sekali.Saat ini yang ada di pikiran Radhis adalah emosi, amarah dirinya kepada Gun.Mungkin semuanya tidak merasakan bahkan Rachel.Tapi untuk Nanny yang sudah sedikit banyak mengenal sisi lain Radhis, mulai merasa perasaan mencekam. Seolah Radhis sedang mengeluarkan hawa membunuh yang sangat kental.“Tuan…”Nanny mencoba untuk berbicara kepada Tuan nya.“Tenang saja, tidak apa-apa. Biar Aku yang mengurus.” Radhis berbicara kepada Nanny yang bahkan masih tidak berniat menatap Nanny.Entah kemana pandangan Radhis saat ini, tatapannya seolah kosong.Untuk Nanny yang sudah sering berhada
***Beberapa jam telah berlalu.Kini sepasang suami istri itu sedang berpelukan merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka berdua tapaki.“Terimakasih, Suamiku.” ucap Rachel dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Radhis.“Tidak Sayang… seharusnya aku yang berkata seperti itu.”Jawab Radhis seraya mencium kening istrinya.“Sebenarnya kemana kamu beberapa minggu ini?” Tanya Rachel yang masih dalam posisi memeluk Radhis.“Ada yang harus Aku lakukan. Itu kenapa Aku sibuk beberapa minggu ini.” JAwab Radhis dengan mengelus rambut lembut milik sang istri.“Sebenarnya apa yang terjadi padaku semalam?”Kini Rachel membuka pertanyaan untuk agar mereka bisa berbincang.Radhis tidak tahu harus mulai darimana.Dia mulai menjelaskan apa yang Dia tahu kepada istrinya.Rachel bertanya seperti itu, karena samar-samar ingatan nya hanya sampai Dia makan malam bersama Adams dan Gun.Rachel juga menjelaskan jika sebenarnya semalam Dia mengira bahwa acara makan malam itu akan dihadir
***Keesokan harinya.Kini hari telah pagi. Matahari mulai bersinar disaat Rachel membuka matanya.Satu hal yang berbeda untuk hari ini adalah dimana saat ini dia sedang terbangun dengan satu tangan yang sedang memeluk seorang pria.Pria yang dia kenal.Radhis, suami yang beberapa minggu terakhir sedang pergi ke Motherland untuk mengurus beberapa pekerjaan.Rachel hampir tidak bisa menahan air matanya.Wanita muda itu kini mengusap matanya, sebelum akhirnya dia memeluk sang suami dengan erat.“Kamu sudah bangun?” Suara lembut Radhis terdengar di telinganya.Menyeruak ke dalam telinga mungilnya, di iringi hembusan hangat nafas sang suami.Alih-alih menjawab Rachel kini justru membenamkan wajahnya di dada sang suami.Dengan tangannya yang masih memeluk erat, Rachel diam untuk beberapa saat.Seolah sedang menikmati waktu kebersamaan mereka berdua.Radhis yang mendapat perlakuan manja sang istri kini justru paham dan memeluk tubuh istrinya erat-erat.Mereka berdua saling melepas rindu s
Dere sadar akan kesalahan dirinya dalam menanggapi kalimat-kalimat yang sudah diucapkan oleh mereka.“Oh.. Tidak.. aku tidak bermaksud–”Belum selesai Dere berkata-kata, ucapannya sudah dipotong oleh nenek Xion.“Sepertinya kamu memang sengaja membela menantumu yang kurang ajar itu!” Tuding nenek Xion.“Bukan begitu Bu–”“Ahh Sudahlah!” Lagi-lagi sebelum selesai Dere berbicara, nenek Xion sudah memotong ucapannya.“Apa kamu tahu, apa yang akan terjadi jika sampai Tuan Gun menggunakan kekuasaannya untuk membuat perhitungan dengan kita?”Saat ini giliran Marot yang berbicara kepada Dere.Kalimat yang diucapkan oleh Marrot senada dengan sebuah ancaman.Kata-katanya seolah Marot sedang memperingatkan kepada Dere jika pada saat ini menantu Dere, “Radhis” telah melakukan sesuatu yang dapat mengancam keluarga besar mereka.“Apa kamu Tahu sekuat apa, kekuasaan Tuan Gun?” Marrot masih mengintimidasi Dere.“Mungkin menantumu itu bekerja untuk Ed Ackerley.”“Tapi tetap saja, pekerja rendahan s
Nenek Xion dan Marrot kini mulai paham jika sepertinya Radhis pulang.Mereka terkadang berpikir jika Radhis adalah sebuah penghalang besar dalam setiap rencana mereka, apalagi disaat ini mereka masih menumpang di Villa milik Rachel yang pernah dibilang oleh Rachel jika Villa ini diberikan oleh Radhis kepada dirinya.“Bu… Si brengsek itu pulang. Apa yang harus kita lakukan?” Marot bertanya dengan berbisik kepada Nenek Xion.“Kamu tenang saja…”Ucap nenek Xion berbisik balik kepada Marrot.“Kamu tidak perlu khawatir, sebentar lagi saat Wish Corp bangkit kita akan pergi dari sini…” Tambah nenek Xion yang masih dengan berbisik kepada Marrot.“Benar Bu…” Ucap Marrot mulai menyeringai.Kini mereka kembali fokus kepada Adams.Ibu dan Ana itu kini mulai bertanya, untuk memastikan.Apakah benar jika tadi rencana Adams diganggu oleh Radhis?“Apa benar dia suami Rachel?” Adams menjelaskan kepada nenek Xion jika Sea sendiri yang berkata jika laki-laki yang mengganggu rencananya tadi kemungkinan b
*** Beberapa saat sebelumnya disaat Radhis dan yang yang lain nya berbicara.Gun sedang berada di suatu tempat dengan Adams, serta Sea.Posisi mereka sangat aneh untuk orang yang mengerti hubungan di antara ketiganya.Dimana Adams berdiri dengan kepala menunduk.Sementara Gun sedang duduk dengan ditemani oleh Sea di pangkuannya.Bukan hanya itu, dapat terlihat jelas jika pada saat ini tangan Gun sedang meraba-raba pinggul wanita itu.“Sial benar!” Ucap Gun yang merasa kesal.Dia merasa jika baru kali ini ada yang berani untuk mengganggu dirinya.Bahkan Gun merasa jika laki-laki tadi dengan terang-terangan mengintimidasi dirinya.Sea sekilas mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya bisa menduga jika laki-laki yang dimaksud oleh mereka itu tentu adalah Radhis.“Sepertinya pecundang itu ini telah kembali…” Ucap Sea.“Dia adalah suami Rachel yang tidak berguna.” Ucap Sea memberitahu Gun.“Jadi Dia…”Gun mencoba untuk berpikir sejenak.Sejujurnya Gun tidak tahu siapa laki-laki tadi. Dia