“Apa-apaan sikapmu barusan”, hardik Sasha kepada suaminya.
“Ohh itu sayang.. jika Rachel sekarang menjadi direktur Geneve kita tidak perlu repot-repot lagi mengajukan kontrak kerjasama, kan dia teman sekolah kita”, ucap Jack kepada sang istri.
“Tunggu dulu”, ucap Rachel secara tiba-tiba.
“Bukankah kemarin kalian yang menghinaku?”, tanya Rachel dengan bertopang dagu mencoba menjadi seseornag yang berbeda dari apa yang mereka kenal.
“Maafkan kamu nona, itu semua hanya salah pahamm”, ucap Jack dengan sopan saat dia mendengar perkataan Rachel.
Sementara Sasha,
“Memangnya kenapa kalau kami kemarin menghinamu?”, bentak Sasha yang seakan belum sadar dengan kesalahannya.“Jack bisa minta tolong bawa Istrimu untuk keluar dulu?”, ucap Rachel dengan santai dan kembali mengerjakan pekerjaannya.
“Hey!! Rachell!!!”, bentak Sasha kepada Rachel,
<“Dasar”, gerutu Rachel yang merasa konyol dengan sikap kedua teman sekolahnya.Diluar ruangan Sasha masih saja berdebat dengan Jack, “Apa maksutmu seperti itu?”.“Apanya?”, tanya Jack seolah tidak bersalah.“Iya bersikap seperti itu kapada Rachel, apa kamu tak memikirkan bagaimana perasaanku?”, sengut Sasha sembari mereka berjalan menuju mobilnya.“Aku hanya berusaha agar kontrak kita disetujui, itu saja”, ucap Jack dengan wajah yang sangat terlihat jika sedang berbohong.“Elahh.. aku juga tahu jika kamu masih mempunyai rasa sama Rachel, apa lagi sekarang dia seorang direktur”, ucap Sasha kepada Jack.“Kamu ini bicara apa sih?, kan aku sudah menjadi suamimu”, ucap Jack yang meninggalkan Sasha untuk berjalan lebih cepat darinya dan segera mereka memasuki mobil.“Semoga saja kamu masih sama seperti kemarin waktu bilang akan setia kepadaku”, u
Kini Jack dan Sasha pergi meninggalkan Radhis, mereka menaiki lift untuk naik ke atas,“Dasar orang aneh, untuk apa orang sepertinya berada disini?”, ucap Jack lagi yang masih marah terkait Rachel.“Iya sedang apa dia disini, meskipun yang dikatakan Rachel benar, tapi kenapa laki-laki itu disisi?, dan tadi kamu lihat kan, stelannya terlihat sangat gembel”, ucap Sasha yang bergunjing tentang Radhis di dalam Lift bersama Jack.Mereka langsung menuju ruangan Ester, untuk bertanya kelanjutannya.“Permisi Nona”, ucap Jack dengan sedikit membuka pintu ruangan Ester.“Oh Tuan Jack, mari silahkan masuk”, ucap Ester dengan begitu santun, seperti saat melayani client seperti biasa.“Terimakasih nona”, ucap jack yang kemudian duduk di kursi di depan meja Ester.“Jadi bagaimana?”, tanya Ester berhenti sejenak sebelum dia bertanya lagi, “Apa kalian sudah bertemu de
“Saya tidak dapat menentukannya, semua tergantung apa kata pak direktur nanti”, ucap Ester.“Dan kalian sepertinya sudah bertemu dengan Direktur dibawah kan?”, tambah Ester lagi.“Saya tidak bertemu dengan beliau nona”, ucap Sasha.“Semoga saja kalian benar-benar tidak bertemu dengan beliau”, ucap Ester lagi dengan tatapan yang sangat sinis.Tiba-tiba Ester mengangkat ponselnya untuk menelepon Radhis.“Maaf pak, apa bapak sudah berada di ruangan?”, tanya Ester dengan sopan karena ada Jack dan Sasha di depannya.“Saya masih berada di bawah, ada apa?”, tanya Radhis yang sebenarnya tau maksut Ester menelepon adalah untuk Radhis bertemu dengan Jack dan Sasha.“Saya hanya bermaksut memastikan, ini terkait dengan tuan Jack dan nona Sasha apa yang harus saya lakukan?”, ucap Ester kemudian.“Jika memang mereka ingin bertemu denganku antarkan merek
“Wahh.. andainya aku tau bagaimana?”, ucap Radhis yang menyahuti ucapan Sasha,“Tidak, memang benar ucapan istriku, untuk orang seperti mu tidak mungkin mengenal direktur dari perusahaan sebesar ini”, ucap Jack ayng membela istrinya, dan akhirnya Jack masih melanjutkan mengutarakan isi pikirannya terkait Radhis,“Mungkin memang istrimu bilang bahwa kamu yang telah mengakuisisi Wish Corp untuk Rachel, tapi aku yakin itu hanyalah sebuah kebetulan belaka!”, ucap Jack dengan keras.Karena bagaimana pun juga Jack masih menyimpan rasa kepada Rachel, apalagi Rachel yang sekarang setelah menikah semakin cantik dan Sexy.“Oh baiklah kalau begitu”, ucap Radhis yang kemudian beranjak pergi meninggalkan mereka berdua disana.Belum sampai Radhis di pintu keluar, Ester datang dan memanggilnya, “Pak, maaf saya terlambat”, mendengar suara Ester Radhis langsung berbalik badan dan melihatnya.Sementa
“Sudah kalian tidak perlu berpura-pura lagi, aku sudah tahu semua”,ucap Sasha yang masih saja tidak percaya dengan siapa Radhis dan apa yang di bilang oleh Ester.“Halo tuan Ed, Tuan Radhis menyuruh saya untuk menelepon Anda”, ucap Ester saat Ed mengangkat teleponnya.“Tunggu Nona, bisa berikan Telepon ini kepada Bliau?”, tanya Ed.“Tuan, Tuan Ed ingin berbicara dengan Tuan”, ucap Ester dengan sopan kepada Radhis.“Kalian sangat pandai bersandiwara”, ucap Sasha yang dengan angkuh masih menganggap jika mereka hanya bersandiwara.“Sudah speaker saja, biar mereka juga dengar siapa yang sedang kamu telepon”, ucap Radhis kepada Ester.“Baik tuan”, ucap Ester dengan cepat memindahkan teleponnya kemode loudspeaker.“Maaf Tuan Ede anda bisa berbicara sekarnag, sudah saya mode Loudspeaker, supaya mereka juga ikut mendengar”, ucap Ester kepada Ed.
“Aku sendiri tidak paham, kenapa Pemilik gedung itu berkata seperti itu, tapi yang jelas, itulah yang dia bilang”, ucap Jack lagi.Mendengar percakapan mereka akhirnya Ester angkta bicara.“Sepertinya sedari awal kalian tidak mengenal siapa Direktur Geneve?”, ucap Ester mencoba untuk memberikan tekanan di benak mereka.“Siapa, oke jika memang Radhis ini adalah direktur di Geneve, tapi apakah dia keuarga Zond?”, ucap Sasha.“Berikan kepadanya”, ucap Radhis kepada Ester, tanpa harus berkata apa yang harus di berikan Ester sudah sangat mengerti.“Silahkan”, ucap Ester dengan mengulurkan kartu namanya.“Radhis Zond?”, ucap Sasha.“Bagaimana mungkin bisa begini, bahkan Ester memiliki suami keturunan keluarga Zond??!!”,“Ini sungguh tidak adil!!!”, ucap Sasha dengan keras.“Apa urusanmu?”, tanya Radhis lagi dengan sa
“Maaf pak, kenapa bapak memberikan mereka kesempatan untuk bangkit lagi?”, tanya Ester yang penasaran dengan sikap Radhis.“Bukankah kau membaca isi kontrak mereka?”,ucap Radhis dengan berjalan menuju ruangannya di ikuti Rachel dari samping agak sedikit kebelakang.“Saya memang sudah membacanya tuan”, ucap Ester yang kemudian masih melanjutkan kalimatnya.“Memang itu sedikit memudahkan kinerja kita nantinya, tapi.....”. ucap Ester“Tapi apa?”, tanya Radhis melihat ekspresi Radhis yang bingung.“Iya, tapi kenapa tuan tidak menerima mereka?”, ucap Ester.“Masi terlalu cepat untu mereka menjalin kerja sama dengan Geneve, jadi biarkan mereka menjalin hubungan kerja dengan Wish Corp, aku akan melihat perkembangan sikap mereka”,jelas Radhis.“Baik tuan, tapi bagaimana jika mereka justru merugikan nona Rachel?”, ucap Ester bertanya karena kawatir
“Benarkah begitu?”, tanya Dave kepada Sekretaris itu.“Iya sayang, bahkan dia sering meminta link kepadaku”, ucap sekretaris tadi dengan blak-blakan.“Tapi jika memang begitu bisa kapan-kapan kamu mengupayakan agar aku bisa menikmatinya?”, uca Dave lagi.‘Tentu saja sayang, pasti bisa, apa lagi jika dia tau keperkasaanmu”, ucap Sekretaris lagi kepada Dave.“Tapi bukankah dia cari yang tampan atau muda?”, tanya lagi Dave.“Tidak sayang, untuk orang seperti nona Kally itu tidak butuh ketampanan, yang dia butuhkan adalah seseoarang yang benar-benar perkasa dan bisa membawa nya ke puncak, itu saja katanya”, ucap Sekretaris lagi menjelaskan.“Kalau begitu sempatkan waktu untuk aku bisa mencobanya”, ucap Dave.“Meskipun usianya tidak telalu muda, tapi dia tidak jauh lebih tuah darimu”. Ucap Dave lagi,“Sebenarnya usianya jauh lebih t