“Dokter, saya mau tanya sama dokter”, ucap Adney dengan tatapan yang begitu serius dan tidak ada sedikitpun senyuman di raut wajahnya.
“Apa benar anak dalam kandungan Sea adalah cucu saya atau anaknya Jhon?”, ucap Adney dengan gamblang.
“Tuan tolong percayala, itu adalah cucu Tuan”, ucap nenek Xion sebelum dokter bicara.
“Dokter saya mohon, dokter untuk meninggalkan tempat ini”, ucap nenek Xion masih mencoba merengek kepada Dokter itu, sementara Sea hanya menunduk karena malu.
Sea sudah tidak tahu lagi sekarang, bahkan dengan adanya dokter disini adalah sesuatu yang sangat berbahaya untuk keluarganya, dan dia tak menyangka jika Radhis bisa mendatangkan dokter itu kesini.
Kini Sea hanya menangis, dia terisak sendiri, dia meratapi nasibnya yang akan dia terima.
“Begini terkait itu anak Tuan.... siapa tadi?”,
“Jhon”, sahut Jhon menjelaskan namanya kepada Dokter.
“Saya mohon Tuan..”, ucap Marot.Menyadari kini sudah tidak ada harapan untuk menikah dengan Jhon, Sea segera berlutut di hadapannya dia benar-benar meminta maaf atas semuanya.Kini dia menangis sejadi-jadinya, “Maafkan aku...” ucap Sea sambil terisak.“Sudah Sea, cukup”, ucap Jhon dengan melihat ke arah Sea, sebenarnya Jhon masih memiliki rasa kepadanya tapi rasa sakit di hatinya benar-benar tidak bisa terobati lagi, “Maaf, semua nya harus berakhir disini”.“Ayo ayah, tante, kita pulang”, ucap Jhon yang melihat ke arah Adney dan Lisa.“Kalian dengar sendiri Jhon sudah memutuskan untuk mengakhiri ini”, ucap Adney kepada nenek Xion yang bersujud memegangi kakinya.“Jika kalian mengakhiri pernikahan ini bagaimana dengan nasib kami selanjutnya?”, ucap nenek Xion yang sudah mulai berpikir bahwa semua yang dia harapkan akan lenyap, bukan hanya kenyamanan tapi juga
“Saya permisi tuan”, ucap Dokter itu dengan sangat sopan seolah dia tahu siapa Radhis, dan lagi disini tanpa disadari ada orang-orang dari keluarga Radhis yang melihat mereka, dan tentunya Keluarga Radhis yang lain sedikit bingung.Kenapa Radhis begitu dihormati, bukan lagi hanya oleh Ed tapi bahkan oleh dokter yang baru mereka kenal,”Siapa Radhis sebenarnya?”, pikir mereka masing masing tanpa di ucapkan.“Silahkan”, ucap terimakasih karena sudah mau datang kesini”, ucap Radhis kepada dokter itu.“Sama-sama tuan, dan jangan sungkan jika Tuan butuh sesuatu dari saya”, ucap dokter itu dan kemudian dia berkata lagi “Saya permisi dulu Tuan”“Terimakasih, jika saya butuh sesuatu saya akan menghubungi anda”, ucap Radhis kepada Dokter wanita itu.“Iya tuan.. saya permisi”,ucap dokter itu, dilanjutkan membungkuk dan seketika berjalan keluar ruangan.
“Iya sudah ayo pulang”, ucap Rachel yang kemudian menoleh ke arah Ester.“Ayo, kamu jadi kerumah kan?” ucap Rachel kepada Ester.“Nona Ester mau main pergi kerumah kita?”, tanya Radhis sedikit kaget mendengar ucapan Rachel.“Iya.. sebenarnya tadi dia ingin menjemput aku, tapi aku melarang nya mendingan setelah pulang saja kerumah sambil ngobrol-ngobrol” jawab Rachel dengan menatap manja ke Radhis seolah dia sedang meminta persetujuan dari suaminya itu.“Iya aku akan ikut kerumahmu”, ucap Ester kepada Rachel seperti seorang kakak yang menuruti kemauan adiknya.“Rachel....”, rengek nenek Xion mendekat ke arah Rachel yang kini sedang ingin berdiri untuk pulang.“Ada apa nek?”, ucap Rachel dengan sifat murah hatinya.“Tolong bantu nenek mu ini Rachel”, ucap nenek Xion.“Aku harus bantu bagaimana Nek?” ucap Rachel yang bingung d
“Dia ternyata adalah suami yang sigap ya”, ucap Ester dengan melirik ke arah dapur dan matanya mencari keberadaan Radhis.“Iya, kamu benar..” ucap Rachel, kemudian Rachel masih lanjut berkata lagi, “Aku kadang suka bingung kepadanya, dia seolah bisa membuat semua orang kagum kepadanya, seolah banyak rahasia yang dia sembunyikan”, ucap Rachel lagi dengan menunduk karena mengingat kejadian malam ini dan beberapa kejadian-kejadian sebelumnya.“Percayalah kepadanya, bagaimanapun dia adalah suamimu, dia adalah seseorag yang harus kamu berikan segala hal termasuk kepercayaan”, ucap Ester seperti sedang menasehati adiknya sendiri.Ester masih melanjutkan “Dan lagi andainya dia menyimpan rahasia aku yakin orang seperti dia tidak akan melakukan sesuatu tanpa sebab”.“Iya Ester, kamu benar”. Ucap Rachel yang kembali ceria, dan sesaat kemudian Rahis datang membawakan minuman untuk Ester dan untu
“Jadi maksut nonya, nyonya berkata itu adalah anak dari Jhon”, tanya Huang dengan rasa penasaran.“Iya, jadi aku bilang kepada keluarga Adney jika itu adalah anak dari Jhon”, ucap nenek Xion dan kemudian dia lanjut berkata, “Sebenarnya harapanku adalah dengan aku bilang seperti itu adalah agar pernikahan Sea dan Jhon segera dilaksanakan”, ucap nenek Xion.“Ternyata itu justru menjadi bumerang untuk kami”, ucap nenek Xion lagi.“Jadi sekarang Sea sudah tidak bersama dengan Jhon?”, tanya Huang yang seolah senang mendengar Sea batal menikah dengan Jhon.“Sekarang begini saja”, ucap Huang lagi namun berhenti sebentar seolah sedang berpikir, kemudian dia melanjutkan perkataannya, “Apa yang akan kalian lakukan selanjutnya”.“Itulah tujuanku meneleponmu”, ucap nenek Xion.“Aku ingin tanya kepadamu, apa kamu bisa membantu kami?”, tanya nenek X
Kini jam 11 malam, Rahel, Radhis, dan Ester masih asik mengobrol dan kadang tersisipkan canda dan tawa di perbincangan mereka.“Seperitnya ini sudah sangat larut”, ucap Ester dengan melihat jam tangan mewah yang melinkar di pergelangan tangannya.“Aku akan pualng dulu”, ucap Ester melanjutkan dengan mengarahkan pandangan ke arah Rachel.“Kamu pulang?” tanya Rachel.“Iya pulang lah... kalau tidak pulang aku harus tidur dimana?”, ucap Ester yang langusng di sambut dengan tawa renyah oleh Rachel.“Iya kan kamu bisa tidur disini”, ucap Rachel, kemudia dia melihat kepada suaminya, Radhis yang ada di sampingnya.“Jika nanti Ester mau tidur sini,kamu tidur di kamar lama tidak apa-apa kan?”, ucap Rachel dengan mata mengerling, mata yang membuat siapapun yang menalihatnya tak akan mampu menolak keinginan Rachel.Mendengar rengekan Rachel kepada Radhis Ester hanya tertawa d
Setelah Ester berkata itu, dia langsung terdiam tak berkata-kata lagi, dia seolah sedang memikirkan sesuatu.“Apa yang sedang kamu pikirkan?” tanya Radhis yang menyadari tentang keraguan hati Ester.“Kakek Zond bertanya kepadaku, tentang perkembangan hubungan kita”, ucap Ester.“Apa maskutmu?”, Radhis bertanya.“Iya jadi beberapa hari yang lalu Kakekmu menelepon ku, hanya untuk sekedar bertanya sudah sedekat apa aku denganmu”, ucap Ester lagi.“Aku sudah bilang kepada Kakek, bahwa aku tidak mungkin meninggalkan Istriku, dan kakek sepertinya menerima itu, kenapa dia bertanya kepadamu?”, tanya Radhis dengan tampang keheranan.“Aku sendiri tidak tahu, dia sebenarnya masih saja merasa bahwa aku harus bisa bersanding denganmu”, ucap Ester menjelaskan setengah-setengah karena ragu.“Bersanding?”, tanya Radhis semakin heran.“Iya.. Kakek Zo
Setelah beberpa saat Radhis memacu mobilnya kini mereka berdua sudah sampai di depan hotel Phase De-Lier.“Tunggu disini, jangna keluar dulu”, ucap Radhis kepada Ester yang sedang berada disampingnya.Mendengar itu Ester hanya mengangguk sedikit dan munuruti isntruksi dari Radhis.Kemudian Radhis mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi seseorang,“Halo Ed, pergi kedepan sekarang”, ucap Radhis yang kemudian masih memberikan intruksi kepada Ed, “Bawa beberapa orang yang tampak kuat bersamamu”.“Maaf Tuan, untuk apa jika boleh saya tau?”, Ed yang bingung memberanikan bertanya kepada Tuannya.“Sudah lakukan saja dulu apa yang aku perintahkan”, ucap Radhis dengan nada datarnya.“Siap tuan, maaf atas kelancangan saya”, jawab Ed.Setelah itu Radhis menutup teleponnya sambil menunggu sambil dia berbicara dengan Ester.“Apa akhir-akhir ini kamu tak mer