Ki Huni melesat meninggakan kadipaten Tangkuban demi menyelamatkan selembar nyawanya, dan membawa putri Kinar hanya untuk menyelamatkannya nyawanya dari amarah Arya.Tapi dia merasakan jika seseorang mengajarnya, awalnya dia ketakutan tapi saat melihat yang datang adalah Rajino dia merasa sedikit lega."Apa yang kau inginkan?" tanya Ki Huni saat mereka melesat berdampingan."Aku juga inginkan bagian di tubuh putri Kinar!" kata Rajino."Apa maksudmu, bagian? Aku yang akan memiliki dia!" kata Ki huni."Tapi aku juga inginkan tubuhnya!" kata Rajino."Baik, tapi kau bagian kedua, setelah aku puas kau bebas melakukan apapun pada gadis ini!' Kata ku suro."Aku setuju!" kata Rajino.Air mata putri Kinar menetes karena pembicaraan dua orang itu, putri Kinar merasa jika dia dijadikan bahan pertaruhan dan juga bahan yang menjadi makanan bagi Ki Huni dan Rajino."Segera cari tempat yang bagus untuk menikmati dia, Ki!" kata Rajino."Sebaiknya kita bawa jauh, jangan sampai pemuda itu menemukan," k
Setelah keadaan tenang, Adipati Sudira masih gelisah menunggu kedatangan putrinya, Putri Kinar.Berkali-kali Adipati Sudira melihat ke arah pintu masuk berharap Arya datang bersama putrinya."Jangan terlalu di pikirkan, Adipati!"Ki Sembada datang bersama dengan ketua Burak dan Ki Tanu, ketiganya datang dengan perasaan bersalah."Untuk apa kalian datang? Bukankah kalian sudah pergi?" kata Adipati Sudira."Maafkan kami Adipati, kami memang bodoh!" kata Ki Tanu dengan wajah yang bersalah."Tida perlu lagi kalian disini, pergi saja!" kata Adipati Sudira yang tidak suka pada ketiga ketua perguruan itu.Ketiga ketua itu diam, mereka memang bodoh sudah meninggalkan kadipaten saat kadipaten membutuhkan mereka."Apa tujuan kalian kemari?" tanya Adipati Sudira."Kami hanya ingin memberikan sikap pada Adipati, kami minta maaf karena lebih memikirkan kami sendiri!" kata ketua Sembada."Sepertinya sekarang tidak akan ada gunanya! Aku juga sudah memiliki pilihan lain untuk jadi panglima kota ini!"
"Hahahahah! Sungguh sangat pandai melucu anak muda! Kau pikir kau siapa? Sehingga kerajaan akan kirim seorang panglima karena sebuah surat darimu!" kata Ki Sembada."Aku keluarga kerajaan!" kata Arya dan keluarkan lencana kerajaan yang menunjukkan dia adalah putra raja Yuda.Semua wajah pucat, mereka tidak dapat untuk tidak gemetar, mereka semua kenal dengan lencana keluarga kerajaan itu."Pangeran! Kami!"Semuanya langsung menunduk memberikan hormat pada Arya, mereka tidak menyangka jika Arya adalah putra dari penguasa negeri itu, raja Yuda."Kenapa? Apakah sudah tahu alasan kenapa aku membantu kadipaten ini?" tanya Arya."Su .... Sudah pangeran!' jawab Ki Tanu yang memberanikan diri menjawab pertanyaan Arya."Adipati! Ambilkan kertas dan tinta, aku akan kirim surat ke istana, dalam setengah purnama sudah ada panglima baru di kadipaten ini, yang pastinya bukan dari tiga perguruan egois ini!" kata Arya.Dari tiga ketua perguruan itu, Ki Burak yang paling takut, dia ingat dengan perkat
Arya, yang sudah selesaikan masalah di kadipaten Tangkuban melesat menuju perjalanan selanjutnya, menuju kadipaten Angin Daun.Arya sampai di kadipaten itu, tapi itu bukan tujuan utama anak muda itu, tapi menuju pesisir pantai ceremai."Aku tidak butuh istirahat untuk saat ini, aku hanya butuh segera sampai ke pesisir pantai itu," ucap Arya.Arya hanya melewati kota Daun, setelah itu melanjutkan perjalanan menuju tujuan yang sesungguhnya."Ada apa dengan cuaca di kadipaten ini, kenapa begitu panas?' Arya merasakan matahari seperti berada di atas kepalanya, itu karena hawa panas yang begitu menyengat di atas kepala."Apakah ini karena pengaruh dari reaksi pedang matahari?" gumam Arya.Karena hal itu, Arya terus memacu kuda Putihnya, dan meninggalkan kota Daun yang semakin jauh di belakang Arya.Saat Arya meninggalkan kota Daun, di tengah jalan dia bertemu dengan rombongan besar. Dan sepertinya mereka pengungsi."Paman! Kalian mau kemana?" tanya Arya ingin tahu."Kami tidak tahan denga
Setelah menghindari Arya yang melawan dirinya, Ki Rangga. ketua dari kelompok teratai hitam melesat menuju pesisir pantai Ciremai."Inikah tempat pusaka itu berada?" gumam ki Rangga.Ki Rangga membuka kertas yang sudah dia bawa, dan saat itulah dia menemukan letak dari pedang matahari."Aku pasti akan aku kuasai pedang matahari," kata Ki Rangga.Ki Rangga ambil jalur paksa, jalur yang memang tidak diperbolehkan untuk didatangi oleh manusia.Keberadaan pedang matahari menurut peta adalah di pulau pusaka ular, pulau yang hampir seluruh tempat di pulau itu dikuasai oleh ular yang sangat berbisa."Aku harap tidak akan rintangan saat memasuki pulau itu!" kata Ki Rangga.Hiatttttt!!Ki Rangga memaksakan kekuatan tenaga dalam untuk melesat menuju pulau pusaka ular, pulau yang jaraknya jauh dari pesisir pantai ceremai, meskipun terlihat dekat.Tapi, karena ilmu meringankan tubuh yang sudah mumpuni, Ki Rangga tetap mampu melesat dan bertahan meskipun harus kehabisan banyak energi."Itu dia!' k
Hawa panas yang menjalar ke tubuhnya membuat Ki Rangga merasa seluruh tubuhnya bagaikan dibakar api yang sangat panas.Tidak hanya bagian luar nya saja yang merasakan panas itu, tapi juga bagian dalam Ki Rangga juga rasanya terbakar api.Aaaaaaaaaaaaaaaaa!!Tangan Ki Rangga ingin melepaskan pedang matahari, tapi tangannya seolah menempel di pedang itu, dan tidak bisa dia lepaskan.Hiatttttt!!Ki Rangga mencoba melawan, tapi semakin kuat dia melawan, semakin kuat kekuatan panas dari pedang matahari.Dengan memaksakan seluruh kekuatannya, Ki Rangga mencabut pedang matahari dari batu itu.Jledaaarrrrrrr!!Tubuh Ki Rangga terbuang, bersama dengan pedang matahari yang melekat di tangannya. Tubuh Ki Rangga Kim dipenuhi dengan energi panas yang di alirkan oleh pedang matahari.Mata Ki Rangga berubah jadi merah, dan tidak hanya itu, dari pedang matahari keluar sebuah energi api yang mengikat pedang matahari di tangan Ki Rangga."Ada apa ini?" kata Ki Rangga tidak percaya.Hahahahah!"Anak man
"Dimana keberadaan pedang itu?" tanya Arya."Tidak semudah itu kau akan memiliki pedang itu anak muda!" kata Raja naga."Maksudnya?" tanya Arya."Seperti yang kau ketahui, untuk kuasai pedang itu, kau harus juga kuasai jurus pedang api yang ada di kitab api itu, jika tidak hanya akan percuma saja, kau mungkin akan jadi monster baru!" kata raja naga."Apakah tidak bisa memegang pedang itu, dan saat pedang itu sudah ada padaku, aku akan berlatih dengan pedang itu!" kata Arya."Tidak! Itu hanya akan membuatmu dikuasai pedang itu, dan seperti yang aku katakan, kau akan jadi monster baru di dunia persilatan," kata raja naga."Bagaimana dengan orang lain?" tanya Arya."Apakah yang kau maksud orang yang saat ini memegang pedang matahari?" tanya raja naga."Memegang pedang matahari? Maksudnya sudah ada yang memegang pedang itu?" tanya Arya."Iya! Dia tiba lebih dahulu darimu, dan sepertinya sudah mereka sudah melakukan pergantian jiwa saat ini!" kata raja naga."Pergantian jiwa? apa maksudnya
"Sialan!"Whusssssssss!!Belum juga Arya dalam posisi yang bagus, Ki Rangga kembali ayunkan pedang matahari, dan hawa yang sangat panas kembali mengejar Arya.Huppppp!!Arya berlompatan dari batu ke batu yang ada di gua ular. Dan saat dia dalam posisi yang bagus Arya tidak menunggu lama."Pukulan petir!" teriak Arya.Cahaya kuning emas dari tangan Arya mengarah pada Ki Rangga.Haaaaaaaaaaa!!Ki Rangga dengan pedang mataharinya membelah dia pukulan petir yang Arya keluarkan. Bersamaan dengan itu, Ki Rangga juga lepaskan pukulan jarak jauh pada Arya kencana, pukulan itu sudah bercampur dengan energi pedang matahari.Untuk kesekian kalinya, Arya harus melompat dan menghindar, pertarungan jarak jauh antara mereka membuat gua ular bergetar hebat."Pedang urat petir!" teriak Arya.Jledarrrr!!Pedang andalan Arya sudah siap menemani anak muda itu bertarung, tapi saat Arya sudah siap melanjutkan pertarungan, Ki Rangga malah melesat meninggalkan gua itu."Hei .... Jangan kabur lagi!" teriak A
Arya menarik paksa juragan Bentra dari ruangan yang seharusnya tidak diketahui oleh banyak."Apa kau pikir aku tidak tahu? Anak buahmu sudah berkhianat!" kata Arya."Tidak, itu tidak mungkin. Anak buah ku orang-orang yang setia!" kata juragan Bentra."Setia? Buktinya aku menemukan dirimu!" kata Arya.Bammmmmmmmm!!Arya memukul punggung juragan Bentra, dan itu membuat juragan itu terjungkal ke depan."Apa yang kau lakukan, keparat? Aku adalah juragan kota ini!" bentak juragan Bentra."Sudah saatnya kau menghilangkan nama juragan mu itu," ucap Arya."Apa maksudmu?" tanya juragan Bentra ketakutan.Arya tidak menjawab, tapi dia mendekat ke arah juragan Bentra, dengan langkah yang pelan."Karena hari ini kau akan mati!"Satu suara penuh dendam terdengar, dan itu adalah suara dari Wardana. Mata juragan Bentra melirik, dan lirikan itu sangat menakutkan.Sreeetttt!!Wardana mencabut pedang yang sudah dia bawa dari rumahnya, dan berjalan dengan mata penuh amarah."Arya! Ijinkan aku yang membun
"Saatnya menyelesaikan semua ini!" kata Arya.Itu Arya katakan setelah menenangkan Wardana, dan memutuskan akan mengakhiri kekejaman yang terjadi di kota itu."Apakah kau sungguh ingin membunuh juragan Bentra, Arya?" tanya Wardana."Iya paman, sudah saatnya memang akhiri semua ini!" jawab Arya."Apakah aku boleh ikut?" tanya Wardana."Tidak usah, paman. Paman disini saja!" kata Arya.Wardana angguk kepala dan melihat Arya meninggalkan rumahnya.Tapi saat Arya sudah tidak terlihat, Wardana masuk kedalam kamarnya, dan mengambil sebilah pedang yang panjang."Aku tidak akan biarkan juragan itu dibunuh oleh orang lain, harus aku yang membunuhnya, bukan orang lain!" kata Wardana dan berjalan mengejar Arya.Huppppp!!Arya melesat di tengah kota Gambalang, dia sudah memutuskan akan selesaikan kejahatan di kota itu sebelum akhirnya tinggalkan kota itu menuju pulau siluman ular hijau.Arya mendarat di atap rumah juragan Bentra, dan mengawasi dari atas."Dia ternyata sudah menyiapkan penyambutan
Juragan Bentra termangu melihat gadis yang baru saja dia nikmati itu sudah bersimbah darah, dan hanya menunggu kematian saja."Sialan! Aku belum puas dia sudah memilih mati! Dasar gadis bodoh!" kata juragan Bentra dan tanpa sedikitpun peduli pada Kirana yang sudah menunggu mati, dia meninggalkan gadis yang masih tak berpakaian itu.Setelah itu dia memilih untuk keluar."Kita kembali, ambil jalan potong, ambil jalan yang lain!" kata juragan Bentra."Baik, juragan!" jawab danau biru.Empat orang itu meninggalkan gubuk di tengah hutan itu, dan tak sedikitpun peduli dengan seorang gadis yang meregang nyawa di dalam gubuk itu."Kita segera ke kota, aku ingin mengurus sesautu dengan Adipati!" kata juragan Bentra."Baik juragan!"***"Cepat katakan, dimana letak tempat persembunyian juragan itu?" bentak Arya pada anak buah juragan Bentra yang membawanya."Mereka ada di dalam hutan tuan pendekar, tapi aku tidak tahu dimana keberadaan gubuk itu," jawab anak buah juragan Bentra itu."Bodoh! Kau
Seperti biasa warung Wardana akan buka disaat siang mendekat, dan pagi itu, tidak seperti biasa.Nyai asih datang ke warung dengan pakaian yang bagus, dan dia mendekati Wardana."Warung kita sepertinya maju, suamiku!" kata nyai asih."Benar! Dan semuanya tidak lepas dari kerja keras, Kirana!" jawab Wardana."Dia memang, anak yang baik!" kata nyai asih.Saat keduanya masih bicara, Kirana datang, dan sudah membawa tempat belanjaan untuk belanja ke pasar."Kau mau belanja, Kirana?" tanya nyai Asih."Iya Bu!" jawab Kirana tidak suka pada ibunya itu."Ibu akan menemani mu, apakah kau mau?" tanya nyai Asih.Kirana menatap ayahnya, Wardana. Yang di sambut anggukan kepala."Baiklah ibu, Kirana mau," jawab gadis itu.Nyai asih tersenyum penuh misteri, dan dia angguk kepala pada suaminya."Kalian berdua hati-hati lah!" kata Wardana."Baik ayah!' kata Kirana dan keluar dari kedai mereka.Kirana begitu cantik pada hari itu, pancaran dari tubuhnya begitu sempurna, dan itu membuat siapapun yang mel
"Kurang ajar! Kehadiran pemuda itu sudah membuatku gagal mendapatkan Kirana, aku sungguh inginkan gadis itu!" maki juragan Bentra.Sudah berbagai cara dilakukan oleh juragan Bentra untuk menghancurkan kedai Wardana, tapi tetap tidak ada satupun yang berhasil melakukannya, semuanya gagal karena Arya selalu gagalkan semua yang sudah dia perbuat."Apa ada cara untuk jauhkan pemuda itu dari kota ini?" tanya juragan Bentra."Bagaimana jika kita bayar dia untuk pergi dari kota ini, juragan?" tanya danau hitam. Salah satu dari tiga pendekar danau maut."Membayarnya? Apakah itu mungkin, danau hitam?" tanya juragan Bentra."Menurut juragan, apa yang membuat dia bertahan di kota ini? Aku yakin dia ingin modalnya kembali setelah itu dia akan pergi dari kota ini!" kata danau hitam."Kau benar juga, kalau begitu panggil dia ke rumah ini!" kata juragan Bentra."Aku yang akan memanggil dia!' kata danau biru.Lelaki berpakaian biru itu memberikan hormat pada juragan Bentra, dan melesat menuju ke arah
"Pergilah! kami tidak ingin membunuhmu!" kata Ki Hura."Membunuhku? Aku tidak ada urusan dengan kalian, tapi dengan pemilik kedai ini!" ucap Arya.Arya menatap Wardana dengan pandangan yang penuh dengan pertanyaan."Apa perjanjian antara paman, dengan juragan Bentra?" tanya Arya."Perjanjian kami aku akan bayar setelah dua belas purnama, dan sampai waktu itu tiba, aku harus bayar bunganya tiap bulan!" jawab Wardana."Sudah berapa purnama berjalan, paman?" tanya Arya."Kalau tidak salah, baru delapan purnama!" jawab Wardana."Anda yang salah juragan, saat ini paman Wardana hanya wajib membayar bunga, belum semua hutangnya!" kata Arya dan berbalik kepada juragan Bentra."Aku tidak peduli, aku ingin dia bayar semuanya, lagian siapa kau? Apa urusanmu?" kata juragan Bentra sinis."Aku siapa? Aku yang memberikan modal untuk paman Wardana untuk membuka kembali usahanya, jika kau meminta semua modalnya, sudah pasti kami akan rugi!" jawab Arya."Apa? Kau yang memberikan modal? Apa kau tidak sa
"Masalah apa antara kita?" tanya Arya."Kirana!" "Jadi ini karena gadis itu? Apa kalian utusan juragan Bentra?" tanya Arya."Bukan urusanmu, sekarang kami minta kau pergi dari kota ini, atau kau akan babak belur!" ancam mereka.Plakkkkkk!!Arya tidak ingin bicara lebih lama, Arya langsung menampar wajah salah satu pemuda itu hingga berputar bagaikan gasing."Bagaimana mungkin?"Bammmmmmmmm!!Arya memberikan pukulan pada orang Kedua, dan langsung jatuh karena merasakan perutnya bagaikan diaduk dalam bejana.Bukkkkkk!!Arya angkat kakinya, dan sebuah tendangan ke dagu orang yang ketiga membuat ketiga orang itu menyerah tanpa perlawanan.Arya jongkok di depan orang yang mengancamnya."Jika kalian masih berani menunjukkan wajah kalian dihadapanku, maka bukan hanya luka yang aku berikan, tapi kematian, ingat itu!" kata Arya balik mengancam.Setelah itu Arya meninggalkan tempat itu, dan memilih kembali ke rumah Wardana, dia sedikit khawatir karena dia sudah diancam, dan memiliki hubungan d
"Membantu! Dengan apa Arya?" tanya Kirana."Sudah, kau tidak perlu cemberut lagi, ayo kita ke rumahmu, aku akan membantu kalian!" kata Arya."Tapi?" kata Kirana."Atau kau memang suka lelaki tua itu?" goda Arya."Jaga mulutmu!" kata Kirana.Arya dan Kirana memasuki kota Gambalang, dan beberapa pasang mata melihat kedatangan Arya dan Kirana yang seperti terlihat sepasang kekasih di hadapan mata banyak orang."Siapa pemuda itu?""Mana aku tahu!" "Kita beritahu pada juragan Bentra, pasti juragan tidak akan suka ada yang berani dekati gadis yang dia inginkan.""Kau benar! Tapi apa dia akan memberikan pekerjaan memberikan pelajaran pada kita?" tanya rekannya."Semoga saja iya!" ucap rekannya.Arya dan Kirana terus berjalan hingga mereka sampai di rumah Kirana, dan mata Wardana begitu tajam menatap Arya, seolah menatap dengan penuh tanda tanya."Saya Arya, paman!" kata Arya memperkenalkan dirinya sebelum Wardana bertanya."Aku tidak ingin tanyakan siapa namamu, tapi aku ingin tanyakan apa
"Kirana putriku, maafkan ayah! tapi ayah sungguh tidak tahu lagi, apa yang harus ayah lakukan!" kata lelaki itu meminta maaf pada putrinya itu."Kenapa tidak ayah saja yang gantikan, Kirana!" ucap gadis itu."Jika saja nyawa bisa gantikan, maka akan ayah lakukan, putriku!" kata ayahnya.Lelaki itu adalah Wardana. Lelaki yang dahulu adalah seorang pedagang di kota Gambalang, tapi usahanya hancur, dan mau tidak mau dia harus meminta pinjaman pada juragan Bentra.Juragan Bentra tahu jika Wardana memiliki seorang gadis yang cantik, dan dia dengan senang hati memberikan pinjaman itu, dengan bunga yang tidak tinggi.Tapi meskipun Wardana sudah berusaha keras, tetap saja usahanya gagal. Dan kini, tenggak waktu pembayaran bulanan sudah mulai mendekati waktunya, Wardana tidak tahu harus mencari dari mana lagi.Wardana sesungguhnya tidak tahu, jika semua kegagalan yang terjadi di usaha itu ada ikut campur dari juragan Bentra, itu karena juragan Bentra sudah inginkan tubuh Kirana, putri Wardana.