Hawa panas yang menjalar ke tubuhnya membuat Ki Rangga merasa seluruh tubuhnya bagaikan dibakar api yang sangat panas.Tidak hanya bagian luar nya saja yang merasakan panas itu, tapi juga bagian dalam Ki Rangga juga rasanya terbakar api.Aaaaaaaaaaaaaaaaa!!Tangan Ki Rangga ingin melepaskan pedang matahari, tapi tangannya seolah menempel di pedang itu, dan tidak bisa dia lepaskan.Hiatttttt!!Ki Rangga mencoba melawan, tapi semakin kuat dia melawan, semakin kuat kekuatan panas dari pedang matahari.Dengan memaksakan seluruh kekuatannya, Ki Rangga mencabut pedang matahari dari batu itu.Jledaaarrrrrrr!!Tubuh Ki Rangga terbuang, bersama dengan pedang matahari yang melekat di tangannya. Tubuh Ki Rangga Kim dipenuhi dengan energi panas yang di alirkan oleh pedang matahari.Mata Ki Rangga berubah jadi merah, dan tidak hanya itu, dari pedang matahari keluar sebuah energi api yang mengikat pedang matahari di tangan Ki Rangga."Ada apa ini?" kata Ki Rangga tidak percaya.Hahahahah!"Anak man
"Dimana keberadaan pedang itu?" tanya Arya."Tidak semudah itu kau akan memiliki pedang itu anak muda!" kata Raja naga."Maksudnya?" tanya Arya."Seperti yang kau ketahui, untuk kuasai pedang itu, kau harus juga kuasai jurus pedang api yang ada di kitab api itu, jika tidak hanya akan percuma saja, kau mungkin akan jadi monster baru!" kata raja naga."Apakah tidak bisa memegang pedang itu, dan saat pedang itu sudah ada padaku, aku akan berlatih dengan pedang itu!" kata Arya."Tidak! Itu hanya akan membuatmu dikuasai pedang itu, dan seperti yang aku katakan, kau akan jadi monster baru di dunia persilatan," kata raja naga."Bagaimana dengan orang lain?" tanya Arya."Apakah yang kau maksud orang yang saat ini memegang pedang matahari?" tanya raja naga."Memegang pedang matahari? Maksudnya sudah ada yang memegang pedang itu?" tanya Arya."Iya! Dia tiba lebih dahulu darimu, dan sepertinya sudah mereka sudah melakukan pergantian jiwa saat ini!" kata raja naga."Pergantian jiwa? apa maksudnya
"Sialan!"Whusssssssss!!Belum juga Arya dalam posisi yang bagus, Ki Rangga kembali ayunkan pedang matahari, dan hawa yang sangat panas kembali mengejar Arya.Huppppp!!Arya berlompatan dari batu ke batu yang ada di gua ular. Dan saat dia dalam posisi yang bagus Arya tidak menunggu lama."Pukulan petir!" teriak Arya.Cahaya kuning emas dari tangan Arya mengarah pada Ki Rangga.Haaaaaaaaaaa!!Ki Rangga dengan pedang mataharinya membelah dia pukulan petir yang Arya keluarkan. Bersamaan dengan itu, Ki Rangga juga lepaskan pukulan jarak jauh pada Arya kencana, pukulan itu sudah bercampur dengan energi pedang matahari.Untuk kesekian kalinya, Arya harus melompat dan menghindar, pertarungan jarak jauh antara mereka membuat gua ular bergetar hebat."Pedang urat petir!" teriak Arya.Jledarrrr!!Pedang andalan Arya sudah siap menemani anak muda itu bertarung, tapi saat Arya sudah siap melanjutkan pertarungan, Ki Rangga malah melesat meninggalkan gua itu."Hei .... Jangan kabur lagi!" teriak A
"Tidak perlu duduk panglima, kau berbaring saja. Kembalikan kondisi tubuhmu!" kata Arya pada panglima Darmian yang akan duduk karena kehadiran Arya."Tapi Pangeran?""Tidak apa-apa!" kata Arya.Wajah Adipati Igiri pucat pasi saat tahu orang yang dia anggap tahanan adalah pangeran dari kerajaan yang menguasai kadipaten yang dia pimpin."Maafkan kebodohan ku, pangeran! Maafkan yang bodoh ini!" kata Adipati Igiri berlutut sangat dalam pada Arya."Sudah Adipati! Jangan berlutut terlalu dalam!' kata Arya."Aku merasa sangat bodoh! Pangeran!" kata Adipati Igiri."Jangan merasa rendah seperti itu Adipati, Adipati sudah membawa kadipaten ini menjadi salah satu kadipaten yang makmur, itu sudah cukup!' kata Arya.Adipati Igiri diam, dia tidak mampu lagi ucapkan apapun.Saat semuanya masih berbincang, di luar ada dua prajurit yang mencari Adipati Igiri."Ada apa?" tanya Adipati Igiri."Kami hanya ingin meminta bantuan!""Bantuan apa?""Kerajaan saat ini diserang oleh pangeran Sengkala, dia bersa
Mata Ranto terbelalak saat mendengarkan permintaan tugas dari Ki Sangkuni, dia tidak menyangka jika itu tugas yang akan dia dapatkan."Apa kau yakin Ki?" tanya Ranto."Yakin, dan itu memang tugas yang ingin aku berikan padam kelompok teratai kuning, apakah kalian akan menerima?" tanya Ki Sangkuni."Kami pasti menerima, tapi bayarannya jelas akan sangat besar!" kata Ranto.Ki Sangkuni membuka lemarinya, dan membawa satu peti kehadapan Ranto."Apakah semua ini cukup?" tanya Ki Sangkuni dan membuka peti itu.Isi peti itu adalah koin emas yang penuh, dan koin emas yang dikumpulkan Ki Sangkuni selama hidupnya, dan tujuannya hanyalah hancurkan kerajaan Purawa.Hahahaha!"Ini sudah sangat cukup, Ki Sangkuni! Sungguh tidak ku sangka jika kau sudah siapkan semua ini!" kata Ranto dengan wajah yang begitu sumbringah."Apakah itu artinya, kalian akan bersedia melakukan semua yang akan kami minta?" tanya Ki Sangkuni."Aku bos nya!' jawab Ranto."Baik, itu yang aku harapkan," kata Ki Sangkuni."Jik
Di kerajaan Purawa, raja Yuda sedang bicara serius dengan resi Gunin, itu menyangkut pemandangan yang didapatkan resi Gunin dalam mimpinya."Aku melihat pangeran Sengkala sudah memulai pergerakan, itu yang harus kita waspadai!" kata resi Gunin."Bergerak? Maksudnya bergerak kemana, resi?" tanya Patih Kuroda.Mahapatih Tengguru juga ingin tanyakan itu, tapi Patih Kuroda sudah terlebih dahulu menanyakan itu."Pangeran Sengkala sudah menemukan seseorang yang akan mendukungnya untuk kuasai istana ini, jika tidak melakukan persiapan maka kerajaan ini akan jatuh ke tangan yang salah!" kata resi Gunin."Apa ada lagi yang kau lihat resi?" tanya raja Yuda."Aku melihat ratusan kematian prajurit!" jawab resi Gunin.Wajah raja Yuda pucat, dia percaya jika penglihatan dari resi Gunin sangatlah nyata. Karena sudah terlalu sering yang dikatakan resi Gunin jadi kenyataan."Apakah itu bisa kita halangi?" tanya Mahapatih Tengguru."Bisa saja, itulah mengapa kita mulai bergerak dari sekarang! jangan sa
Ki Sangkuni, orang yang paling bersemangat dalam mengangkat senjatanya, dan itu mengejutkan prajurit istana.Tapi karena dari awal sudah ada peringatan dari resi Gunin, maka perang itu sudah dapat di prediksi akan terjadi. Dan hari ini, benar-benar terjadi."Bunuh semua prajurit istana ini!" teriak Ki Sangkuni.Teriakkan Ki Sangkuni diamini oleh anak buahnya dari perguruan batu hitam dan tanpa ada rasa takut mereka menyerang meskipun jumlah mereka jauh lebih sedikit."Inikah yang dimaksud resi Gunin jika kerajaan akan terjadi banjir darah? Itu tidak mungkin!" kata Patih Kuroda."Segera tahan mereka, tangkap dan biarkan hukum Negara yang akan memberikan mereka hukuman!" teriak Patih Kuroda.Sementara itu, resi Gunin terus menyaksikan perang itu, dia sedikitpun tidak tenang lagi, apalagi melihat keberanian dari Ki Sangkuni yang menyerang dengan pasukan yang sedikit."Apa yang direncanakan oleh Ki Sangkuni!' kata resi Gunin."Apakah akan ada serangan gelombang kedua?" gumam resi Gunin."
Teriakan Mahapatih Tengguru di sambut anggukan kepala oleh Patih Kuroda, dan dia tinggalkan pertarungan dengan anak buah kelompok teratai kuning.Hiatttttt!!Dia menyerang ke arah ketua Bernadi, tapi hanya dengan satu tangan ketua Bernadi sudah mampu menahan pukulan keras Patih Kuroda.Bammmmmmmmm!!Tidak hanya menahan pukulan Patih Kuroda, tapi ketua Bernadi juga mengeluarkan kekuatan yang jauh lebih besar, dan itu malah langsung melukai Patih Kuroda.Sebelum Patih itu sadari apapun, ketua Bernadi memutar tubuhnya, dan sudah berada di belakang punggung Patih Kuroda.Bammmmmmmmm!!Satu tapak dengan kekuatan yang penuh dengan tenaga dalam menghantam bagian punggung Patih Kuroda, dan hasilnya adalah.Huakkkkkk!!Darah segar menyembur dari mulut Patih Kuroda, Patih kerajaan itu terluka sangat parah dan tubuh langsung jatuh memeluk bumi."Hanya segitu kekuatan dari Patih kerajaan ini? Sungguh kerajaan yang lemah!" ejek ketua Bernadi."Kurang ajar!"Haaaaaaaaaaa!!Mahapatih Tengguru yang a
Di dalam ruangan Tetua Chu Cai, Ki Barata dan pemilik rumah megah itu duduk dengan posisi yang berhadapan."Sungguh satu keberhasilan karena kita bisa mendapatkan tubuh es bulan!" kata Tetua Chu Cai."Iya, dan aku rasa kau harus mengambil kekuatan es bulan itu, Chu Cai!" kata Ki Barata. "Kau tidak ingin kekuatan di tubuh gadis itu, Barata?" tanya Tetua Chu Cai."Bagaimana mungkin aku tidak inginkan tubuhnya? Namun elemen yang aku miliki tidak bisa memiliki tubuh es bulan itu! Aku memiliki elemen api, dan itu pasti berlainan elemen dengan tubuh es bulan itu!" kata Ki Barata. "Kau benar juga, Barata!" kata Tetua Chu Cai."Aku tidak ingin melepaskan kesempatannya kita untuk hidup abadi, setelah ini bantu aku menemui seseorang, dia memiliki tubuh petir!" kata Ki Barata. "Pemilik tubuh petir juga sudah terlihat?" kata Tetua Chu kaget. "Iya, dan aku yakin, pemuda itu akan datang kemari! Dia mengenal pemilik tubuh bulan es itu!" kata Ki Barata. "Tenang saja, setelah aku kuasai kemampuan
Tetua Chu Cai membawa Ki Barata, dan Intan ke sebuah bangunan yang sangat besar, dan megah. Dan itu tak ubahnya sebuah istana yang indah. "Kau tinggal di sini, Chu Cai?" tanya Ki Barata tidak percaya. "Hahahaha, apakah kau pikir aku akan duduk tenang, dan tak mencari harta? Itu tidak mungkin, Barata!" kata Tetua Chu Cai."Tapi semua ini tidak mungkin bisa kau dapatkan hanya dalam waktu yang singkat!" kata Ki Barata. "Bodoh, tiga puluh tahun bukan waktu yang singkat!" kata Tetua Chu Cai."Tetap saja, untuk kumpulkan harta sebanyak ini tidak mungkin bisa dilakukan hanya dalam waktu tiga puluh tahun saja!" kata Ki Barata."Lupakan soal itu, untuk saat ini kau dan dia tinggal di sini! Anggap ini rumahmu juga!" kata Tetua Chu Cai."Luar biasa!" kata Ki Barata yang masih tidak bisa menutupi rasa kagum akan pencapain Tetua Chu Cai itu.Saat Tetua Chu Cai datang, belasan pelayan datang dan mereka berikan hormat pada Tetua Chu Cai, pemilik rumah besar itu."Siapkan dua kamar di lantai atas!
Dua ekor kuda dengan penunggang kuda yang terlihat adalah pasangan kakek dan cucunya sama-sama memacu kuda mereka dengan kecepatan yang tinggi. Orang yang ada di depan, selemah lelaki tua yang seluruh rambutnya sudah memutih, namun itu tak membuat pergerakan lelaki tua itu dalam mengendalikan kudanya terlihat lemah. Dan di sampingnya, seorang gadis cantik dengan pakaian kuning, dan rambut yang panjang, dia berada tepat di samping lelaki tua itu. Keduanya sama-sama memacu kuda, dan sama-sama menuju ke satu tujuan yang mungkin hanya lelaki tua itu akan kemana tujuan mereka. Kedua orang itu adalah, Ki Barata, dan Intan. Yang mana saat ini Intan sudah sepenuhnya percaya pada Ki Barata. Hingga akhirnya, mereka berdua tiba di sebuah padang rumput yang cukup hijau dan luas. "Ini tempatnya!" kata Ki Barata dan hentikan laju kudanya. Ki Barata yang berhenti secara tiba-tiba membuat Intan bingung, dan ia menatap ke arah lelaki tua itu. "Ki Barata, kenapa kita berhenti?" tanya Intan."Ak
Setelah mengetahui kalau Arya diutus oleh Putri Gut, Ketua Noat tidak memiliki pilihan, dan mau tak mau dia menerima kedatangan anak muda itu di perguruan yang ia pimpin itu.Ketua Noat membawa Arya ke sebuah ruangan, dan mereka duduk berhadapan dalam situasi yang tegang. Satu hal lain yang membuat Ketua Naot bersedia menerima kedatangan Arya karena dia sudah merasakan kekuatan anak muda itu. Ketua Noat ikut merasakan getaran karena kekuatan dari teriakan Arya itu, dan itulah juga jadi alasan yang membuat ia menerima kedatangan Arya "Katakan apa yang diinginkan oleh Putri Gut dari aku?" tanya Ketua Noat. "Yang Pertama, aku minta maaf, karena sudah memaksa Ketua Besar untuk menerima diriku di sini!" kata Arya. Permintaan maaf Arya itu membuat Ketua Noat tersenyum, dan ketegangan itu langsung hilang karena sikap sopan dari anak muda itu. "Kemudian yang kedua, tuan putri tidak meminta apa-apa dari ketua, tapi aku membutuhkan beberapa jawaban dari pertanyaan yang ingin aku ajukan pa
Dengan kuda yang dia tunggangi, Arya melesat meninggalkan hutan, dan ia memilih untuk ikuti jalan yang ada di depannya.Arya beruntung karena jalan itu merupakan jalan tunggal, dan jalan satu-satunya yang ia lalui hingga ia tak merasa bingung selama dalam perjalanan itu.Satu hari satu malam Arya berada dalam perjalanan, dan yang dia lalui hanya jalanan tanpa pernah melihat sebuah desa apalagi sebuah kota. "Apakah di negeri ini tidak ada kota atau sebuah desa?" kata Arya bingung akan hal itu. Bahkan saat hari akan sore, Arya tetap tidak melihat sebuah desa, padahal ia sudah butuh tempat yang tenang untuk istirahat."Manusia!" kata Arya. Di kejauhan, mata Arya melihat ada dua orang yang sedang berjalan kaki, dan Arya memilih untuk mendatangi mereka. Arya segera turun dari atas kudanya, dan mendekati kedua orang itu."Mohon maaf, apakah ada desa yang dekat do sekitar hutan ini?" tanya Arya. "Tidak ada anak muda! Tapi jika kau ingin istirahat, kau bisa datangi Perguruan Mawar Kuning
Kusir Kereta Kuda yang membawa Putri Gut terus memacu kereta kuda itu hingga mereka masuk ke dalam hutan. Arya yang berada di bagian belakang kereta kuda itu semakin curiga, dan ia yakin kalau kusir kereta itu tidak bisa untuk dipercaya."Kita istirahat!" teriak Arya dan memacu kuda hingga berada di samping Kusir Kereta Kuda itu."Tidak bisa, kita harus keluar dari hutan ini, barulah kita istirahat!" kata Kusir Kereta Kuda itu. "Kita harus istirahat!" kata Arya. Namun Kusir Kereta Kuda itu masih saja memaksa kuda yang menarik kereta kuda untuk berlari, hingga mereka sampai di tengah-tengah hutan itu. "Baiklah, kita istirahat!" kata Kusir Kereta Kuda dan ia menarik tali pekana kuda.Huppppp!!Dan setelah itu, dia melompat dari kursi kusir kereta kuda, dan ia memperlihatkan ilmu meringankan tubuh yang cukup tinggi. "Siapa kau sebenarnya?" tanya Arya ingin tahu. Kecurigaan pada Kusir Kereta Kuda itu semakin besar, dan itu membuat Arya jadi waspada."Keluar kalian semua!" teriak Kus
Beberapa hari setelah Ki Barata dan Intan sampai di Negeri Burma, kapal yang membawa Putri Gut dan pengawalnya, serta Arya pun tiba Negeri yang cukup besar itu. "Mari kita turun, Arya! Setelah itu kita akan lanjutkan perjalanan menggunakan kereta kuda!" kata Putri Gut. "Baik, Tuan Putri!" kata Arya. Putri Gut kembali kenakan topeng untuk menutupi wajahnya, dan itu dia lakukan untuk mengurangi masalah karena wajahnya yang cukup cantik dan menarik perhatian orang-orang."Cari sebuah kamar penginapan, aku akan istirahat sebelum kita lanjutkan perjalanan ke ibu kota!" kata Putri Gut pada salah satu pengawalnya. "Baik, Tuan Putri!" kata salah satu pengawalnya dan segera mencari penginapan yang pantas untuk Putri Kedua dari Raja Burma itu. Putri Gut menunggu, dan memilih untuk duduk di sebuah kursi yang kosong, yang mana dua pengawal, dan Arya mengawasi Putri Gut. Tidak berapa lama, pengawal yang mencari kamar itu kembali datang, dan ia katakan kalau sudah menyewa kamar untuk tempat i
Selama dalam perjalanan menuju Negeri Burma, Arya selalu saja berada di geladak kapal, dan menunggu kapan mereka akan tiba di Negeri itu. "Dari keterangan yang diberikan oleh Baju Kijang Emas, masih ada empat baju pelindung yang harus aku cari, dan keberadaan baju pelindung itu ada dua di Negri Burma! Aku harap menemukan petunjuk tentang hal itu!" kata Arya. Arya merasa mendatangi Negeri Burma merupakan sebuah takdir, dan ia yakin dia baju pelindung yang ada di Negeri Burma pun pasti ditakdirkan untuk dia miliki. Saat Arya menatap ke arah lautan, saat itulah Putri Gut datang dan berdiri di samping anak muda itu."Apa yang kau pikirkan, Arya?" tanya Putri Gut. "Sudah jelas aku memikirkan sahabatku, Tuan Putri! Aku harus mencari dia," kata Rangga Satria."Aku akan berikan kau sedikit petunjuk!" kata Putri Gut."Petunjuk apa itu, Tuan Putri?" tanya Arya. "Datangi Perguruan Mawar Kuning, jumpai Ketua Noat, dia pasti tahu sesuatu!" kata Putri Gut. "Dimana Perguruan Mawar Kuning itu,
Peerempuan berkerudung kuning itu keluar dari kedai bersama dengan pengawalnya.Ke tujuh orang dengan warna kulit yang cukup berbeda dengan penduduk negeri Malaya itu memasuki kedai yang lain."Mana orangnya?" tanya perempuan itu."Itu tuan putri!" jawab panglima Cun dan menunjuk nakhoda Rundi.Perempuan itu mendekati nakhoda Rundi dan duduk tanpa diminta."Apakah tuan nakhoda yang akan membawa kapal menuju negeri Burma?" tanya perempuan itu."Benar nona, apa nona rekan dari dia?" tanya nakhoda Rundi menujuk panglima Cun."Benar! Dan aku yang menyuruh dia untuk mencari kapal, apakan benar jika kapal itu ada, tapi kekurangan penumpang?" tanya perempuan itu."Benar nona, bahkan sampai sekarang baru satu penumpang yang akan menuju negeri Burma, tidak mungkin aku berangkat hanya dengan tujuh atau delapan penumpang saja, kecuali kalian membayar lebih," kata nakhoda Rundi."Berapa yang kau inginkan?" tanya perempuan berkerudung kuning itu."Berapa ya? Aku tidak dapat memastikan berapa nona,