Setelah keadaan tenang, Adipati Sudira masih gelisah menunggu kedatangan putrinya, Putri Kinar.Berkali-kali Adipati Sudira melihat ke arah pintu masuk berharap Arya datang bersama putrinya."Jangan terlalu di pikirkan, Adipati!"Ki Sembada datang bersama dengan ketua Burak dan Ki Tanu, ketiganya datang dengan perasaan bersalah."Untuk apa kalian datang? Bukankah kalian sudah pergi?" kata Adipati Sudira."Maafkan kami Adipati, kami memang bodoh!" kata Ki Tanu dengan wajah yang bersalah."Tida perlu lagi kalian disini, pergi saja!" kata Adipati Sudira yang tidak suka pada ketiga ketua perguruan itu.Ketiga ketua itu diam, mereka memang bodoh sudah meninggalkan kadipaten saat kadipaten membutuhkan mereka."Apa tujuan kalian kemari?" tanya Adipati Sudira."Kami hanya ingin memberikan sikap pada Adipati, kami minta maaf karena lebih memikirkan kami sendiri!" kata ketua Sembada."Sepertinya sekarang tidak akan ada gunanya! Aku juga sudah memiliki pilihan lain untuk jadi panglima kota ini!"
"Hahahahah! Sungguh sangat pandai melucu anak muda! Kau pikir kau siapa? Sehingga kerajaan akan kirim seorang panglima karena sebuah surat darimu!" kata Ki Sembada."Aku keluarga kerajaan!" kata Arya dan keluarkan lencana kerajaan yang menunjukkan dia adalah putra raja Yuda.Semua wajah pucat, mereka tidak dapat untuk tidak gemetar, mereka semua kenal dengan lencana keluarga kerajaan itu."Pangeran! Kami!"Semuanya langsung menunduk memberikan hormat pada Arya, mereka tidak menyangka jika Arya adalah putra dari penguasa negeri itu, raja Yuda."Kenapa? Apakah sudah tahu alasan kenapa aku membantu kadipaten ini?" tanya Arya."Su .... Sudah pangeran!' jawab Ki Tanu yang memberanikan diri menjawab pertanyaan Arya."Adipati! Ambilkan kertas dan tinta, aku akan kirim surat ke istana, dalam setengah purnama sudah ada panglima baru di kadipaten ini, yang pastinya bukan dari tiga perguruan egois ini!" kata Arya.Dari tiga ketua perguruan itu, Ki Burak yang paling takut, dia ingat dengan perkat
Arya, yang sudah selesaikan masalah di kadipaten Tangkuban melesat menuju perjalanan selanjutnya, menuju kadipaten Angin Daun.Arya sampai di kadipaten itu, tapi itu bukan tujuan utama anak muda itu, tapi menuju pesisir pantai ceremai."Aku tidak butuh istirahat untuk saat ini, aku hanya butuh segera sampai ke pesisir pantai itu," ucap Arya.Arya hanya melewati kota Daun, setelah itu melanjutkan perjalanan menuju tujuan yang sesungguhnya."Ada apa dengan cuaca di kadipaten ini, kenapa begitu panas?' Arya merasakan matahari seperti berada di atas kepalanya, itu karena hawa panas yang begitu menyengat di atas kepala."Apakah ini karena pengaruh dari reaksi pedang matahari?" gumam Arya.Karena hal itu, Arya terus memacu kuda Putihnya, dan meninggalkan kota Daun yang semakin jauh di belakang Arya.Saat Arya meninggalkan kota Daun, di tengah jalan dia bertemu dengan rombongan besar. Dan sepertinya mereka pengungsi."Paman! Kalian mau kemana?" tanya Arya ingin tahu."Kami tidak tahan denga
Setelah menghindari Arya yang melawan dirinya, Ki Rangga. ketua dari kelompok teratai hitam melesat menuju pesisir pantai Ciremai."Inikah tempat pusaka itu berada?" gumam ki Rangga.Ki Rangga membuka kertas yang sudah dia bawa, dan saat itulah dia menemukan letak dari pedang matahari."Aku pasti akan aku kuasai pedang matahari," kata Ki Rangga.Ki Rangga ambil jalur paksa, jalur yang memang tidak diperbolehkan untuk didatangi oleh manusia.Keberadaan pedang matahari menurut peta adalah di pulau pusaka ular, pulau yang hampir seluruh tempat di pulau itu dikuasai oleh ular yang sangat berbisa."Aku harap tidak akan rintangan saat memasuki pulau itu!" kata Ki Rangga.Hiatttttt!!Ki Rangga memaksakan kekuatan tenaga dalam untuk melesat menuju pulau pusaka ular, pulau yang jaraknya jauh dari pesisir pantai ceremai, meskipun terlihat dekat.Tapi, karena ilmu meringankan tubuh yang sudah mumpuni, Ki Rangga tetap mampu melesat dan bertahan meskipun harus kehabisan banyak energi."Itu dia!' k
Hawa panas yang menjalar ke tubuhnya membuat Ki Rangga merasa seluruh tubuhnya bagaikan dibakar api yang sangat panas.Tidak hanya bagian luar nya saja yang merasakan panas itu, tapi juga bagian dalam Ki Rangga juga rasanya terbakar api.Aaaaaaaaaaaaaaaaa!!Tangan Ki Rangga ingin melepaskan pedang matahari, tapi tangannya seolah menempel di pedang itu, dan tidak bisa dia lepaskan.Hiatttttt!!Ki Rangga mencoba melawan, tapi semakin kuat dia melawan, semakin kuat kekuatan panas dari pedang matahari.Dengan memaksakan seluruh kekuatannya, Ki Rangga mencabut pedang matahari dari batu itu.Jledaaarrrrrrr!!Tubuh Ki Rangga terbuang, bersama dengan pedang matahari yang melekat di tangannya. Tubuh Ki Rangga Kim dipenuhi dengan energi panas yang di alirkan oleh pedang matahari.Mata Ki Rangga berubah jadi merah, dan tidak hanya itu, dari pedang matahari keluar sebuah energi api yang mengikat pedang matahari di tangan Ki Rangga."Ada apa ini?" kata Ki Rangga tidak percaya.Hahahahah!"Anak man
"Dimana keberadaan pedang itu?" tanya Arya."Tidak semudah itu kau akan memiliki pedang itu anak muda!" kata Raja naga."Maksudnya?" tanya Arya."Seperti yang kau ketahui, untuk kuasai pedang itu, kau harus juga kuasai jurus pedang api yang ada di kitab api itu, jika tidak hanya akan percuma saja, kau mungkin akan jadi monster baru!" kata raja naga."Apakah tidak bisa memegang pedang itu, dan saat pedang itu sudah ada padaku, aku akan berlatih dengan pedang itu!" kata Arya."Tidak! Itu hanya akan membuatmu dikuasai pedang itu, dan seperti yang aku katakan, kau akan jadi monster baru di dunia persilatan," kata raja naga."Bagaimana dengan orang lain?" tanya Arya."Apakah yang kau maksud orang yang saat ini memegang pedang matahari?" tanya raja naga."Memegang pedang matahari? Maksudnya sudah ada yang memegang pedang itu?" tanya Arya."Iya! Dia tiba lebih dahulu darimu, dan sepertinya sudah mereka sudah melakukan pergantian jiwa saat ini!" kata raja naga."Pergantian jiwa? apa maksudnya
"Sialan!"Whusssssssss!!Belum juga Arya dalam posisi yang bagus, Ki Rangga kembali ayunkan pedang matahari, dan hawa yang sangat panas kembali mengejar Arya.Huppppp!!Arya berlompatan dari batu ke batu yang ada di gua ular. Dan saat dia dalam posisi yang bagus Arya tidak menunggu lama."Pukulan petir!" teriak Arya.Cahaya kuning emas dari tangan Arya mengarah pada Ki Rangga.Haaaaaaaaaaa!!Ki Rangga dengan pedang mataharinya membelah dia pukulan petir yang Arya keluarkan. Bersamaan dengan itu, Ki Rangga juga lepaskan pukulan jarak jauh pada Arya kencana, pukulan itu sudah bercampur dengan energi pedang matahari.Untuk kesekian kalinya, Arya harus melompat dan menghindar, pertarungan jarak jauh antara mereka membuat gua ular bergetar hebat."Pedang urat petir!" teriak Arya.Jledarrrr!!Pedang andalan Arya sudah siap menemani anak muda itu bertarung, tapi saat Arya sudah siap melanjutkan pertarungan, Ki Rangga malah melesat meninggalkan gua itu."Hei .... Jangan kabur lagi!" teriak A
"Tidak perlu duduk panglima, kau berbaring saja. Kembalikan kondisi tubuhmu!" kata Arya pada panglima Darmian yang akan duduk karena kehadiran Arya."Tapi Pangeran?""Tidak apa-apa!" kata Arya.Wajah Adipati Igiri pucat pasi saat tahu orang yang dia anggap tahanan adalah pangeran dari kerajaan yang menguasai kadipaten yang dia pimpin."Maafkan kebodohan ku, pangeran! Maafkan yang bodoh ini!" kata Adipati Igiri berlutut sangat dalam pada Arya."Sudah Adipati! Jangan berlutut terlalu dalam!' kata Arya."Aku merasa sangat bodoh! Pangeran!" kata Adipati Igiri."Jangan merasa rendah seperti itu Adipati, Adipati sudah membawa kadipaten ini menjadi salah satu kadipaten yang makmur, itu sudah cukup!' kata Arya.Adipati Igiri diam, dia tidak mampu lagi ucapkan apapun.Saat semuanya masih berbincang, di luar ada dua prajurit yang mencari Adipati Igiri."Ada apa?" tanya Adipati Igiri."Kami hanya ingin meminta bantuan!""Bantuan apa?""Kerajaan saat ini diserang oleh pangeran Sengkala, dia bersa
Pemuda itu adalah Arya, setelah menyelesaikan masalah kerajaan, dan diangkat jadi putra mahkota, Arya kencana untuk tinggalkan istana dengan alasan mencari pedang matahari.Tapi yang Arya temukan saat ini adalah pembangunan sebuah bangunan yang begitu luas, begitu besar.Arya turun, dan dia menuntun kudanya untuk berjalan mendekati ratusan orang yang sedang melakukan pekerjaan itu."Siapa kau anak muda?"Seorang lelaki dengan pakaian Adipati berteriak dan menghalangi Arya yang ingin mendekati bangunan yang sedang dibangun itu."Maaf, paman! Aku hanya seorang petualang," jawab Arya sopan."Apa yang kau lakukan disini?" tanya orang itu lagi."Aku baru sampai dan baru keluar dari hutan itu paman, aku baru datang dari negeri Purawa!" jawab Arya."Negeri Purawa? Apakah kau lewati hutan siluman itu?" tanya lelaki yang tak lain adalah Adipati Pandi."Hutan siluman? Aku tidak merasakan jika itu hutan siluman!" kata Arya."Itu hutan yang mengerikan, sungguh berani kau memasuki hutan ini!" kata
Brakkkkkkk!"Itu mustahil terjadi!"Amarah itu datang dari seorang lelaki yang memakai topeng tengkorak, dan amarah itu menghancurkan sebuah meja batu yang ada di ruangan sebuah rumah di kota Semia."Aku tidak berbohong ketua, anak buah kelompok teratai kuning saat ini sudah tercerai berai, dan kata mereka ketua Bernadi sudah tewas dibunuh oleh seseorang di kerajaan Purawa!"Amarah itu memang datang dari ketua Son Chong, dia tidak menyangka jika ketua Bernadi, salah satu orang yang dia dapatkan dan rekrut untuk jadi bagian dari kelompok teratai tewas di tangan seseorang di kerajaan Purawa."Sudah aku katakan, jangan ikut campur dengan urusan pemerintahan, tapi tetap saja dia tidak mendengarkan apa yang aku katakan!" kata ketua Son Chong."Jadi apa yang harus kita lakukan ketua?""Aku ingin selidiki siapa yang sudah mengalahkan ketua bernadi, untuk sementara kelompok teratai kuning aku non aktifkan!" kata ketua Son Chong.Ketua Son Chong menjadi melamun, dia memikirkan siapa yang mampu
Mayat-mayat bergelimpangan di halaman istana kerajaan Purawa, dan itu adalah mayat dari dua belah pihak yang berperang.Tidak ada senyum bahagia setelah perang itu berakhir dan yang adalah senyum tangis yang penuh dengan kehilangan sahabat maupun rekan seperjuangan."Pangeran, apakah Yang Mulia sudah jadi di jemput?" tanya Resi Gunin pada Arya."Sudah resi, aku sudah perintahkan Mahapatih Tengguru untuk jemput ayahanda dan seluruh keluarga kerajaan!" jawab Arya."Baguslah! Ingat janjimu pangeran!" kata Resi Gunin."Pasti Resi, aku akan menjadi raja di kerajaan ini jika ayah sudah turun tahta!" kata Arya."Hehehehe! itu yang aku harapkan!" kata Resi Gunin.Arya menatap ke seluruh penjuru istana, banyak bangunan istana yang hancur, hancur karena pertarungan antara dirinya dengan ketua Bernadi."Dia lawan yang tangguh!" kata Arya sambil menatap mayat ketua Bernadi yang tanpa kepala."Ayo kita bereskan seluruh kekacauan ini sebelum ayahanda sampai di istana ini!" kata Arya.Prajurit keraj
Arya masih terus berusaha menjatuhkan ketua Bernadi, meskipun sudah mengalami banyak luka, tapi ketua Bernadi masih mampu bertahan dari setiap serangan Arya.Crasssssss!!Saat memiliki satu kesempatan, Arya menebas ke arah punggung ketua Bernadi, ketua Bernadi mencoba menghindari serangan itu, tapi yang terjadi malah tangan kirinya yang jadi sasaran ketajaman pedang urat petir.Aaaaaaaaaaaaaaaaa!!Ketua Bernadi harus merelakan satu tangannya buntung, dan yang paling membuatnya terkejut tangannya gosong menjadi hitam.Selain itu, dia juga merasakan energi yang merusak mencoba memaksa masuk ke dalam tubuhnya.Tukkkkkk!!Ketua Bernadi langsung menotok pergelangan tangan yang sudah buntung, dan itu dia lakukan untuk menghentikan pendarahan yang terjadi pada tangannya itu."Setelah tanganmu, sebentar lagi lehermu yang akan buntung!' kata Arya.Ketua Bernadi tidak lagi menjawab, dia meyakini itu, dia sudah kalah, hanya harga diri saja yang membuat dia tidak menyerah pada Arya."Aku akan ber
"Aku? Mencabut senjata hanya untuk melawanmu? Sepertinya tidak perlu!" kata Arya."Kurang ajar, kau meremehkan aku, bocah!" maki ketua Bernadi.Dengan gerakan memutar pedangnya, ketua Bernadi datang dengan serangan yang berbahaya, setiap ayunan pedangnya terdengar suara angin yang menderu bagaikan topan."Matilah!"Ketua Bernadi ayunkan pedangnya, dan dia melihat Arya tidak mencoba menjauh dari serangan ayunan pedangnya itu.Trangggg!!"Tidak mungkin!"Ketua Bernadi kaget, dan termangu sejenak karena Arya menahan ayunan pedangnya dengan tangan kosong, dan itu yang paling membuat ketua Bernadi tidak percaya tangan Arya, tidak mengalami lecet sedikitpun.Ketua Bernadi tahu kekuatan yang dia keluarkan dalam mengayunkan pedangnya itu, jangankan tangan manusia, pohon sebesar gunung pun akan terbelah jika menahan pedang nya itu.Keadaan ketua Bernadi yang sangat kaget itu di gunakan Arya dengan baik.Tinju penghancur batu!Dalam ketermanguan itu, ketua Bernadi hanya terlambat sedikit saja m
Untuk kedua kalinya, istana kerajaan Purawa menjadi ajang perebutan kekuasaan, itu terjadi karena kehausan kekuasaan oleh segelintir orang.Bammmmmmmmm!!Di atap istana, Arya yang kini membawa nama kerajaan, atas nama pangeran Candra sedang bertarung dengan ketua Bernadi, Pertarungan keduanya sudah meruntuhkan banyak bangunan istana."Jika terus seperti ini, bukan tidak mungkin istana akan mengalami banyak kerusakan!" kata Arya dalam hatinya.Haaaaaaaaaaa!!Arya berteriak keras dan menyerang ketua Bernadi, mencoba membawa ketua Bernadi untuk menjauh dari atap istana, tapi ketua Bernadi sepertinya sudah nyaman dengan pertarungan di atas atap.Dengan gerakan ringan, keduanya saling adu tenaga dalam dan juga ilmu meringankan tubuh.Wajah ketua Bernadi cukup kaget saat pertama kali adu tenaga dalam dengan Arya, dia jadi ingat perkataan ketua Son Chong yang mengatakan jika pemilik tubuh petir masih hidup."Ternyata kau pemilik petir itu, anak muda!" kata ketua Bernadi."Benar! Aku memang p
Dua tubuh berada di halaman istana kerajaan Purawa, mereka adalah tahanan dari kerajaan tahanan yang seharusnya tidak mendapatkan perlakukan seperti itu.Hahahaha!"Saat matahari pagi datang, kalian berdua akan menuju pencipta kalian!" kata raja Haripan yang sangat senang karena dua orang dia takuti itu akan mati di tiang gantungan.Keduanya adalah Patih Kuroda dan Mahapatih Tengguru. Keduanya akan di hukum gantung demi kesenangan hati raja gadungan, raja Haripan."Jangan bangga hanya karena kau jadi raja, Haripan! Kau akan merasakan hal yang jauh lebih sakit dari yang kamu rasakan ini!" kata Mahapatih Tengguru."Apa? Katakan saja apa yang sakit itu, hah?" bentak raja Haripan.Plakkkkkk!!Tidak hanya ucapan yang keluar, tapi tangan raja Haripan juga bergerak menampar wajah Mahapatih Tengguru."Tunggu saja saat pagi, kalian akan tewas, tewas di tiang gantungan!" kata raja Haripan dan tinggalkan dua tawanannya itu.***Matahari pagi mengintip dari balik gunung yang menutupi kota Wan, da
Raja Yuda dan seluruh keluarga kerajaan kaget saat Resi Gunin datang mengunjungi mereka, itu hal yang tidak mereka sangka, karena mereka tahu Resi Gunin tidak akan tinggalkan istana kerajaan."Ada apa ini Resi? Aku tidak percaya jika Resi datang menemui kami!" kata Raja Yuda."Tidak ada yang penting, aku hanya ingin bertemu dengan Pangeran Angga, aku merindukan muridku itu!" kata Resi Gunin belum juga mengatakan tujuan kedatangannya yang sebenarnya."Benarkah hanya itu?" tanya Raja Yuda."Hehehehe! Kau selalu mampu membaca pikiran orang dari raut wajahnya, yang mulia!' kata Resi Gunin terkekeh."Aku yakini itu, kau tidak mungkin tinggalkan istana jika tidak ada yang perlu. Benar bukan, Resi?" tanya Raja Yuda."Aku memang datang karena aku inginkan bicara dengan kalian, khususnya dengan Pangeran Angga!" kata Resi Gunin."Aku guru? Ada apa dengan diriku?" tanya Pangeran Angga.Resi Gunin tidak menjawab, tapi dia malah mendekati sebatang pohon besar, dan bersandar dengan santai ke batang
Dengan topeng naga berwana peraknya, Arya melesat dari hutan pelangi menuju kota Wan, ibukota kerajaan Purawa.Saat dia tiba, kerajaan itu sedang berbenah untuk mengangkat raja baru, penguasa baru negeri Purawa, raja Haripan.Saat mereka merebut kerajaan, ayahnya Haripan, Ki Sangkuni belum resmi jadi raja, jadi Haripan memutuskan akan melakukan pesta besar untuk mengangkat dirinya sebagai penguasa dan raja seutuhnya, raja yang kuasai seluruh wilayah kerajaan Purawa."Apa kalian berpikir aku akan biarkan kerajaan ayahku akan jadi milik kalian? Itu hanya ada dalam mimpi kalian!" kata Arya.Undangan sudah disebarkan oleh prajurit untuk mengundang Adipati yang ada di seluruh pelosok negeri itu, dan itu membuat wajah Haripan semakin yakin jika semua yang akan dia lakukan itu pasti tidak akan gagal."Aku akan pastikan di hari pengangkatanmu, akan jadi hari kedatangan ayah dan ibu!" kata Arya.Arya membiarkan semuanya seolah terjadi, tapi sesungguhnya dia sudah mulai bergerak sedikit demi se