Amarah Sesepuh Wirusanala“Ehem!” Guru Wiguna berdehem keras menghentikan tawa Lintang dan Balada.Sosoknya tiba-tiba saja sudah berada di belakang mereka, membuat keduanya langsung berbalik sembari memasang senyuman bodoh.“Guru,” sapa Balada.“Paman guru, hihihi” sapa Lintang.“Haih! Kukira kalian telah dewasa, ternyata sama saja seperti dulu, selalu membuat masalah,” Guru Wiguna menggeleng.“Maaf guru,” Balada menunduk malu.“Hihihihi, bagaimana kabarmu paman guru? Baik-baik saja kan? Terimakasih sudah membuat sambutan meriah untukku,” Lintang terkekeh tanpa dosa membuat Balada langsung terbatuk mendengarnya.Peletak! Aww! Lintang meringis kembali mendapat jitakan di kepalanya. Tapi kali ini bukan dari Balada melainkan dari guru Wiguna.“Dasar tengik! Sambutan apa yang kau maksud? Semua murid berkumpul di sini bukan untuk menyambutmu. Tapi sedang dalam ujian,” maki Guru Wiguna kesal.“Hais! Kukira sedang menyambutku, hihihi,” Lintang terkekeh konyol membuat Guru Wiguna kembali men
Saat cahaya merah dari serangan sesepuh Wirusanala hampir saja menghantam tubuhnya, Lintang segera mengayunkan Seruling Surga, membuat cahaya itu seketika terpental menghantam tanah.Wush! BUMMMM!Sebuah ledakan besar terjadi menggetarkan wilayah padepokan, menciptakan debu dan asap tebal yang membumbung menutupi pandangan.Namun meski begitu, semua orang sempat melihat apa yang Lintang lakukan, membuat mulut serta mata mereka menganga tidak percaya.Tapi sesepuh Wirusanala melakukan hal berbeda, dia malah tersenyum senang menatap kepulan asap tebal dengan penuh kebanggaan.“Begitu rupanya, baiklah!” gumam sang sesepuh sebelum kemudian sosoknya lenyap dari pandangan.Lintang masih di dalam kepulan asap, tapi dia tahu bahwa sesepuh datang menghampirinya.“Hihihihi, anda ternyata orang yang keras kepala, paman Nala,” Lintang terkekeh.“Aku keras kepala karena dirimu, sialan!” bentak sesepuh Wirusanala.Dia tiba-tiba muncul tepat di hadapan Lintang dengan telah menebaskan pedang.Wush!
Dunia kependekaran adalah dunia yang kejam, kelam, licik, penuh intrik dan misteri membuat siapa pun yang masuk ke dalamnya harus memiliki mental serta kekuatan yang matang.Semua yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin di dunia kependekaran, yang ada tidak selamanya ada, dan yang baru bisa saja merupakan hal lama yang dibangkitkan kembali oleh permainan takdir.Seperti halnya Lintang, dia adalah pendekar legenda yang seharusnya telah tiada. Namun karena suatu alasan, Lintang kembali hidup menitis pada seorang bayi laki-laki yang tidak pernah dirinya kenal.Segala bentuk kepahitan hidup dan hiruk pikuk dunia kependekaran telah Lintang lewati membuat dirinya bisa mematangkan diri jauh sebelum waktunya.Lintang hidup dengan membawa ingatan masa lalunya, sehingga tidak sulit untuk pemuda itu bisa memahami segala bentuk energi serta pengolahan kanuragan di dunia persilatan.Hanya saja tubuh yang saat ini dia miliki masih terbilang lemah sehingga kekuatan Lintang akan sangat terbatas karen
Akibat dikacaukan oleh Lintang, ujian akhir penentuan status murid pun terpaksa harus diundur dan kembali digelar pada esok harinya.Namun pada ujian kali ini para peserta tidak lagi berambisi untuk jadi yang utama karena gelar itu sudah direbut oleh Lintang.Mereka bertarung hanya untuk menunjukan bahwa mereka mampu berkembang sesuai harapan guru dan ketua.Hingga pada akhirnya, 800 peserta terakhir dinyatakan lolos secara bersamaan.600 dari mereka diangkat menjadi murid inti sementara 200 sisanya dinobatkan menjadi murid senior.Hal itu tentu berdasarkan penilaian ketat para ketua, sesuai tingkat kanuragan serta kedewasaan mereka dalam bertindak.Balada menjadi salah satu yang dinobatkan menjadi murid senior, dia dinobatkan bersama para murid inti musim lalu yang pada ujian kali ini kembali mengikutinya.Sementara Nindhi, Tyas, Arista, Kenes, Ayunda, Baswara, Basukarna, Garda, Hiraya, Mandaka, Ranu dan Taraka diangkat menjadi murid inti.Mereka cukup puas dengan pencapaian itu, tap
Lintang ternyata bukan bermaksud menyangkal, tapi dia sangat penasaran mengapa organisasi Campaka Raga tidak berkembang, bahkan Nyi Jayanti mengatakan bahwa anggota mereka sangat sedikit padahal Padepokan Campaka Raga sudah berdiri sejak lama bahkan lebih dari ratusan tahun.Pikiran Lintang tidak bisa memahami itu karena seharusnya, organisasi Campaka Raga sudah memiliki ribuan pendekar hebat yang tersebar di seluruh nagari.Bahkan kemungkinan sudah memiliki berbagai cabang di setiap wilayah. Namun mengapa bisa seperti itu? Ke mana murid-murid senior terdahulu? Bukankah seharunya Campaka Raga telah memiliki puluhan ribu murid senior? Dan mengapa ketua padepokan hanya 8 orang? Sementara gurunya hanya berjumlah 33 saja?Lintang baru sadar akan semua pertanyaan itu, membuat dia bingung akan apa yang terjadi pada padepokan di masa lalu.“Sudah kuduga kau akan menanyakannya, bocah. Sial!” sesepuh Wirusanala menarik napas berat.Sementara ketua lain serentak menggeleng tidak menyangka Linta
Sejarah pahit Padepokan Campaka Raga menjadi semangat baru bagi Lintang untuk segera menjadi lebih kuat.Tapi dibalik itu dia juga harus menyusun rencana agar Padepokan bisa tumbuh menjadi lebih besar untuk menjaga kemungkinan terburuk di masa depan.Sehingga pada pertemuan tertutup tempo hari, Lintang mengusulkan agar pihak padepokan turut melibatkan para murid inti.Usulan tersebut sempat mendapat penolakan dari beberapa ketua, bahkan oleh sesepuh Wirusanala sendiri.Namun Lintang berhasil meyakinkan mereka dengan mengatakan bahwa keterlibatan murid inti tidak hanya akan membuat mereka lebih dewasa, tapi juga akan membentuk mereka menjadi lebih kuat.Pengalaman bertarung menghadapi situasi sulit di dunia luar akan menempa jiwa para murid menjadi lebih tangguh. Dengan begitu, mereka akan bisa berkembang jauh lebih cepat dari pada hanya berlatih di Padepokan.Namun hal itu juga tentu penuh dengan resiko karena membiarkan pandekar pemula turun gunung sebelum waktunya sama saja dengan m
Rombongan bangsawan yang dikawal oleh Balada kini telah memasuki batas kerajaan.Selain oleh kelompok Balada, rombongan itu juga dikawal oleh 50 pendekar hebat.Balada tidak tahu entah mengapa seorang bangsawan harus dikawal seketat itu padahal dia hanya akan menghadiri pesta pernikahan.Selama diperjalanan, Balada tidak pernah berkomukasi dengan sang bangsawan selain dengan ketua pengawal mereka yang merupakan seorang pendekar sepuh.Untuk sementara, perjalanan mereka cukup tenang tanpa hambatan. Meski memang pernah dihadang oleh sekelompok penyamun, tapi para pendekar penjaga berhasil mengatasinya dengan sangat mudah.Setelah menginap satu malam di pinggir hutan, rombongan bangsawan itu pun kembali melanjutkan perjalanan.Rombongan bangsawan membawa dua kereta kuda, satu kereta di tempati oleh sang bangsawan. Sedangkan kereta lain digunakan untuk membawa barang hantaran.Batas antara dua kerajaan dipisahkan oleh sebuah aliran sungai besar yang cukup deras. Namun sungai itu bukan ba
Lintang berjalan seorang diri melewati pekatnya hutan menuju jembatan penghubung yang akan membawanya keluar dari wilayah kerajaan Suralaksa.Tapi jauh sebelum sampai pada jembatan yang dimaksud, telinga pemuda itu tiba-tiba mendengar suara pertarungan.“Dari arah barat? Bukankah itu jalur jalanan besar? Mungkinkah kak Balada?” gumam Lintang.Karena khawatir terhadap keselamatan kakaknya, Lintang segera membuka 2 gerbang energi tenaga dalamnya, membuat di kaki Lintang seketika muncul riak cahaya transparan.“Kilat putih!” seru Lintang.Wush!Tubuhnya tiba-tiba melesat sangat cepat membuat sosok pemuda itu tampak seperti menghilang.Slep! Tap!Lintang muncul tepat di depan sebuah kereta mewah, sementara tidak jauh dari kereta tersebut terdapat seorang pria tua yang sedang dikepung puluhan pendekar.“Kereta bangsawan, benar! Ini rombongan kakakku,” Lintang mulai mengepalkan tangan.Setelah itu, dia langsung melesat menggunakan langkah kilat, menusuk satu persatu jantung para pendekar ya