Lintang berjalan seorang diri melewati pekatnya hutan menuju jembatan penghubung yang akan membawanya keluar dari wilayah kerajaan Suralaksa.Tapi jauh sebelum sampai pada jembatan yang dimaksud, telinga pemuda itu tiba-tiba mendengar suara pertarungan.“Dari arah barat? Bukankah itu jalur jalanan besar? Mungkinkah kak Balada?” gumam Lintang.Karena khawatir terhadap keselamatan kakaknya, Lintang segera membuka 2 gerbang energi tenaga dalamnya, membuat di kaki Lintang seketika muncul riak cahaya transparan.“Kilat putih!” seru Lintang.Wush!Tubuhnya tiba-tiba melesat sangat cepat membuat sosok pemuda itu tampak seperti menghilang.Slep! Tap!Lintang muncul tepat di depan sebuah kereta mewah, sementara tidak jauh dari kereta tersebut terdapat seorang pria tua yang sedang dikepung puluhan pendekar.“Kereta bangsawan, benar! Ini rombongan kakakku,” Lintang mulai mengepalkan tangan.Setelah itu, dia langsung melesat menggunakan langkah kilat, menusuk satu persatu jantung para pendekar ya
Di sisi Kelompok Badala Sendiri, mereka segera pergi mengejar kereta bangsawan sesaat setelah para anggotanya memulihkan diri.Dengan kemampuan ilmu meringankan tubuh yang mempuni, kelompok Balada pun akhirnya bisa mengejar kereta.“Lihat di sana ketua!” seru Wirusa amat senang.“Benar! Itu kereta bangsawan kita,” ujar Balangbang berbinar.Balangbang senang karena misinya tidak jadi gagal, di mana jika gagal, maka leher mereka akan dipenggal oleh pihak kerajaan.Melihat kereta yang dikejarnya berada di bawah tebing sedang menyusuri jalanan besar, Balada pun lantas melesat lebih dulu.Wush! Tap!Dia mendarat di atas atap kereta, memastikan ke dalam jendela bahwa bangsawan yang dijaganya masih ada.Dan benar saja, bangsawan itu masih ada di dalam kereta. Namun mata Balada tiba-tiba terbelalak lebar.Balada sungguh terkejut karena bangsawan yang dirinya jaga selama ini ternyata seorang gadis muda.Tidak hanya muda, tapi gadis itu juga memiliki paras yang sangat jelita, wajahnya begitu me
Sekitar 2 jam kelompok Balada beristirahat, mereka melakukan semedi memulihkan energi.Selama beristirahat, pikiran Balada selalu terganggu oleh sosok gadis asing di dalam kereta.Bukan terganggu karena kagum atau menyimpan perasaan terhadapnya, tapi lebih kepada penasaran akan siapa dia sebenarnya.Sejak awal Balada memang sempat curiga karena bangsawan yang dirinya jaga tidak pernah menunjukan diri.Segala keperluannya kerap disediakan oleh Ki Larang, dia selalu memerintahkan semua penjaga agar menjauh ketika dirinya ingin keluar.Mandi, buang air, atau semacamnya selalu dilakukan di saat malam membuat Balada dan semua anggota kelompok Campaka Raga tidak pernah bisa melihat sosoknya.Tidak disangka ternyata dia merupakan seorang gadis yang masih muda. Tapi mengapa? Balada sungguh tidak bisa menemukan jawaban.“Ketua, apakah bangsawan itu sungguh tidak boleh kita temui?” Balangbang kembali bertanya penasaran karena selama 2 jam, dia tidak pernah mendengar apa pun dari dalam kereta.“
Siapa sangaka, sosok gadis bangawasa yang berada di dalam kereta ternyata mirip sekali dengan Kelenting Sari, wanita cantik yang telah menjadi istri Lintang di kehidupan masa lalunya.Hal itu tentu membuat jiwa rapuh Lintang bergunjang, hatinya berdebar tidak kuasa menahan kerinduan, tubuh LIntang bergetar menitikan air mata kesedihan.Dunia seakan menciut menjadi kecil, pandangan meremang menjadi kosong dipenuhi kegepan sebelum pada akhirnya, Lintang terkulai tidak sadarkan diri.“Ku-kusha!” Balada berteriak panik, dia segera melesat meraih tubuh Lintang, menyangganya agar Lintang tidak menghantam tanah.Balangbang, Wiruna, Jaka, Bagas, dan para gadis mengaga tidak habis pikir.Sementara Nindhi jatuh berlutut tidak kuasa menahan kesedihan, dia ingin sekali membunuh si gadis bangsawan untuk membalaskan perbuatannya kepada Lintang.Namun Nindhi sadar, Balada pasti tidak akan mengijinkannya membuat gadis itu hanya bisa menitikan air mata memendam amarah.Ki Larang di depan Balada meleba
Setelah semalaman penuh terbaring lemas, Lintang akhirnya kembali membuka mata tepat ketika mentari akan terbit di ufuk timur. Hal itu membuat Nindhi dan Balada sangat senang. Mereka telah menyiapkan banyak daging rusa bakar untuk menghibur Lintang. Tapi Lintang tidak mau menyentuhnya, sikap pemuda itu entah mengapa tiba-tiba berubah murung membuat Balada dan Nindhi kembali menjadi bersedih. Wajah putri Widuri sungguh bencana bagi Lintang, kedahirannya akan terus mengingatkan dia pada rasa sakit yang selama ini berusaha dirinya pendam. “Kakak barangkatlah lebih dulu, tidak jauh dari sini kakak akan tiba di kota raja kerajaan Sangga,” tutur Lintang sembari memberikan secarik kulit lusuh yang berisi peta. Itu adalah peta menuju kerajaan Manggala yang sempat diberikan sesepuh Wirusanala sesaat sebelum dia berangkat. “Ambil jalan ke arah tenggara untuk menghindari wilayah rawan, karena di daerah timur terdapat sarang bandit yang sangat berbahaya,” sambung Lintang. “Kau sendiri mau
Batang-batang kayu runcing tersusun melingkar menjadi sebuah benteng setinggi 4 meter mengelilingi wilayah markas besar penyamun Singa Barong.Sementara di dalamnya terdapat banyak bangunan tempat tinggal para penyamun.Selain bangunan gubuk rumah, ada pula aula besar berhalaman luas yang di bekangnya berdiri kurungan besi amat besar tempat para siluman anjing bersemayam.Tinggi siluman itu hampir 2 meter, berwujud menyeramkan dengan moncong lebar bertaring tajam yang tidak pernah berhenti mengucurkan liur.Sekitar 100 pendekar kuat menjaga kurungan tersebut, sementara sebagian pendekar sedang berlalu lalang melakukan patroli memastikan keamanan markas.Ada pula pendekar yang sedang bermabuk-mabukan, berjudi, serta tidur di gubuknya masing-masing.Namun kebanyakan dari mereka tengah berkumpul di dalam aula bersama sang pemimpin yang merupakan pendekar paling sakti dari semua penyamun.Dia bernama Zull, pria tinggi kekar berkumis tebal pengguna senjata gada yang terkenal sangat kejam.
Uhuk! Lintang kembali memuntahkan darah, tapi kali ini darahnya berwarna hitam pertanda serangan lawan mengandung racun yang amat kuat.“Hahahaha, bocah ingusan! Kau telah membunuh ribuan anak buahku, maka tidak ada lagi kesempatan hidup buatmu,” Zull tertawa terbahak-bahak.Dia sangat geram karena mendapati banyak dari anak buahnya telah binasa. Tapi Zull juga senang di mana musuh yang menyerang markasnya akan segera mati.“Sial! Aku terlalu terbawa perasaan,” umpat Lintang memegangi dadanya.Beruntung tadi masih ada seruling Surga yang melindunginya. Andai tidak, maka tubuh Lintang pasti telah hancur menjadi serpihan daging.Lintang berlutut di atas permukaan tanah, dia ingin bangkit tapi tubuhnya terlalu lemas akibat serangan racun dan benturan energi.“Siapa kau sialan? Apa masalahmu hingga berani mengusik markasku?” Zull berteriak menanyakan identitas Lintang.Dia bisa saja membunuh Lintang waktu itu, namun Zull tidak melakukannya.Pemuda berbadan biru tersebut telah membunuh ri
Selepas mendapatkan apa yang dirinya inginkan, Lintang pun seketika menghentikan serulingnya, membuat semua siluman anjing tiba-tiba menjerit kesakitan sebelum kemudian terkulai meregang nyawa.Mereka tidak sadar entah siapa yang membunuhnya, yang jelas para siluman tersebut tahu bahwa inti energi mereka telah ada yang mencurinya.Zull dan para penyamun lain hanya dapat mematung tanpa mampu berbuata apa-apa. Mereka tidak sanggup menghentikan Lintang karena terlalu ketakutan akan kesaktian seruling-nya.Bagaimana tidak, 300 siluman kuat yang seharusnya mampu membunuh prajurit satu kadipaten saja tidak berkutik oleh seruling itu. Lantas apalagi dengan mereka yang jumlahnya hanya tinggal beberapa puluh orang lagi.Lutut Zull bergetar hebat seakan tidak mampu lagi menopang berat tubuhnya, sementara para penyamun sudah berlutut sedari tadi.Zull memegang gada dengan tangan gemetaran, sedangkan wajahnya pucat dipenuhi keringat dingin.“Hari ini aku sedang tidak enak hati, jadi kalianlah pel