Share

Bab 313.

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-04-28 17:05:14

"Tahan anak muda..!" Wush..!

Sebuah gelombang energi dahsyat bercahaya kebiruan, melesat cepat ke arah Elang.

Diiringi lesatan secepat kilat sosok putih, yang langsung menyambar sosok Srenggana, lalu meletakkan sosok manusia kera itu di tempat aman.

Seth..! Taph..!

Elang pun sontak melenting ke atas, lalu bersalto beberapa kali. Untuk menghindari gelombang pukulan sosok putih itu. Hingga akhirnya dia mendarat ringan, di sebuah puncak karang.

Sepasang matanya langsung menatap tajam, ke arah sosok putih yang telah membokongnya tadi.

Blaargkhs..!!

Tebing karang hitam meledak ambyar dan rompal. Terkena pukulan sosok putih yang melesat tadi.

Bukit Karang Waja pun kembali berguncang keras, bak dilanda lindu. Pecahan karang berhamburan melesat ke segala arah. Asap putih pun nampak mengepul, di sekitar ledakkan itu.

Dan saat asap putih itu pudar tertiup angin. Maka nampaklah sebuah cekungan melesak sedalam setengah meter, di bekas pukulan itu. Dahsyat..!

“Hei, pemuda asing..! Mengap
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 314.

    “Ayo kita lebih cepat lagi..!" Slaph..! Ki Jagadnata memberi arahan, seraya sosoknya melesat semakin pesat bak meteor. Menuju ke arah asap hitam yang membumbung tinggi itu. Slaph..! Elang pun melesat bagai lenyap, dan tak terlihat lagi oleh Srenggana, yang tertinggal di belakang. “Uedan. !” seru Srenggana terkejut. Karena dia kini hanya bisa melihat sosok sang Guru di depannya, sedangkan Elang entah lenyap ke mana. “Tutup gerbang kota..! Jangan sampai para pemberontak itu masuk..!” seru sang pemimpin sebuah pasukan, yang tampak tengah terdesak mundur. Sosoknya telah berdarah-darah dan terluka disana sini. Namun dia tetap bertahan, seraya bergerak mundur ke arah gerbang. Nampak pasukan yang dipimpinnya hanya tersisa puluhan prajurit saja, sedangkan pasukan musuh mereka berjumlah 4 kali lipat dari pasukkan mereka. Dengan beringas dan tanpa ampun, pasukan musuh menghabisi puluhan prajurit kerajaan yang masih tersisa, satu demi satu. “Senopati Hanggada..! Masuklah..! Gerbang aka

    Last Updated : 2025-04-28
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 001. TRAGISNYA TAKDIR

    Sebuah mobil sedan yang membawa sepasang suami istri, dan seorang anak lelaki berusia 3 tahun nampak meluncur tak terkendali. Di depan mobil itu, terpampang sebuah kelokkan tajam lembah Cipanas yang curam dan dalam. Ya, akibat menghindari pengemudi motor yang ugal-ugalan di jalan. Rupanya Sukanta tak bisa melihat, bahwa di depannya terdapat tikungan tajam,“Awas Pahhh..!!” teriak panik dan ketakutan Wulandari sang istri. Sang suami berusaha mengendalikan mobilnya yang oleng. Dan tak sengaja dalam kepanikkannya melihat lembah curam di depannya, Sukanta malah menginjak gas dan rem bersamaan. Brrrmm...!! Ciitttt..!!“Huhuhuuu..! Elang takut Mahh, Pahh,” tangis sang anak, yang menyadari sesuatu yang buruk akan terjadi.“Pahh..! Innalillahi ...!!” teriak sang istri, wajahnya pucat pasi.“Astaghfirullahaladzim ....!!” seru sang suami keras. Dan tak ayal mobilnya menabrak pagar besi di bibir lembah. Braagghhh !! Pagar besi pun roboh. Sadar akan jatuh ke lembah curam yang tinggi, Wuland

    Last Updated : 2025-01-24
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 002. MIMPI ANEH

    Malam itu Elang tidur dengan nyenyak. Setelah dia membantu Bu Sati mencuci piring di dapur, dan menyapu aula panti. Bu Sati memang terbiasa mencuci piring di malam hari, saat anak panti rata-rata sudah tertidur pulas. Elang yang melihatnya saat lewat dapur merasa kasihan. Dia lalu menyuruh Bu Sati untuk istirahat saja lebih awal, dan membiarkan Elang yang mencuci piring. Akhirnya Bu Sati beranjak ke kamarnya untuk tidur lebih awal. ‘Kasihan Bu Sati. Usianya sudah 57 tahun, namun masih harus bekerja keras di panti’, ujar bathin Elang, sambil menatap sosok bu Sati, yang sedang melangkah ke arah kamarnya. Elang mulai mencuci piring, benaknya teringat pembicaraannya dulu dengan Bu Sati, “Bekerja di sini adalah panggilan hati ibu, Elang. Ibu hanyalah janda tanpa anak, saat mulai bekerja di sini. Dan ibu merasa disinilah tempat ibu, bersama anak-anak yang tak tahu harus berlindung ke mana. Melihat anak-anak tersenyum merasakan kebahagiaan dan kehangatan di panti ini. Adalah sebuah k

    Last Updated : 2025-01-26
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 003. LOKER DAN SANTET

    ‘Ahhh..! Andai mimpi semalam benar-benar bisa jadi nyata. Aku pasti akan menyetujuinya saja. Semoga nanti malam Aki Buyut benar-benar hadir lagi dalam mimpiku’, bathin Elang bertekad. Elang sangat menyesali kebimbangannya, dalam mimpi semalam. Elang bertekad akan menyetujui tawaran mempelajari ilmu turunan keluarganya itu. Jika memang benar mimpi itu bisa jadi kenyataan. “Mas Elang..! Mas..! Dito nakal tuh..!" seorang anak kecil perempuan usia 6 tahunan berlari kecil, dan menubruk Elang sambil mengadu.“Aduh..! Hati-hati Nindi, kamu bisa jatuh nanti,” ujar Elang, sambil memegang tubuh Nindi yang merapat di belakangnya. Tak lama kemudian, seorang anak laki-laki kecil seusia Nindi datang menyusul, “Nah ya..! Kamu di sini Nindi pelit..!” seru bocah itu, sambil berusaha mendekati Nindi, seolah hendak memukulnya. “Hei..hei, Dito..! Nggak boleh begitu ya, sama anak perempuan,” ucap Elang menengahi mereka. “Habis Nindi pelit sih Mas Elang..! Masa suruh gantian main ayunan gak mau..!”

    Last Updated : 2025-01-26
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 004. WEDAR DAN MULAI KERJA

    “Nah Elang. Apakah sekarang kamu sudah siap buyut wedar..? Lalu buyut akan isi tenaga dasar ilmu turunan keluarga kita Elang ?” tanya Ki Sandaka tenang. “Siap Ki Buyut,” sahut Elang mantap. “Kalau begitu naiklah ke balai ini, dan duduklah bersila seperti buyut,” perintah Ki Sandaka. Elang pun naik ke atas balai bambu itu, dan duduk bersila seperti posisi Ki Sandaka. Sementara itu Ki Sandaka terlihat berdiri. Namun Elang spontan bergidik ngeri. Karena dia melihat kaki Ki Buyutnya itu mengambang di udara, tak menapak di atas balai. “Hehehee. Jangan takut cicitku. Ini karena buyut sudah berbeda alam denganmu, Elang,” Ki Sandaka terkekeh, melihat kengerian Elang. “Sekarang bersiaplah Elang. Pejamkan matamu dan bertahanlah, jika ada sesuatu yang dingin dan hangat mengalir di dalam tubuhmu,” ucap Ki Sandaka. “Baik Ki Buyut,” ucap Elang tanpa ragu lagi. Elang langsung memejamkan matanya, seperti yang di arahkan oleh Ki Buyut. Nafasnya pun mulai teratur tenang, dalam posisi bersila.

    Last Updated : 2025-01-27
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 005. PEMBUKTIAN MIMPI

    “Bagaimana kalau kita ke rumah Pak Baskoro, setelah kamu pulang interview dari Betamart saja Elang..?" usul Bu Nunik. Hatinya jadi ikut tergerak dengan ucapan Elang. “Baik Bu,” ucap Elang, menyetujui usul Bu Nunik. “Elang masuk dulu ya Bu. Elang mau bersiap ke Betamart," ujar Elang, seraya undur diri.“Iya Elang, bersiaplah sebaik mungkin ya. Ajaklah Wulan untuk berangkat bersama ke sana,” ucap Bu Nunik. “Baik Bu,” sahut Elang, sambil beranjak menuju ke dalam panti. *** Pak Baskoro tengah terpekur di teras rumahnya. Sementara pikirannya menerawang, pada kenangan indahnya bersama sang istri. Istri yang kini terbaring lemah di pembaringannya. Ya, kenangan indah, rasa cinta, dan kesetiaan itulah. Hal yang mampu membuat Baskoro tetap bertahan, dan tegar merawat istrinya. Dia kembali menghisap rokoknya, dan menghembuskannya dengan nafas lepas menghela. Seolah ingin menghela jauh-jauh masalah pelik, yang selama bertahun-tahun ini menyelimutinya. Sudah hampir satu setengah tahun i

    Last Updated : 2025-01-29
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 006. KEMBALINYA KIRIMAN JAHAT

    “Hahh..?! B-benda apa..?! Maksudmu ada orang yang mengirim ‘bala’ ke istri saya, dengan menanam ‘sesuatu’ di rumah saya ?!” seru kaget pak Baskoro. Ya, Baskoro pernah menerima seorang paranormal dan ajengan ke rumahnya. Dan mereka semua hanya mengatakan, jika istrinya mungkin ‘dikerjai’ seseorang. Tapi tak ada yang dengan ‘jelas’ mengatakan, bahwa ada sesuatu yang di tanam di rumahnya. “Benar Pak Baskoro. Apakah di belakang rumah Bapak ada pohon pepaya, yang letaknya tepat berhadapan dengan pintu belakang rumah bapak ?” tanya Elang. “I..iya benar Elang..! Bagaimana kau bisa tahu..?!” ucap pak Baskoro kaget. 'Bagaimana dia bisa tahu..? Padahal dia belum pernah ke rumahku’, gumam bathinnya. “Bolehkah saya melihatnya Pak Baskoro..?” tanya Elang sopan, langsung ke poin. “Tentu saja boleh. Mari Elang, Bu Nunik, kita ke sana,” sahut pak Baskoro cepat. Ya, kini mulai ada setitik harapan di hati Baskoro. Bu Nunik yang ikut penasaran langsung beranjak mengikuti mereka di belakang. Ses

    Last Updated : 2025-01-31
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 007. DENDAM MASA LALU

    “Satu tahun lebih Mas..?!” seru Halimah terkaget. Benak Halimah langsung membayangkan suaminya, yang pasti sangat repot mengurusnya selama masa sakitnya itu. Dia pun beranjak dan memeluk suaminya, “Terimakasih Mas, telah merawatku selama itu dan tak meninggalkanku. Tsk, tsk!” ucap Halimah serak dan terisak. Lalu Halimah mendekati Elang dan Bu Nunik, “Terimakasih tak terhingga kuucapkan buat kalian. Kalian telah menyelamatkan rumah tangga kami,” ucap Halimah sambil menyalami Elang , lalu memeluk Bu Nunik. “Maaf, apakah ini Bu Nunik dari panti itu..?” tanya Halimah, yang rupanya masih mengenali Bu Nunik. Dulu memang ia pernah beberapa kali menemani suaminya berkunjung ke panti. “Benar Bu Baskoro,” ucap bu Nunik, yang ikut terharu melihat pulihnya istri pak Baskoro ini. ‘Mereka adalah orang-orang yang baik’, bathinnya. “Ahh. Sebaiknya mulai saat ini Ibu memanggil saya Halimah saja. Karena Ibu lebih berumur dari pada saya,” ucap Halimah merasa rikuh, dipanggil bu oleh orang yang le

    Last Updated : 2025-02-01

Latest chapter

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 314.

    “Ayo kita lebih cepat lagi..!" Slaph..! Ki Jagadnata memberi arahan, seraya sosoknya melesat semakin pesat bak meteor. Menuju ke arah asap hitam yang membumbung tinggi itu. Slaph..! Elang pun melesat bagai lenyap, dan tak terlihat lagi oleh Srenggana, yang tertinggal di belakang. “Uedan. !” seru Srenggana terkejut. Karena dia kini hanya bisa melihat sosok sang Guru di depannya, sedangkan Elang entah lenyap ke mana. “Tutup gerbang kota..! Jangan sampai para pemberontak itu masuk..!” seru sang pemimpin sebuah pasukan, yang tampak tengah terdesak mundur. Sosoknya telah berdarah-darah dan terluka disana sini. Namun dia tetap bertahan, seraya bergerak mundur ke arah gerbang. Nampak pasukan yang dipimpinnya hanya tersisa puluhan prajurit saja, sedangkan pasukan musuh mereka berjumlah 4 kali lipat dari pasukkan mereka. Dengan beringas dan tanpa ampun, pasukan musuh menghabisi puluhan prajurit kerajaan yang masih tersisa, satu demi satu. “Senopati Hanggada..! Masuklah..! Gerbang aka

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 313.

    "Tahan anak muda..!" Wush..! Sebuah gelombang energi dahsyat bercahaya kebiruan, melesat cepat ke arah Elang. Diiringi lesatan secepat kilat sosok putih, yang langsung menyambar sosok Srenggana, lalu meletakkan sosok manusia kera itu di tempat aman. Seth..! Taph..! Elang pun sontak melenting ke atas, lalu bersalto beberapa kali. Untuk menghindari gelombang pukulan sosok putih itu. Hingga akhirnya dia mendarat ringan, di sebuah puncak karang. Sepasang matanya langsung menatap tajam, ke arah sosok putih yang telah membokongnya tadi. Blaargkhs..!! Tebing karang hitam meledak ambyar dan rompal. Terkena pukulan sosok putih yang melesat tadi. Bukit Karang Waja pun kembali berguncang keras, bak dilanda lindu. Pecahan karang berhamburan melesat ke segala arah. Asap putih pun nampak mengepul, di sekitar ledakkan itu. Dan saat asap putih itu pudar tertiup angin. Maka nampaklah sebuah cekungan melesak sedalam setengah meter, di bekas pukulan itu. Dahsyat..! “Hei, pemuda asing..! Mengap

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 312.

    'Sepertinya sosok itu mempunyai tujuan khusus masuk ke dimensi ini. Tapi darimana dan siapa dia..?' analisa bathin Elang, seraya bertanya-tanya. Slaphh..! Sosok Permadi tiba juga di tempat itu, dengan menerapkan aji 'Layang Samudera' tingkat puncaknya. "Rupanya kau merasakannya juga Permadi," ucap Elang tenang, pada Permadi yang baru tiba di sampingnya kini. "Benar Elang, sosok putih itu begitu mengerikkan," sahut Permadi. "Dia datang dari dimensi yang berbeda dengan kita Permadi. Lihatlah ke angkasa," ucap Elang. "Wahh..! Sepertinya kita kedatangan tamu tak biasa Elang.!" seru Permadi. "Permadi mari berbagi tugas. Sepertinya ini akan menimbulkan gejolak baik di dimensi kita, maupun dimensi sosok itu berasal. Aku sendiri belum tahu, dimensi apa yang berada di balik gerbang dimensi yang terbuka itu." "Baik Elang. Apa tugasku..?" tanya Permadi. "Aku akan menembus masuk ke dimensi mereka, dan kau lacaklah sosok putih yang barusan masuk ke dimensi kita itu. Jika aku agak lama b

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 311.

    Malam pertama di kamar pengantin Elang dan Nadya berlangsung dengan lembut, dan penuh kebahagiaan. "Ahh, Mas Elang...lakukanlah sekarangss..Nadya sudah tak tahan sayank.." desah Nadya, terdengar lirih bergetar penuh hasrat malam itu. Perlahan Elang mulai 'menyarungkan' kerisnya, pada 'warangka' yang sekian lama ini dicarinya, "Akhshh..! Pelan-pelan Mas Elang.! Oughss.." rintihan kesakitan terdengar dari bibir Nadya, saat 'keris sakti' Elang mengoyak 'pagar ayunya'. Dan akhirnya pada suatu waktu, Elang dan Nadya pun mencapai orgasmenya secara bersamaan. Dua raga saling mendekap dan mengejang hebat, serta saling menyemaikan 'benih-benih' asmara mereka. "Ouhghs.! Mas E..langg.." "Akshhh.! Nadya..hh..!" Tanpa terasakan kain penutup 'cincin Naga Asmara' pun terbakar lenyap dengan sendirinya. Kini cincin Naga Asmara melingkar bebas di jari manis Elang. Memancarkan cahaya biru dan merah nan gemerlap indah menyala. Elang yang baru saja selesai menikmati sisa-sisa klimaksnya, menjadi

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 310.

    'Sungguh mulia hatimu Mas Elang', bisik haru Nadya, tak terasa menitik buliran air mata di sudut kedua matanya. Di genggamnya erat tangan Elang, yang kini berada di sisinya itu."Nadya, mari kita antarkan mereka ke hotel akomodasi tamu yang telah kusiapkan. Biarlah mereka saling melepas rasa kangen mereka di sana dulu," Elang berkata pelan pada Nadya. "Baik Mas Elang. Ayuk Ibu, Bimo, Nina. Nadya antar ke tempat kalian dulu ya," ajak Nadya ramah seraya tersenyum. "Baik Mbak Nadya, Mas Elang. Sekali lagi kami ucapkan terimakasih sedalam-dalamnya, atas kebaikkan kalian. Tsk..tsk.!" ucap Maya serak, terharu dan bahagia. Akhirnya sedan berkelas yang dikemudikan Nadya pun meluncur. Menuju hotel berbintang yang telah disiapkan oleh Elang. *** Dua hari kemudian. Pendopo Ndalem Ngabean, yang terletak di kecamatan Kraton, Yogyakarta. Pada pagi itu sudah terhias indah. Sebuah pendopo dengan area yang cukup luas dan asri. Nuansa jawa klasik sangat mendominasi gedung itu. Suara riuh renda

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 309.

    "Nah ya..! Olahraga berdua ajah, nggak ngajak-ngajak Wiwik..! Om Elang sama Mas Bimo curang..! Huhh..!" Wiwik datang-datang langsung merajuk sebal pada Elang dan Bimo. Karena merasa tak diajak olahraga bersama. "Hehe. Wiwik tambah cakep kalau lagi ngambek ya Bim..?" ledek Elang, sambil nyengir pada ponakkannya itu. "Iya Om. Hahaha," sahut Bimo tertawa, melihat Wiwik yang menjebikan bibirnya pada mereka. "Huhh..! Om Elang sama Mas Bimo dipanggil Nenek, disuruh sarapan dulu," ucap Wiwik ketus, sambil berbalik masuk ke dalam rumah. Namun tak urung hatinya senang juga, dibilang cakep sama omnya itu. Usai sarapan, mandi dan berganti baju, Elang langsung mengajak Bimo ke rumah Nadya, dengan mengendarai motornya. Sebelum ke rumah Nadya, Elang memang sudah mengontak Nadya. Dia meminta bantuan Nadya, untuk mengantarkan dia dan Bimo ke stasiun Tugu. Sesampainya Elang dan Bimo di kediaman Nadya, tampak Nadya sudah bersiap untuk langsung berangkat mengantarkan mereka ke stasiun Tugu. Nadya

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 308.

    Klikh..! "Ya halo," sapa Elang. "Assalamualaikum. Benarkah ini nomor Mas Elang..?" tanya suara wanita di sana. "Wa'alaikumsalam. Ya benar, ini Elang Prayoga," insting Elang langsung mengatakan, jika wanita itu adalah orang yang ditunggunya. "MasyaAllah..! Ternyata mimpi itu benar..! Ini Maya Lestari Mas Elang. Ibu Bimo. Tsk, tskk..!" Suara terkejut di iringi isak tangis terdengar di sana. "Baik Bu Maya, datang sajalah ke Jogjakarta ya. Katakan saja Ibu naik apa dari sana, biar nanti saya jemput di terminal atau di stasiun Tugu." Elang tersenyum senang, saat mengetahui ibu Bimo mau mengikuti 'sugesti', yang diberikan lewat mimpinya dua malam yang lalu. Ya, dengan kemampuannya yang sekarang. Elang memang memiliki kemampuan, untuk masuk ke dalam mimpi seseorang. Layaknya Ki Buyut Sandaka dulu, yang merasuk ke mimpinya. Elang telah men'sugesti' pada Maya Lestari, untuk menghubungi nomor ponselnya yang diberikan lewat mimpi. Dia juga menyatakan Bimo putra Maya berada bersamanya.

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 307.

    "Mas Elang, mmhh.." Nadya langsung mencium tangan Elang lalu memeluknya. Tak lama kemudian, Elang pun pamit kembali ke rumah sang Nenek. Dia ingin beristirahat sejenak, dari kesibukkannya yang melelahkan akhir-akhir ini. Hari menjelang senja, saat dia tiba di rumah sang Nenek. Diparkirkannya motor sport biru, yang baru dibelinya dua hari yang lalu, di garasi samping rumah sang Nenek. Kemarin sebelum keberangkatannya ke Bogor, Elang memang menitipkan motor itu di rumah Nadya. Ya, Elang menganggap tak perlu lagi mengambil motornya di rumah Reva. 'Biarlah, motor itu jadi kenang-kenangan untuk Reva', bathinnya. "Ehh, Om Elang sudah pulang," Wiwik yang melihat Elang pulang langsung menghampiri, dan mencium tangan Elang. Elang langsung masuk dan mencium tangan sang Nenek dan Bibinya. Lalu dia melangkah masuk ke kamarnya. Namun baru saja Elang hendak merebahkan dirinya di ranjang, 'Elang, apakah kau sedang sibuk..?' suara bathin Permadi menyapanya, dari kediamannya di Surabaya. Ela

  • Sang PENEMBUS Batas   Bsb 306.

    "Hahhhh...!!!" seruan kaget terdengar serentak, dari seluruh anggota GASStreet di pertemuan itu. "Boss Permadi, jangan tinggalkan kami...!!" terdengar beberapa teriakkan dari mereka. "Kami akan tetap ikut bos Permadi, walau GASStreet dibubarkan..!!" "Kami siap mati untukmu Boss..! Jangan pergi..!!" Kini bahkan ada sebagian yang hadir mulai berteriak dengan suara serak dan mata berair. Ya, bagi mereka semua, Permadi adalah pendobrak pintu 'kejayaan'. Sosok yang memberikan mereka rasa keyakinan dan kebanggaan diri, untuk bergerak lebih maju ke depannya. Dengan dibubarkannya GASStreet dan mundurnya Permadi. Maka mereka semua bagai merasakan, 'pintu kejayaan dan kebanggaan' tertutup kembali untuk mereka. 'Suram..!' pikir mereka semua. Kembali Permadi mengangkat tangannya, dan suasana kembali hening seketika. "Namun saya juga membuka pintu. Bagi kalian yang masih ingin bergabung dengan usaha yang akan saya rintis. Saya dan sahabat saya akan membuka sebuah usaha yang bergerak di b

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status