Beranda / Urban / Sang PENEMBUS Batas / Bab 003. LOKER DAN SANTET

Share

Bab 003. LOKER DAN SANTET

Penulis: BayS
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-26 19:36:31

‘Ahhh..! Andai mimpi semalam benar-benar bisa jadi nyata. Aku pasti akan menyetujuinya saja.

Semoga nanti malam Aki Buyut benar-benar hadir lagi dalam mimpiku’, bathin Elang bertekad.

Elang sangat menyesali kebimbangannya, dalam mimpi semalam.

Elang bertekad akan menyetujui tawaran mempelajari ilmu turunan keluarganya itu. Jika memang benar mimpi itu bisa jadi kenyataan.

“Mas Elang..! Mas..! Dito nakal tuh..!" seorang anak kecil perempuan usia 6 tahunan berlari kecil, dan menubruk Elang sambil mengadu.

“Aduh..! Hati-hati Nindi, kamu bisa jatuh nanti,” ujar Elang, sambil memegang tubuh Nindi yang merapat di belakangnya.

Tak lama kemudian, seorang anak laki-laki kecil seusia Nindi datang menyusul,

“Nah ya..! Kamu di sini Nindi pelit..!” seru bocah itu, sambil berusaha mendekati Nindi, seolah hendak memukulnya.

“Hei..hei, Dito..! Nggak boleh begitu ya, sama anak perempuan,” ucap Elang menengahi mereka.

“Habis Nindi pelit sih Mas Elang..! Masa suruh gantian main ayunan gak mau..!” ucap Dito, yang masih merasa geram sama Nindi.

“Yee..! Orang Nindi juga baru sebentar main ayunannya. Masa digantiin lagi,” sahut Nindi membela diri.

“Sudah..sudah ya. Sekarang ayunannya kan kosong. Kenapa Dito nggak main ayunan saja sekarang ?” tanya Elang.

“Huhh. Gara-gara Nindi bikin kesal, Dito jadi malas main ayunan Mas Elang,” sahut Dito kesal, lalu berlari kembali menuju halaman panti.

Elang hanya geleng-gelengkan kepalanya, melihat polah Dito. Elang jadi teringat dulu ia pun agak nakal, tapi nggak pernah sampai hati mengganggu anak perempuan teman sepantinya.

“Nindi. Sementara jangan dekat-dekat Dito dulu ya,” ucap Elang lembut.

“Iya Mas Elang,” sahut Nindi mengangguk.

“Ini buat Nindi jajan, tapi jangan bilang sama yang lain ya,” ucap Elang pelan, seraya memberikan uang seribu rupiah pada anak itu.

“Asikkk, Nindi nggak akan bilang sama yang lain. Makasih Mas Elang,” ucap Nindi senang, lalu berlari kecil keluar ruangan panti.

Elang segera melanjutkan aktivitasnya menyapu ruangan itu hingga selesai, lalu mengepelnya.

***

Malam usai makan bersama, Elang masuk ke ruangan Bu Nunik.

Bu Nunik memang memanggil Elang ke ruangannya, untuk membicarakan sesuatu dengannya.

“Elang duduklah Nak, ibu mau berbicara sesuatu kabar gembira buatmu,” ucap bu Nunik dengan wajah tersenyum.

‘Dalam keadaan panti yang sulit pun, Ibu masih tetap bisa tersenyum. Sungguh wanita luar biasa’, bathin Elang, memuji ketegaran bu Nunik.

Elang pun tersenyum dan duduk di hadapan Bu Nunik.

“Elang. Pihak mini market Betamart, yang baru berdiri di daerah sini itu. Mereka menawarkan kesempatan bekerja, untuk dua orang dari panti ini, Elang,” ucap Bu Nunik, dengan nada gembira.

“Wah! Elang senang sekali Bu. Apakah syarat-syarat yang harus kita penuhi, untuk bekerja di sana Bu?” ucap Elang penuh antusias.

“Syaratnya sangat sederhana Elang. Buat saja CVmu, lalu sertakan ijazah SMA mu.

Tentunya juga etiket harus dijaga Elang. Karena kamu di sana harus melayani pembeli yang berkunjung ke Betamart,” ujar Bu Nunik.

“Baik Bu. Nanti Elang akan langsung buat CV nya,” ucap Elang bersemangat.

‘Akhirnya aku punya kesempatan, untuk sedikit membantu beban panti’, bathin Elang senang.

“Kamu akan bekerja di sana bersama Wulan, Elang. Ibu juga mendaftarkan Wulan pada mereka,” ucap Bu Nunik.

“Baik Bu. Sekarang Elang mau buatkan CVnya dulu ya Bu,” ucap Elang sambil mencium tangan Bu Nunik.

“Benar Elang. Besok pagi, kamu dan Wulan bersiaplah berangkat ke sana,” jelas Bu Nunik.

Elang pun keluar dari ruangan Bu Nunik. Dan dia bertemu dengan Mbak Wulan, yang rupanya juga telah menunggu di depan pintu ruangan Bu Nunik.

“Wah Mbak Wulan juga mau ketemu Bu Nunik ya. ? Ada kabar gembira lho Mbak,” ucap Elang, sambil tersenyum penuh rahasia.

“Kabar apa Elang..? Jangan bikin Mbak penasaran,” tanya Wulan penasaran.

“Silahkan masuk saja Mbak, kabar gembiranya ada di dalam,” sahut Elang cepat, sambil bergegas berlalu meninggalkan Wulan yang masih terpaku.

“Dasarr..!” gerutu Wulan pada Elang, yang main rahasia-rahasiaan padanya.

Sesampainya di kamar, Elang langsung mempersiapkan alat tulisnya. Untuk membuat CVnya, yang di alamatkan pada mini market Betamart.

‘Fiuhh, akhirnya selesai juga CV ini’, bathin Elang lega.

Dia melirik ke jam dinding yang sudah menunjukkan jam 10:50 malam. Bergegas Elang membereskan alat-alat tulisnya, dan memasukkan CVnya ke dalam map.

Lalu Elang pun beranjak menuju kamar mandi, untuk buang air kecil sebelum tidur.

Elang langsung merebahkan dirinya di pembaringan, usai dia dari kamar mandi.

Dan sekejap kemudian, dia pun sudah tertidur pulas di buai mimpi.

'Elang.. Elangg..! Kemarilah cicitku!', suara bergema seperti dari jarak jauh itu, kembali terdengar memanggil Elang malam itu.

Cukup jelas suara itu terdengar bagi Elang.

“Aki Buyut Sandaka..!” seru Elang dalam mimpinya.

“Benar Elang. Kemarilah cicitku,” sahut Ki Sandaka.

Elang pun melihat dirinya bangkit dari tempat tidurnya. Lalu tiba-tiba saja, Elang sudah berada di dalam gubuk sang buyut.

Ki Sandaka terlihat masih bersila di atas balai bambu, seperti mimpinya kemarin malam.

“Elang. Apakah sudah kauputuskan pertimbanganmu..?” tanya Ki Sandaka.

“Sudah Ki Buyut. Baik, Elang menerimanya,” jawab Elang tegas.

Senyum senang mengembang di wajah Ki Sandaka. Dia merasa bahagia mendengar jawaban cicitnya itu.

“Bagus cicitku. Itu memang jawaban yang buyut harapkan. Ilmu turunan ini tak boleh punah dan putus di tengah jalan. Karena kakekmu Balawan, telah menolak mempelajarinya,” ucap Ki Sandaka.

“Namun ada satu hal yang ingin Elang tanyakan Ki Buyut.

Apakah aku bisa mengobati orang nantinya, Ki Buyut..?” tanya Elang.

Elang teringat pada istri Pak Baskoro, yang telah bertahun sakit-sakitan, dan menyebabkan bantuan Pak Baskoro ke pantinya terputus.

“Hmm. Kalau mengobati penyakit medis tidak cicitku. Namun jika penyakit itu non medis, akibat perbuatan teluh, makhluk halus, atau santet, kau masih bisa menolongnya,” sahut Ki Sandaka.

“Aku ingin menolong seseorang Ki Buyut. Dia istri Pak Baskoro, yang biasa membantu panti dengan mengirim bahan makanan.

Sekarang dia menghentikan bantuannya, akibat penyakit istrinya yang tak kunjung sembuh, Ki Buyut,” ucap Elang dengan nada sedih.

“Hmm. Istri Baskoro. Sebentar, biar buyut terawang dulu, Elang,” ucap Ki Sandaka.

Lalu Ki Sandaka tampak pejamkan matanya, dengan kedua tapak tangan bertangkup di depan dada.

Beberapa saat kemudian, tampak kedua mata Ki Sandaka kembali terbuka perlahan,

“Elang. Ketahuilah, penyakit Halimah istri pak Baskoro itu, adalah penyakit buatan orang di masa lalunya.

Kau bisa menolongnya. Dengan mencabut dan membuang boneka kain berdarah, yang di tanam dukun bayarannya.

Boneka itu berada di halaman belakang rumahnya. Tepatnya di bawah pohon pepaya, yang berada persis di arah depan pintu belakang rumahnya.

Untuk dukun bayaran itu, biarlah buyut yang memberi pelajaran padanya,” jelas Ki Sandaka.

“Wah! Jahat sekali orang itu Ki Buyut. Baiklah, besok Elang akan bertanya soal alamat pak Baskoro pada Bu Nunik,” ujar Elang.

“Dengan tercabutnya boneka terkutuk itu dari rumah Baskoro. Maka Halimah akan segera sembuh.

Dan penyakit itu akan menyerang balik, pada orang yang menyuruh dukun bayaran itu, Elang,” ucap Ki Sandaka.

“Nah Elang. Apakah ......

Bab terkait

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 004. WEDAR DAN MULAI KERJA

    “Nah Elang. Apakah sekarang kamu sudah siap buyut wedar..? Lalu buyut akan isi tenaga dasar ilmu turunan keluarga kita Elang ?” tanya Ki Sandaka tenang. “Siap Ki Buyut,” sahut Elang mantap. “Kalau begitu naiklah ke balai ini, dan duduklah bersila seperti buyut,” perintah Ki Sandaka. Elang pun naik ke atas balai bambu itu, dan duduk bersila seperti posisi Ki Sandaka. Sementara itu Ki Sandaka terlihat berdiri. Namun Elang spontan bergidik ngeri. Karena dia melihat kaki Ki Buyutnya itu mengambang di udara, tak menapak di atas balai. “Hehehee. Jangan takut cicitku. Ini karena buyut sudah berbeda alam denganmu, Elang,” Ki Sandaka terkekeh, melihat kengerian Elang. “Sekarang bersiaplah Elang. Pejamkan matamu dan bertahanlah, jika ada sesuatu yang dingin dan hangat mengalir di dalam tubuhmu,” ucap Ki Sandaka. “Baik Ki Buyut,” ucap Elang tanpa ragu lagi. Elang langsung memejamkan matanya, seperti yang di arahkan oleh Ki Buyut. Nafasnya pun mulai teratur tenang, dalam posisi bersila.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-27
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 005. PEMBUKTIAN MIMPI

    “Bagaimana kalau kita ke rumah Pak Baskoro, setelah kamu pulang interview dari Betamart saja Elang..?" usul Bu Nunik. Hatinya jadi ikut tergerak dengan ucapan Elang. “Baik Bu,” ucap Elang, menyetujui usul Bu Nunik. “Elang masuk dulu ya Bu. Elang mau bersiap ke Betamart," ujar Elang, seraya undur diri.“Iya Elang, bersiaplah sebaik mungkin ya. Ajaklah Wulan untuk berangkat bersama ke sana,” ucap Bu Nunik. “Baik Bu,” sahut Elang, sambil beranjak menuju ke dalam panti. *** Pak Baskoro tengah terpekur di teras rumahnya. Sementara pikirannya menerawang, pada kenangan indahnya bersama sang istri. Istri yang kini terbaring lemah di pembaringannya. Ya, kenangan indah, rasa cinta, dan kesetiaan itulah. Hal yang mampu membuat Baskoro tetap bertahan, dan tegar merawat istrinya. Dia kembali menghisap rokoknya, dan menghembuskannya dengan nafas lepas menghela. Seolah ingin menghela jauh-jauh masalah pelik, yang selama bertahun-tahun ini menyelimutinya. Sudah hampir satu setengah tahun i

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 006. KEMBALINYA KIRIMAN JAHAT

    “Hahh..?! B-benda apa..?! Maksudmu ada orang yang mengirim ‘bala’ ke istri saya, dengan menanam ‘sesuatu’ di rumah saya ?!” seru kaget pak Baskoro. Ya, Baskoro pernah menerima seorang paranormal dan ajengan ke rumahnya. Dan mereka semua hanya mengatakan, jika istrinya mungkin ‘dikerjai’ seseorang. Tapi tak ada yang dengan ‘jelas’ mengatakan, bahwa ada sesuatu yang di tanam di rumahnya. “Benar Pak Baskoro. Apakah di belakang rumah Bapak ada pohon pepaya, yang letaknya tepat berhadapan dengan pintu belakang rumah bapak ?” tanya Elang. “I..iya benar Elang..! Bagaimana kau bisa tahu..?!” ucap pak Baskoro kaget. 'Bagaimana dia bisa tahu..? Padahal dia belum pernah ke rumahku’, gumam bathinnya. “Bolehkah saya melihatnya Pak Baskoro..?” tanya Elang sopan, langsung ke poin. “Tentu saja boleh. Mari Elang, Bu Nunik, kita ke sana,” sahut pak Baskoro cepat. Ya, kini mulai ada setitik harapan di hati Baskoro. Bu Nunik yang ikut penasaran langsung beranjak mengikuti mereka di belakang. Ses

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 007. DENDAM MASA LALU

    “Satu tahun lebih Mas..?!” seru Halimah terkaget. Benak Halimah langsung membayangkan suaminya, yang pasti sangat repot mengurusnya selama masa sakitnya itu. Dia pun beranjak dan memeluk suaminya, “Terimakasih Mas, telah merawatku selama itu dan tak meninggalkanku. Tsk, tsk!” ucap Halimah serak dan terisak. Lalu Halimah mendekati Elang dan Bu Nunik, “Terimakasih tak terhingga kuucapkan buat kalian. Kalian telah menyelamatkan rumah tangga kami,” ucap Halimah sambil menyalami Elang , lalu memeluk Bu Nunik. “Maaf, apakah ini Bu Nunik dari panti itu..?” tanya Halimah, yang rupanya masih mengenali Bu Nunik. Dulu memang ia pernah beberapa kali menemani suaminya berkunjung ke panti. “Benar Bu Baskoro,” ucap bu Nunik, yang ikut terharu melihat pulihnya istri pak Baskoro ini. ‘Mereka adalah orang-orang yang baik’, bathinnya. “Ahh. Sebaiknya mulai saat ini Ibu memanggil saya Halimah saja. Karena Ibu lebih berumur dari pada saya,” ucap Halimah merasa rikuh, dipanggil bu oleh orang yang le

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 008. KITAB TUJUH ILMU

    "Ki Buyut. Bolehkah Elang tahu, ilmu apa saja yang ada dalam Kitab 7 Ilmu itu ?” tanya Elang penasaran. “Baiklah akan buyut uraikan sedikit tenyang 7 ilmu di dalamnya untukmu Elang, Kitab 7 Ilmu berisikan : 1. Ilmu Wisik Sukma Adalah ilmu yang membuatmu mampu mendengar dan mengetahui isi hati seseorang, Elang. Dengan ilmu ini kau bisa membedakan mana yang tulus dan tidak, sehingga kau tidak mudah tertipu oleh orang. 2. Ilmu Sukma Kelana Ilmu ini merupakan tataran tingkat tinggi Elang, dengan ilmu ini sukmamu dapat berkelana kemana saja kau mau, menembus ruang dan dimensi. Namun kau harus menetapkan dulu tujuanmu, sebelum menggunakan ilmu ini, agar tak tersasar di dimensi atau alam lain. 3. Ilmu Pintas Bumi Ilmu ini adalah ilmu meringankan tubuh keluarga kita Elang. Dengan menerapkan ilmu ini, maka jarak yang jauh akan lebih cepat kau capai, di banding kecepatan sebuah mobil sekalipun. 4. Ilmu Pukulan Guntur Jagad Ilmu ini dapat kau pakai untuk menghancurkan musuh-musuh

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 009. BINGKISAN UNTUK ELANG

    "Elang kemarilah. Kalian berdua masuklah dulu ke ruangan ibu, untuk sarapan roti dan teh manis sebelum berangkat kerja ya,” ucap Bu Nunik, sambil membuka pintu ruangannya. Mereka pun masuk ke dalam. Dan tak lama kemudian datanglah Bu Sati, dengan membawa nampan berisi 3 gelas teh manis dan beberapa bungkus roti keju dan coklat. “Makasih Bu Sati,” ucap Bu Nunik seraya tersenyum padanya. “Terimakasih Bu Sati,” ucap Elang dan Wulan bersamaan.“Silahkan Bu, Elang, Wulan,” sahut bu Sati sambil tersenyum, lalu kembali keluar ruangan. “Silahkan Elang, Wulan. Kalian minum dulu teh manis dan makan beberapa potong roti ini ya,” ucap bu Nunik. Tak lama kemudian Elang dan Wulan berangkat bersama menuju Betamart. Mereka berangkat dengan berjalan kaki. Karena letak Betamart memang tak jauh dari panti mereka, hanya berjarak sekitar 600 meter. *** Tak lama setelah Elang dan Wulan berangkat, panti kedatangan tamu yang tak lain adalah Baskoro dan Halimah. Mereka datang pagi-pagi tak lain adala

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 010. DESA SIRNA RASA

    Klakh..! "Wahh..!" Elang berseru dan tertegun melihat isi kotak bingkisan itu. Isi kotak bingkisan itu ternyata berisikan dus ponsel merek sumsang keluaran terbaru. Warna ponsel itu hitam, sebuah pilihan warna yang cocok dengan selera Elang. Kemudian ada pula sebuah amplop coklat yang agak tebal di sisinya. Perlahan dibukanya isi amplop coklat itu, Srek.! Elang tercekat melihat dua gepok uang merah di dalam amplop itu. Dihitungnya jumlah uang itu, ternyata uang itu berjumlah 20 juta rupiah. Nilai uang yang sangat banyak tentunya, bagi pemuda seperti Elang. Seumur hidupnya di panti, Elang tak pernah memegang uang sebanyak itu. Maka tangannya pun agak gemetar memegang uang sebanyak itu. Diambilnya uang sebesar 5 ratus ribu rupiah, dan dimasukkannya ke dalam dompetnya. Sementara sisanya ia taruh di bawah pakaian di lemarinya. Saat ia hendak membuka box ponselnya, tampak sesuatu jatuh ke lantai. Sebuah plastik berisikan sim card exel siap pakai terlihat di lantai. Diambilnya kem

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 011. PANGLING SI AKI

    “Kang kita mampir ke warung itu dulu ya. Saya mau bertanya sama pemilik warungnya,” ucap Elang. “Jadi Akang belum tahu alamat yang dituju ya..?” tanya tukang ojek. “Masih mencari Kang, yuk kita ke warung dulu. Akang juga bisa ngopi di sana,” ajak Elang. Mereka pun masuk ke halaman warung, dan parkir motor di sana. Elang mendahului melangkah masuk ke dalam warung. Di dapatinya lelaki yang sudah sepuh, usianya sekitar 60 tahunan di warung itu. Namun penampakkan tubuh dan wajahnya masih terlihat bugar. Lelaki sepuh itu terus menatap Elang, dengan dahi berkerut seolah mengingat sesuatu.“Maaf Ki, saya mau pesan kopinya 2 gelas ya,” ucap Elang membuka percakapan. “Ohh, iya Jang. silahkan duduk dulu,” ucap sepuh itu ramah. “O Iya Ki, numpang tanya. Apakah Aki kenal orang bernama kakek Balawan..?” tanya Elang. Mendadak si aki pemilik warung berhenti meracik kopinya, dan berbalik menatap Elang. Dia kembali menatap Elang, sambil berusaha mengingat sesuatu. “Ki Balawan ayahnya Sukanta.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02

Bab terbaru

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 027. MENGECOH SANG DUKUN

    Taph..! Akhirnya Elang mendarat di balkon kamar hotel, yang disewa Wahyu. Dia langsung mengetuk pintu belakang kamar hotel, yang memakai sistem geser. Tokk, tok, tok..!Wahyu bersama istrinya dan Frisca sedang sarapan bersama di dalam kamar hotel, saat mereka mendengar ketukkan di pintu belakang kamar mereka. Wahyu langsung menoleh ke arah belakang, dia pun mendapati sosok Elang, yang telah duduk menunggu di ruang balkon. “Hai Elang. Masuklah kebetulan kami sedang sarapan,” sapa pak Wahyu, setelah membuka pintu balkon kamar hotelnya. “Terimakasih Pak Wahyu, kedatangan saya cuma mau mengantarkan dompet Pak Wahyu. Kebetulan saya ingat Pak Wahyu pasti membutuhkan dompet ini,” ucap Elang. “Wah..! Terimakasih sekali Elang, kebetulan memang kami sangat membutuhkan dana saat ini. Hampir saja istri saya menjual perhiasannya untuk biaya hidup sementara ini,” ucap pak Wahyu dengan muka berseri. “Kebetulan saja Elang ingat, saat sedang ngopi di posko tadi Pak,” ucap Elang tersenyum.“E

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 026. MERASA MENANG

    "Baik Elang akan mbak sampaikan pesanmu. Jaga dirimu baik-baik ya Elang." Klik.! Sejujurnya, Wulan merasa kehilangan sosok Elang yang baik hati dan sering membantunya, baik di panti maupun di tempat kerja. Bahkan ponsel yang di genggamnya kini adalah pemberian dari Elang. Saat ia dan Elang baru beberapa hari bekerja di Betamart dulu. Elang melihat seorang lelaki paruh baya, yang membawa sebuah nampan dari warkop seberang jalan. Dia pun segera keluar dari posko jaga, dan menyambut lelaki itu. Klang..! Elang membuka pintu gerbang, dan mempersilahkan pak Rahmat masuk. “Lho Pak Rustamnya kemana Mas?” tanya Rahmat. “Ohh, Pak Rustam sedang ke belakang Pak,” sahut Elang, sambil menerima nampan dari Rahmat, dan meletakkan isinya di meja posko. “Jadi berapa semuanya Pak..?” tanya Elang. “Semuanya jadi dua puluh ribu Mas."Elang mengeluarkan uang 20 ribu rupiah dari dompetnya, “Ini Pak. Makasih ya,” ucap Elang. “Sama-sama Mas,” ucap Rahmat, sambil langsung berbalik kembali menuju wa

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 025. DUA PENGINTAI

    "Hehehe..! Bagus Hendi, semoga hajatmu tercapai sempurna,” ucap Ki Pragola senang. “Aamiin Ki,” ucap Hendi. Sungguh lucu memang, mendengar Hendi mengaminkan sesuatu yang menyengsarakan bagi orang lain. Hehe. Hendi kemudian pamit dan beranjak pulang, dengan diantar sopirnya ke Mampang. *** “Baiklah Pak Wahyu. Sebaiknya saya kembali ke pos menemani Pak Rustam. Untuk berkoordinasi dengannya, tentang rencana besok. Silahkan Pak Wahyu dan keluarga rehat saja malam ini,” ucap Elang. “Baiklah Elang, sepertinya kau juga butuh istirahat. Sekali lagi kuucapkan banyak terimakasih, atas segala bantuanmu pada keluargaku, Elang,” ucap pak Wahyu, merasa terharu atas kebaikkan hati pemuda yang satu ini. Andai tak ada Elang, tentulah keluarganya telah celaka saat ini di dalam rumah. Oleh karenanya, dalam hatinya Wahyu berniat hendak memberikan hadiah yang pantas bagi Elang. Setelah semua kemelut ini berakhir. Slaphh..! Elang langsung melesat lenyap, dengan aji Pintas Buminya. Tinggallah kin

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 024. PESAING BEBUYUTAN

    "Bapak, Ibu. Kebetulan Elang ada uang tunai. Biar pakai uang Elang saja dulu ya,” ucap Elang, sambil membuka ranselnya. Lalu dikeluarkannya seikat uang merah dari dalam amplop coklat. Di ambilnya uang merah sejumlah 35 lembar dari ikatan itu, “Ini Mbak, silahkan,” ucap Elang tersenyum, pada sang resepsionis hotel tersebut. Setelah menghitung uang yang diterimanya dari Elang. “Baik Mas, silahkan,” ucap sang resepsionis ramah, sambil menyerahkan kunci kamar dan uang kembaliannya pada Elang. Seorang roomboy langsung mendekat dan memandu mereka, menuju kamar yang disewa. “Terimakasih ya Elang. Nanti uangnya akan kami gantikan ya,” ucap bu Ratna, dengan wajah agak jengah. “Elang. Terimakasih ya,” ucap pak Wahyu rikuh. Dia masih menyesali keteledorannya sendiri, yang lupa menaruh dompet di celana yang salah. “Terima kasih Mas Elang,” ucap Frisca. Ya, diam-diam Frisca memang sudah mengagumi sosok pemuda Elang. Sejak Elang membantunya melewati kerumunan saat kecelakaan. Dan Frisca b

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 023. DOMPET KETINGGALAN

    "Tak apa Frisca. Ayah malah senang ada yang menemani Pak Rustam berjaga di pos,” sahut pak Wahyu tersenyum. “Maaf Pak, kalau boleh saya bertanya. Apakah Bapak mempunyai musuh di sekitar Bapak..?” tanya Elang. “Hei..! Apakah kau mengetahui sesuatu Elang..?” tanya pak Wahyu, dengan wajah berubah menjadi penasaran dengan maksud pertanyaan Elang. “Suara keras itu sungguh tak wajar Pak. Sepertinya ada seseorang yang mengirim sesuatu, pada rumah dan keluarga Bapak,” sahut Elang, terpaksa dia langsung bertanya pada Wahyu. Karena sesuatu yang dikirimkan orang pada keluarga Frisca ini sangat ganas dampaknya, jika sampai terlambat di tangani. Dan Elang mengenal itu adalah ajian Jala Neraka. 'Hmm. Kiriman dukun yang cukup mumpuni', bathin Elang.“Sebutkan nama yang mengirimkan sesuatu itu pada saya Elang. Jika kamu memang mengetahui sesuatu. Menurutmu apakah maksud dari suara keras tadi Elang..?!” Wahyu belum berani menduga, siapa pihak yang berniat jahat pada keluarganya. Walau selintas

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 022. SUARA KERAS DI ATAP

    "Hmm. Frisca, kamu tahu hubungan ayah dengan ayah Aldi sangat dekat. Dan melalui ayahnya Aldi itu, ayah selalu mendapatkan proyek-proyek besar selama ini, untuk kehidupan. Dan baru kali ini ayah mendapat ‘teguran keras’ dari ayahnya Aldi, Frisca. Pak Bernard bilang, kau telah mempermalukan putranya di depan publik, benarkah demikian Frisca..?!” tanya sang ayah, dengan nada meninggi meminta penjelasan dari Frisca. “Di..a dia berselingkuh dengan wanita lain di restoran Ayah,” jawab terbata Frisca, dengan wajah memerah marah dan mata berkaca-kaca. Benak Frisca jadi kembali teringat bayangan Aldi, yang disandari mesra oleh wanita lain. “Hmm. Rupanya itu penyebab kamu marah dan menamparnya Frisca,” wajah sang ayah pun menjadi bertambah kelam. Ya, Wahyu seketika berada dalam dilema. Jika masalahnya adalah kesalah pahaman atau Frisca yang sedang khilap. Mungkin solusinya cukup dengan menyuruh Frisca meminta maaf pada Aldi dan ayahnya, dan masalah pun selesai. Namun ternyata yang men

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 021. TAWARAN MENGINAP

    "Ohh.. Maaf ya Mas, saya kaget tadi," ucap cewek si Rendi, merasa menyesal memarahi Elang.Elang masih mengurut-urut otot kaki Rendi yang bergeser, agar tidak terjadi pembengkakan dan memar di sekitarnya. “Sudah selesai. Sekarang tinggal mengobati luka-lukamu saja Dek. Sebaiknya kita ke klinik saja ya, biar tidak terlalu mengantri,” ucap Elang mengajukan pendapatnya. “Iya benar Mas, sebaiknya kita ke klinik saja. Kaki saya sudah normal kok dan tidak sakit lagi,” ucap Rendi. “Baiklah kita cari klinik terdekat ya,” ucap Frisca, seraya menghidupkan goggle mapnya. Frisca lalu mengklik ‘search’, untuk mencari klinik terdekat. "Wah, ada nih..!" seru Frisca. Mobil pun berjalan kembali menuju ke klinik terdekat, yang memang berada di dekat lokasi mereka saat itu. Elang memangku kembali ransel eigernya, saat dia kembali duduk di samping pengemudi cantik itu. Tak lama kemudian, mereka pun sampai di klinik terdekat di daerah Kebagusan. Elang membantu memapah Rendi masuk ke dalam klinik,

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 020. NIAT JAHAT YANG GAGAL

    Sementara orang-orang di sekitar yang melihat kejadian itu pun mulai berkerumun. Mereka sengaja menghalangi mobil Frisca. Agar Frisca tak bisa melarikan diri. Elang baru tiba di tempat itu, saat ia melihat kerumunan orang-orang di pinggir jalan. Lokasinya tepat di seberang stasiun Lenteng Agung. Elang melihat sebuah mobil berwarna merah. yang dikerumuni orang. Mereka nampak memagari mobil itu, sambil mencaci maki pengemudi di dalamnya. Dan dari balik kaca jendela terlihat, pengemudi mobil itu ternyata adalah seorang wanita cantik. Elang juga melihat seorang anak muda berseragam SMA, yang tergeletak tak jauh dari mobil itu. Anak muda itu juga sedang di kerumuni orang-orang. Maka Elang menyimpulkan telah terjadi kecelakaan dengan anak muda itu sebagai korban. Dan wanita cantik pengemudi mobil merah itu yang menabraknya. Elang lalu mengamati anak muda itu, tak ada yang serius atau parah sekali pada kondisinya. Di bagian kaki yang celananya sobek, tampak memar-memar dan berdarah.

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 019. DERU HATI FRISCA

    ‘Duh..! Maafkan Bapak, Arum. Hasil penjualan bapak hari ini cuma 20 ribu rupiah. Belum bisa buat beli sepatu dan tas sekolahmu yang sudah sobek-sobek itu. Sabar ya Nak. Bapak juga belum makan, kalau bapak makan. Nanti tak ada uang, yang bisa bapak bawa pulang buat ibumu masak besok.’ Elang pun ikut merasa trenyuh, mengetahui bisikkan hati bapak pedagang perabotan itu. “Pak, nasi lagi seporsi ya. Pakai ayam bakar, tempe goreng dan sayur asem Pak,” ucap Elang, pada pemilik warung yang menatapnya sejenak karena heran. Namun akhirnya di ambilkannya pesanan Elang, lalu diletakkannya di atas meja depan Elang. Elang langsung membawa piring itu keluar sambil memesan teh manis hangat, untuk minumannya pada pemilik warung. “Maaf Pak. Ini ada makanan sudah saya pesan, tapi teman saya nggak datang. Mungkin ini rejeki Bapak, diterima ya Pak,” ucap Elang ramah. “Ohh, ehh..! Baiklah Mas. Saya terima ya, terimakasih” ucap bapak paruh baya itu, dengan wajah gembira dan bersyukur. Elang kembali

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status