Home / Urban / Sang PENEMBUS Batas / Bab 003. LOKER DAN SANTET

Share

Bab 003. LOKER DAN SANTET

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-01-26 19:36:31

‘Ahhh..! Andai mimpi semalam benar-benar bisa jadi nyata. Aku pasti akan menyetujuinya saja.

Semoga nanti malam Aki Buyut benar-benar hadir lagi dalam mimpiku’, bathin Elang bertekad.

Elang sangat menyesali kebimbangannya, dalam mimpi semalam.

Elang bertekad akan menyetujui tawaran mempelajari ilmu turunan keluarganya itu. Jika memang benar mimpi itu bisa jadi kenyataan.

“Mas Elang..! Mas..! Dito nakal tuh..!" seorang anak kecil perempuan usia 6 tahunan berlari kecil, dan menubruk Elang sambil mengadu.

“Aduh..! Hati-hati Nindi, kamu bisa jatuh nanti,” ujar Elang, sambil memegang tubuh Nindi yang merapat di belakangnya.

Tak lama kemudian, seorang anak laki-laki kecil seusia Nindi datang menyusul,

“Nah ya..! Kamu di sini Nindi pelit..!” seru bocah itu, sambil berusaha mendekati Nindi, seolah hendak memukulnya.

“Hei..hei, Dito..! Nggak boleh begitu ya, sama anak perempuan,” ucap Elang menengahi mereka.

“Habis Nindi pelit sih Mas Elang..! Masa suruh gantian main ayunan gak mau..!” ucap Dito, yang masih merasa geram sama Nindi.

“Yee..! Orang Nindi juga baru sebentar main ayunannya. Masa digantiin lagi,” sahut Nindi membela diri.

“Sudah..sudah ya. Sekarang ayunannya kan kosong. Kenapa Dito nggak main ayunan saja sekarang ?” tanya Elang.

“Huhh. Gara-gara Nindi bikin kesal, Dito jadi malas main ayunan Mas Elang,” sahut Dito kesal, lalu berlari kembali menuju halaman panti.

Elang hanya geleng-gelengkan kepalanya, melihat polah Dito. Elang jadi teringat dulu ia pun agak nakal, tapi nggak pernah sampai hati mengganggu anak perempuan teman sepantinya.

“Nindi. Sementara jangan dekat-dekat Dito dulu ya,” ucap Elang lembut.

“Iya Mas Elang,” sahut Nindi mengangguk.

“Ini buat Nindi jajan, tapi jangan bilang sama yang lain ya,” ucap Elang pelan, seraya memberikan uang seribu rupiah pada anak itu.

“Asikkk, Nindi nggak akan bilang sama yang lain. Makasih Mas Elang,” ucap Nindi senang, lalu berlari kecil keluar ruangan panti.

Elang segera melanjutkan aktivitasnya menyapu ruangan itu hingga selesai, lalu mengepelnya.

***

Malam usai makan bersama, Elang masuk ke ruangan Bu Nunik.

Bu Nunik memang memanggil Elang ke ruangannya, untuk membicarakan sesuatu dengannya.

“Elang duduklah Nak, ibu mau berbicara sesuatu kabar gembira buatmu,” ucap bu Nunik dengan wajah tersenyum.

‘Dalam keadaan panti yang sulit pun, Ibu masih tetap bisa tersenyum. Sungguh wanita luar biasa’, bathin Elang, memuji ketegaran bu Nunik.

Elang pun tersenyum dan duduk di hadapan Bu Nunik.

“Elang. Pihak mini market Betamart, yang baru berdiri di daerah sini itu. Mereka menawarkan kesempatan bekerja, untuk dua orang dari panti ini, Elang,” ucap Bu Nunik, dengan nada gembira.

“Wah! Elang senang sekali Bu. Apakah syarat-syarat yang harus kita penuhi, untuk bekerja di sana Bu?” ucap Elang penuh antusias.

“Syaratnya sangat sederhana Elang. Buat saja CVmu, lalu sertakan ijazah SMA mu.

Tentunya juga etiket harus dijaga Elang. Karena kamu di sana harus melayani pembeli yang berkunjung ke Betamart,” ujar Bu Nunik.

“Baik Bu. Nanti Elang akan langsung buat CV nya,” ucap Elang bersemangat.

‘Akhirnya aku punya kesempatan, untuk sedikit membantu beban panti’, bathin Elang senang.

“Kamu akan bekerja di sana bersama Wulan, Elang. Ibu juga mendaftarkan Wulan pada mereka,” ucap Bu Nunik.

“Baik Bu. Sekarang Elang mau buatkan CVnya dulu ya Bu,” ucap Elang sambil mencium tangan Bu Nunik.

“Benar Elang. Besok pagi, kamu dan Wulan bersiaplah berangkat ke sana,” jelas Bu Nunik.

Elang pun keluar dari ruangan Bu Nunik. Dan dia bertemu dengan Mbak Wulan, yang rupanya juga telah menunggu di depan pintu ruangan Bu Nunik.

“Wah Mbak Wulan juga mau ketemu Bu Nunik ya. ? Ada kabar gembira lho Mbak,” ucap Elang, sambil tersenyum penuh rahasia.

“Kabar apa Elang..? Jangan bikin Mbak penasaran,” tanya Wulan penasaran.

“Silahkan masuk saja Mbak, kabar gembiranya ada di dalam,” sahut Elang cepat, sambil bergegas berlalu meninggalkan Wulan yang masih terpaku.

“Dasarr..!” gerutu Wulan pada Elang, yang main rahasia-rahasiaan padanya.

Sesampainya di kamar, Elang langsung mempersiapkan alat tulisnya. Untuk membuat CVnya, yang di alamatkan pada mini market Betamart.

‘Fiuhh, akhirnya selesai juga CV ini’, bathin Elang lega.

Dia melirik ke jam dinding yang sudah menunjukkan jam 10:50 malam. Bergegas Elang membereskan alat-alat tulisnya, dan memasukkan CVnya ke dalam map.

Lalu Elang pun beranjak menuju kamar mandi, untuk buang air kecil sebelum tidur.

Elang langsung merebahkan dirinya di pembaringan, usai dia dari kamar mandi.

Dan sekejap kemudian, dia pun sudah tertidur pulas di buai mimpi.

'Elang.. Elangg..! Kemarilah cicitku!', suara bergema seperti dari jarak jauh itu, kembali terdengar memanggil Elang malam itu.

Cukup jelas suara itu terdengar bagi Elang.

“Aki Buyut Sandaka..!” seru Elang dalam mimpinya.

“Benar Elang. Kemarilah cicitku,” sahut Ki Sandaka.

Elang pun melihat dirinya bangkit dari tempat tidurnya. Lalu tiba-tiba saja, Elang sudah berada di dalam gubuk sang buyut.

Ki Sandaka terlihat masih bersila di atas balai bambu, seperti mimpinya kemarin malam.

“Elang. Apakah sudah kauputuskan pertimbanganmu..?” tanya Ki Sandaka.

“Sudah Ki Buyut. Baik, Elang menerimanya,” jawab Elang tegas.

Senyum senang mengembang di wajah Ki Sandaka. Dia merasa bahagia mendengar jawaban cicitnya itu.

“Bagus cicitku. Itu memang jawaban yang buyut harapkan. Ilmu turunan ini tak boleh punah dan putus di tengah jalan. Karena kakekmu Balawan, telah menolak mempelajarinya,” ucap Ki Sandaka.

“Namun ada satu hal yang ingin Elang tanyakan Ki Buyut.

Apakah aku bisa mengobati orang nantinya, Ki Buyut..?” tanya Elang.

Elang teringat pada istri Pak Baskoro, yang telah bertahun sakit-sakitan, dan menyebabkan bantuan Pak Baskoro ke pantinya terputus.

“Hmm. Kalau mengobati penyakit medis tidak cicitku. Namun jika penyakit itu non medis, akibat perbuatan teluh, makhluk halus, atau santet, kau masih bisa menolongnya,” sahut Ki Sandaka.

“Aku ingin menolong seseorang Ki Buyut. Dia istri Pak Baskoro, yang biasa membantu panti dengan mengirim bahan makanan.

Sekarang dia menghentikan bantuannya, akibat penyakit istrinya yang tak kunjung sembuh, Ki Buyut,” ucap Elang dengan nada sedih.

“Hmm. Istri Baskoro. Sebentar, biar buyut terawang dulu, Elang,” ucap Ki Sandaka.

Lalu Ki Sandaka tampak pejamkan matanya, dengan kedua tapak tangan bertangkup di depan dada.

Beberapa saat kemudian, tampak kedua mata Ki Sandaka kembali terbuka perlahan,

“Elang. Ketahuilah, penyakit Halimah istri pak Baskoro itu, adalah penyakit buatan orang di masa lalunya.

Kau bisa menolongnya. Dengan mencabut dan membuang boneka kain berdarah, yang di tanam dukun bayarannya.

Boneka itu berada di halaman belakang rumahnya. Tepatnya di bawah pohon pepaya, yang berada persis di arah depan pintu belakang rumahnya.

Untuk dukun bayaran itu, biarlah buyut yang memberi pelajaran padanya,” jelas Ki Sandaka.

“Wah! Jahat sekali orang itu Ki Buyut. Baiklah, besok Elang akan bertanya soal alamat pak Baskoro pada Bu Nunik,” ujar Elang.

“Dengan tercabutnya boneka terkutuk itu dari rumah Baskoro. Maka Halimah akan segera sembuh.

Dan penyakit itu akan menyerang balik, pada orang yang menyuruh dukun bayaran itu, Elang,” ucap Ki Sandaka.

“Nah Elang. Apakah ......

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 004. WEDAR DAN MULAI KERJA

    “Nah Elang. Apakah sekarang kamu sudah siap buyut wedar..? Lalu buyut akan isi tenaga dasar ilmu turunan keluarga kita Elang ?” tanya Ki Sandaka tenang. “Siap Ki Buyut,” sahut Elang mantap. “Kalau begitu naiklah ke balai ini, dan duduklah bersila seperti buyut,” perintah Ki Sandaka. Elang pun naik ke atas balai bambu itu, dan duduk bersila seperti posisi Ki Sandaka. Sementara itu Ki Sandaka terlihat berdiri. Namun Elang spontan bergidik ngeri. Karena dia melihat kaki Ki Buyutnya itu mengambang di udara, tak menapak di atas balai. “Hehehee. Jangan takut cicitku. Ini karena buyut sudah berbeda alam denganmu, Elang,” Ki Sandaka terkekeh, melihat kengerian Elang. “Sekarang bersiaplah Elang. Pejamkan matamu dan bertahanlah, jika ada sesuatu yang dingin dan hangat mengalir di dalam tubuhmu,” ucap Ki Sandaka. “Baik Ki Buyut,” ucap Elang tanpa ragu lagi. Elang langsung memejamkan matanya, seperti yang di arahkan oleh Ki Buyut. Nafasnya pun mulai teratur tenang, dalam posisi bersila.

    Last Updated : 2025-01-27
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 005. PEMBUKTIAN MIMPI

    “Bagaimana kalau kita ke rumah Pak Baskoro, setelah kamu pulang interview dari Betamart saja Elang..?" usul Bu Nunik. Hatinya jadi ikut tergerak dengan ucapan Elang. “Baik Bu,” ucap Elang, menyetujui usul Bu Nunik. “Elang masuk dulu ya Bu. Elang mau bersiap ke Betamart," ujar Elang, seraya undur diri.“Iya Elang, bersiaplah sebaik mungkin ya. Ajaklah Wulan untuk berangkat bersama ke sana,” ucap Bu Nunik. “Baik Bu,” sahut Elang, sambil beranjak menuju ke dalam panti. *** Pak Baskoro tengah terpekur di teras rumahnya. Sementara pikirannya menerawang, pada kenangan indahnya bersama sang istri. Istri yang kini terbaring lemah di pembaringannya. Ya, kenangan indah, rasa cinta, dan kesetiaan itulah. Hal yang mampu membuat Baskoro tetap bertahan, dan tegar merawat istrinya. Dia kembali menghisap rokoknya, dan menghembuskannya dengan nafas lepas menghela. Seolah ingin menghela jauh-jauh masalah pelik, yang selama bertahun-tahun ini menyelimutinya. Sudah hampir satu setengah tahun i

    Last Updated : 2025-01-29
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 006. KEMBALINYA KIRIMAN JAHAT

    “Hahh..?! B-benda apa..?! Maksudmu ada orang yang mengirim ‘bala’ ke istri saya, dengan menanam ‘sesuatu’ di rumah saya ?!” seru kaget pak Baskoro. Ya, Baskoro pernah menerima seorang paranormal dan ajengan ke rumahnya. Dan mereka semua hanya mengatakan, jika istrinya mungkin ‘dikerjai’ seseorang. Tapi tak ada yang dengan ‘jelas’ mengatakan, bahwa ada sesuatu yang di tanam di rumahnya. “Benar Pak Baskoro. Apakah di belakang rumah Bapak ada pohon pepaya, yang letaknya tepat berhadapan dengan pintu belakang rumah bapak ?” tanya Elang. “I..iya benar Elang..! Bagaimana kau bisa tahu..?!” ucap pak Baskoro kaget. 'Bagaimana dia bisa tahu..? Padahal dia belum pernah ke rumahku’, gumam bathinnya. “Bolehkah saya melihatnya Pak Baskoro..?” tanya Elang sopan, langsung ke poin. “Tentu saja boleh. Mari Elang, Bu Nunik, kita ke sana,” sahut pak Baskoro cepat. Ya, kini mulai ada setitik harapan di hati Baskoro. Bu Nunik yang ikut penasaran langsung beranjak mengikuti mereka di belakang. Ses

    Last Updated : 2025-01-31
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 007. DENDAM MASA LALU

    “Satu tahun lebih Mas..?!” seru Halimah terkaget. Benak Halimah langsung membayangkan suaminya, yang pasti sangat repot mengurusnya selama masa sakitnya itu. Dia pun beranjak dan memeluk suaminya, “Terimakasih Mas, telah merawatku selama itu dan tak meninggalkanku. Tsk, tsk!” ucap Halimah serak dan terisak. Lalu Halimah mendekati Elang dan Bu Nunik, “Terimakasih tak terhingga kuucapkan buat kalian. Kalian telah menyelamatkan rumah tangga kami,” ucap Halimah sambil menyalami Elang , lalu memeluk Bu Nunik. “Maaf, apakah ini Bu Nunik dari panti itu..?” tanya Halimah, yang rupanya masih mengenali Bu Nunik. Dulu memang ia pernah beberapa kali menemani suaminya berkunjung ke panti. “Benar Bu Baskoro,” ucap bu Nunik, yang ikut terharu melihat pulihnya istri pak Baskoro ini. ‘Mereka adalah orang-orang yang baik’, bathinnya. “Ahh. Sebaiknya mulai saat ini Ibu memanggil saya Halimah saja. Karena Ibu lebih berumur dari pada saya,” ucap Halimah merasa rikuh, dipanggil bu oleh orang yang le

    Last Updated : 2025-02-01
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 008. KITAB TUJUH ILMU

    "Ki Buyut. Bolehkah Elang tahu, ilmu apa saja yang ada dalam Kitab 7 Ilmu itu ?” tanya Elang penasaran. “Baiklah akan buyut uraikan sedikit tenyang 7 ilmu di dalamnya untukmu Elang, Kitab 7 Ilmu berisikan : 1. Ilmu Wisik Sukma Adalah ilmu yang membuatmu mampu mendengar dan mengetahui isi hati seseorang, Elang. Dengan ilmu ini kau bisa membedakan mana yang tulus dan tidak, sehingga kau tidak mudah tertipu oleh orang. 2. Ilmu Sukma Kelana Ilmu ini merupakan tataran tingkat tinggi Elang, dengan ilmu ini sukmamu dapat berkelana kemana saja kau mau, menembus ruang dan dimensi. Namun kau harus menetapkan dulu tujuanmu, sebelum menggunakan ilmu ini, agar tak tersasar di dimensi atau alam lain. 3. Ilmu Pintas Bumi Ilmu ini adalah ilmu meringankan tubuh keluarga kita Elang. Dengan menerapkan ilmu ini, maka jarak yang jauh akan lebih cepat kau capai, di banding kecepatan sebuah mobil sekalipun. 4. Ilmu Pukulan Guntur Jagad Ilmu ini dapat kau pakai untuk menghancurkan musuh-musuh

    Last Updated : 2025-02-01
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 009. BINGKISAN UNTUK ELANG

    "Elang kemarilah. Kalian berdua masuklah dulu ke ruangan ibu, untuk sarapan roti dan teh manis sebelum berangkat kerja ya,” ucap Bu Nunik, sambil membuka pintu ruangannya. Mereka pun masuk ke dalam. Dan tak lama kemudian datanglah Bu Sati, dengan membawa nampan berisi 3 gelas teh manis dan beberapa bungkus roti keju dan coklat. “Makasih Bu Sati,” ucap Bu Nunik seraya tersenyum padanya. “Terimakasih Bu Sati,” ucap Elang dan Wulan bersamaan.“Silahkan Bu, Elang, Wulan,” sahut bu Sati sambil tersenyum, lalu kembali keluar ruangan. “Silahkan Elang, Wulan. Kalian minum dulu teh manis dan makan beberapa potong roti ini ya,” ucap bu Nunik. Tak lama kemudian Elang dan Wulan berangkat bersama menuju Betamart. Mereka berangkat dengan berjalan kaki. Karena letak Betamart memang tak jauh dari panti mereka, hanya berjarak sekitar 600 meter. *** Tak lama setelah Elang dan Wulan berangkat, panti kedatangan tamu yang tak lain adalah Baskoro dan Halimah. Mereka datang pagi-pagi tak lain adala

    Last Updated : 2025-02-01
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 010. DESA SIRNA RASA

    Klakh..! "Wahh..!" Elang berseru dan tertegun melihat isi kotak bingkisan itu. Isi kotak bingkisan itu ternyata berisikan dus ponsel merek sumsang keluaran terbaru. Warna ponsel itu hitam, sebuah pilihan warna yang cocok dengan selera Elang. Kemudian ada pula sebuah amplop coklat yang agak tebal di sisinya. Perlahan dibukanya isi amplop coklat itu, Srek.! Elang tercekat melihat dua gepok uang merah di dalam amplop itu. Dihitungnya jumlah uang itu, ternyata uang itu berjumlah 20 juta rupiah. Nilai uang yang sangat banyak tentunya, bagi pemuda seperti Elang. Seumur hidupnya di panti, Elang tak pernah memegang uang sebanyak itu. Maka tangannya pun agak gemetar memegang uang sebanyak itu. Diambilnya uang sebesar 5 ratus ribu rupiah, dan dimasukkannya ke dalam dompetnya. Sementara sisanya ia taruh di bawah pakaian di lemarinya. Saat ia hendak membuka box ponselnya, tampak sesuatu jatuh ke lantai. Sebuah plastik berisikan sim card exel siap pakai terlihat di lantai. Diambilnya kem

    Last Updated : 2025-02-02
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 011. PANGLING SI AKI

    “Kang kita mampir ke warung itu dulu ya. Saya mau bertanya sama pemilik warungnya,” ucap Elang. “Jadi Akang belum tahu alamat yang dituju ya..?” tanya tukang ojek. “Masih mencari Kang, yuk kita ke warung dulu. Akang juga bisa ngopi di sana,” ajak Elang. Mereka pun masuk ke halaman warung, dan parkir motor di sana. Elang mendahului melangkah masuk ke dalam warung. Di dapatinya lelaki yang sudah sepuh, usianya sekitar 60 tahunan di warung itu. Namun penampakkan tubuh dan wajahnya masih terlihat bugar. Lelaki sepuh itu terus menatap Elang, dengan dahi berkerut seolah mengingat sesuatu.“Maaf Ki, saya mau pesan kopinya 2 gelas ya,” ucap Elang membuka percakapan. “Ohh, iya Jang. silahkan duduk dulu,” ucap sepuh itu ramah. “O Iya Ki, numpang tanya. Apakah Aki kenal orang bernama kakek Balawan..?” tanya Elang. Mendadak si aki pemilik warung berhenti meracik kopinya, dan berbalik menatap Elang. Dia kembali menatap Elang, sambil berusaha mengingat sesuatu. “Ki Balawan ayahnya Sukanta.

    Last Updated : 2025-02-02

Latest chapter

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 205.

    'Siapa sih pemuda yang nampak biasa-biasa saja itu..?' Demikianlah rata-rata bathin mereka bertanya-tanya. Soalnya dari sisi penampilan memang Elang terkesan sederhana saja. Bahkan ransel yang dikenakannya menambah kesan, jika Elang bukanlah orang kantoran. Sepatu yang dikenakan pun, bukanlah sepatu resmi untuk menghadiri kondangan. Tapi lebih seperti sepatu pendaki gunung atau sport. Satu-satunya aksesoris yang terlihat berharga oleh mereka di tubuh Elang, paling hanyalah jam tangannya saja. Itu pun mereka berpikir paling harganya tak sampai 2-3 juta. Demikianlah pandangan orang-orang, yang melihat sesuatu berdasar tolok ukur 'materialistis'. Mereka seperti tak melihat, bahwa banyak para konglomerat dunia, yang lebih memilih tampil sederhana dengan pertimbangan rasa nyaman. Daripada memaksakan diri tampil sesuai 'statusnya', dengan mengorbankan rasa nyaman dan kepribadian mereka. "Elang. Akhirnya kau datang adikku," Wulan menggandeng Elang, dan mengajaknya ikut naik ke atas

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 204.

    Slaph..!! Kedua sosok ninja merah itu segera melesat cepat dan lenyap, setelah memberi hormat setengah membungkuk pada Hiroshi. Kini halaman belakang rumah Hiroshi kembali sunyi. Hanya tinggal Hiroshi seorang di sana. Akhirnya Hiroshi pun bergegas kembali masuk ke dalam rumahnya, setelah dia menghabiskan sebatang rokoknya. Keesokkan paginya, giliran kediaman Hiroshi yang 'geger'. Saat salah seorang pelayan rumah Hiroshi, menemukan dua helai pakaian berwarna merah penuh darah, yang terlipat rapih di teras rumah. Sebuah plakat perak juga diletakkan di atas tumpukkan pakaian nerah itu. Dua buah guci kecil berisi abu juga tergeletak di sana. Karuan pelayan itu langsung masuk ke dalam rumah, dan berteriak memberitahukan pada pelayan rumah yang lainnya. Hiroshi yang kebetulan sudah bangun dari tidurnya, bergegas dia menuju teras rumah. Dan sesampainya di teras dia pun terkejut, melihat dua pakaian merah serta plakat perak yang dilemparkannya semalam. Dan itu hanya berarti satu hal.

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 203.

    Hiroshi langsung mengumpulkan seluruh jajaran tinggi stafnya, dan menggelar meeting tertutup hari itu juga. Hiroshi memilih untuk ‘diam’ dan merahasiakan, atas hilangnya sejumlah dokumen rahasia perusahaan sementara waktu dari publik. Hal itu disampaikannya dalam meeting tertutup itu. Dia menghimbau agar semua jajaran stafnya ‘membuka’ mata dan telinga mereka, sewaspada dan secermat mungkin. Untuk menyelidiki ‘pihak mana’, yang menjadi dalang pencurian hampir seluruh dokumen penting yang sifatnya sangat rahasia. Jujur saja, bagi Hiroshi kehilangan dokumen-dokumen rahasia ini bagai kehilangan nafas dari perusahaannya. Apalagi jika dokumen-dokumen itu jatuh ke tangan ‘pesaing’, atau orang yang salah. Namun satu dugaan kuat sudah terbersit di benaknya, tentang pihak mana yang menjadi dalang semua kejadian ini. Tapi itu baru dugaan semata.Soal pelakunya, Hiroshi sudah menduga pastilah sekelompok orang bayaran, lebih tepatnya dia menduga sekelompok ninja..! Namun yang membuatnya p

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 202.

    “Pakailah Seruni, ini untukmu,” ujar Permadi, seraya berusaha tersenyum. Namun wajahnya malah tampak aneh seperti menyeringai, aduhh Madi..Madi..! “Wahh, terimakasih Mas Permadi. Kalung ini bagus sekali..!” Seruni berseru merasa surprise, langsung dikenakannya kalung pemberian Permadi itu. Hatinya penuh dengan bunga bermekaran. Seruni sungguh tak menyangka, Permadi bisa memberikan hadiah seromantis itu. Ingin rasanya dia mencium Permadi dengan hangat. Namun dia sadar kondisi mereka di tempat terbuka, tak memungkinnya melakukan itu. “Berangkatlah Seruni, nanti kau terlambat,” ucap Permadi datar. “Baik Mas Permadi, jaga diri Mas baik-baik dalam perjalanan ya,” Seruni akhirnya beranjak naik ke motornya. Matanya kini nampak basah, ‘Andai kau minta aku ikut denganmu, aku pasti ikut mas’, bisik hatinya sedih. Nngngg..! Seruni melajukan motornya, lalu menghilang di balik gerbang hotel. Air mata bergulir di pipi Seruni, tertutup oleh kaca helm yang dikenakannya. Sedih. ‘Selamat jal

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 201.

    “Elang..! Kau tak apa-apa..?” Bagja menarik lepas ilmu leaknya, dan bergegas menghampiri Elang. “Saya tak apa-apa Pak Bagja. Sebaiknya kita kembali ke rumah saja Pak,” sahut Elang, seraya mengusap darah di hidungnya. Baginya, pertarungan dengan Ki Badra bukanlah pertarungan yang berat. “Syukurlah Elang, mari kita pulang sekarang,” ucap Bagja. “Rasanya akan terlalu lama jika kita berjalan Pak Bagja. Sebaiknya Bapak saya bawa saja ya,” ujar Elang, saat melihat Bagja sudah kembali ke wujud manusianya kembali. Karena tentunya dia tak akan bisa melesat cepat kembali ke rumahnya. “Silahkan Elang. Energi bapak memang terkuras, jika mengeluarkan aji ‘Tirta Bharada.” Elang merangkul pundak Bagja lalu, Slaph..! Elang mengerahkan kecepatan maksimal dari aji ‘Pintas Buminya’, maka dalam sekejap saja mereka sudah berada di teras rumah Bagja. ‘Luar biasa si Elang ini, sepertinya dia masih belum mengerahkan seluruh kemampuannya melawan Ki Badra tadi’, bathin Bagja kagum, pada sahabat putr

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 200.

    “Hiahhhh...!!” Kabinawa melesatkan dirinya yang berwujud bola api membara, ke arah bola pusaran air milik Bagja. Seth..! Ki Badra yang di cekam rasa cemas, akan keselamatan murid kesayangannya itu. Dia pun ikut melesat, hendak menghajar Bagja dengan pukulan ‘Sirna Raga’nya. Slaph..!Tentu saja Elang tak tinggal diam, melihat Bagja yang hendak di bokong sepuh sesat Ki Badra. Dengan melambari tangannya dengan ajian ‘Lindu Sukma’ tingkat ke 4, Elang juga melesat menghadang sosok Ki Badra. Kepalan tangan Elang bagai berubah menjadi bola hijau terang. Sethh..! Melihat Elang menghadang jalur melesatnya, karuan Ki Badra menghantamkan pukulan ‘Sirna Raga’nya ke arah Elang. Wersh..! Wusshk..! Blaartzzhk..!! Dua pukulan hijau dan merah saling berbenturan dahsyat. Angin pukulan dari bentrokkan pukulan “Sirna Raga’ dan “Lindu Sukma’, meledak pecah dan buyar ke segala arah. Bola api merah Ki Badra dan sosok Elang sama-sama terpental ke arah berlawanan. ‘Hmm. Kekuatan bathin sepuh ini

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 199.

    'Hhh.. ! Tak bisa dihindari lagi, mungkin ini sudah karmaku. Aku harus berhadapan dengan guru dan kakak seperguruanku sendiri’, keluh bathin Bagja, sambil menghela nafas berat. Dulu dia sering mendengar gurunya berbicara, soal kakak seperguruannya yang bernama Kabinawa itu dengan nada bangga. Namun pada akhirnya. Timbul kesadaran di hati Bagja, bahwa jalan yang ditempuh guru dan kakak perguruannya itu salah. Bagja lebih memilih aspek terakhir dalam ilmu leak yaitu ‘kamoksan’ atau ilmu kelepasan. Moksa dalam ajaran agama Hindu adalah tujuan hidup terakhir, yaitu kebebasan dari ikatan duniawi dan putaran reinkarnasi kehidupan. Ilmu leak terdiri dari ilmu kawisesan (penengen pengiwa untuk duniawi), dan ilmu kelepasan (untuk lepas dari duniawi). Sedangkan guru dan kakak seperguruannya itu, hanya memfokuskan pada tujuan ‘kawisesan pengiwa’. Untuk memenuhi hasrat duniawinya, tanpa peduli dengan cara apa mereka memperolehnya. Berangkat dari hal inilah, Bagja meninggalkan gurunya. Dia

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 198.

    “Benar Seruni, itu untukmu. Jia kau hamil akibat permainan kita itu terserah padamu kau bisa mengaborsinya atau merawatnya,” Permadi berkata tenang. “Baiklah Mas, Aku akan menyimpannya di rumah,” ucap Seruni, kini dia memahami maksud Permadi. Ada rasa sedih di hatinya, mendengar kabar akan perginya Permadi besok. Sejujurnya mulai tumbuh rasa sayang di hatinya untuk Permadi. Orang yang telah merenggut kesuciannya dan memperkenalkan rasa ternikmat dalam olah asmara padanya. Karenanya nanti malam dia bertekad akan datang kembali ke kamar ini. Untuk menghabiskan waktu bersama Permadi, hingga esok hari. *** Malam itu di rumah Galang. Elang baru saja ikut makan malam bersama keluarga Galang. Mereka nampak berkumpul di ruang tengah, dan saling berbincang penuh kekeluargaan. Nampak wajah keceriaan terpancar dari ayah dan ibu Galang. Karena tak lama lagi mereka akan meminang Trika, untuk putra mereka itu. Mereka sudah mendengar soal pertolongan Elang, atas masalah yang melanda putranya

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 197.

    “Ahhss.! Mas.! Masukkan saja sekaranghs..tapi pelan yahh..” desah Seruni gemas, merasakan gelitik nikmat di celah surganya. Namun tetap saja hatinya berdebar kencang. Ini adalah kali pertama ‘kewanitaannya’ akan di jebol oleh ‘keperkasaan’ Permadi. Dan harus diakuinya ‘burung’ Permadi jauh lebih kokoh dan panjang, dibanding milik mantan kekasihnya Irwan. “Akhsss.! S-sakit Mass..sh!” Seruni memekik keras, sambil memeluk erat punggung Permadi. Saat tiba-tiba Permadi menghunjamkan seluruh ‘kemaluannya’ dalam celah sempit miliknya. Rasa perih dan sesuatu yang sobek mendera bagian kewanitaannya. Permadi diam sejenak tak melakukan gerakkan apapun. Untuk memberi kesempatan ‘liang’ milik Seruni beradaptasi dengan ukuran ‘burung’nya. Tak lama kemudian Permadi mulai menggoyangkan perlahan ‘burung’nya di dalam kewanitaan Seruni, diliriknya bercak darah menodai sprei biru muda milik hotel. ‘Hmm. Dia benar-benar masih segel’, bathin Permadi puas, karena berhasil ‘belah duren’ siang itu. “Ohs

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status