Hari ini adalah hari rabu, hari di mana Dewa keluar dari rumah sakit. Karena Dewi di minta oleh Bu Laras ke rumah sakit pagi ini, makanya Dewi pun bersiap-siap.
Tapi karena ada kendala, mungkin dia berangkat agak siang. Karena Dewa keluar dari rumah sakit juga sore sekitar pukul 16.00.
Hari ini Dewi harus menuntaskan naskahnya duluh dan harus di kirim sebelum sore untuk review.
***
Setelah menyelesaikan naskah, Dewi mengirimnya lalu berangkat ke rumah sakit. Di perjalanan, Dewi di telepon ole Bu Laras dan di suruh cepat-cepat ke rumah sakit. Katanya Dewa mengamuk, jadi Dewi cepat-cepat.
Setelah sampai di rumah sakit, Dewi langsung menuju ke kamar Dewa. Sampai di kamarnya, Dewi sangat kaget karena di sana sudah ada Rini beserta orang tuanya.
"Ada apa ini tante? kok semuanya tegang gini?" tanya Dewi penasaran.
Tapi tidak ada yang menjawab, Dewi melihat Bu Laras tapi dia hanya nangis. Pak Bambang juga diam saja, sementara Dewa diam seribu bahasa. Dewi semakin bingung dengan situasi ini.
Tidak lama kemudian, papanya Rini marah-marah memecah keheningan.
"Saya tidak mau tau, pokoknya kalian harus ganti rugi atas biaya rumah sakit anak saya. Gara-gara anak anda, anak saya jadi pakai kursi roda sekarang. Dan untuk kamu Dewa, jangan pernah temui anak saya lagi. Kalau tidak, kamu akan terima akibatnya," ucap pak Malik dengan lantang, seakan suaranya akan membelah rumah sakit.
"Ini semua gara-gara kamu, aku tidak akan pakai kursi roda kalau tidak pacaran sama kamu Dewa. Pokoknya, kamu yang ganti biaya rumah sakit! Aku tidak mau tau, dan hari ini juga kita putus," kata Rini dengan amarah yang memuncak.
Dewa yang mendengar perkataan Rini pun langsung kaget dan lemas. Dia tidak menyangka akan seperti ini. Dia hanya diam seribu bahasa, tanpa mencegah Rini minta putus. Sebenarnya, Dewi kasihan melihat hubungan mereka seperti ini, tapi mau di apa, dia tidak punya hak menghentikan hal ini terjadi.
"Saya akan bertanggung jawab atas kejadian ini Pak. Saya atas nama Papanya Dewa minta maaf yang sebesar-besarnya, dan saya akan memantau anak saya agar tidak menemui Rini lagi," ucap pak Bambang sambil membungkuk tanda permintaan maaf.
Tapi, orang tua Rini pergi begitu saja membawa anaknya tanpa menghiraukan perkataan pak Bambang. Mungkin pak Bambang merasa marah tidak di hiraukan, makanya dia memarahi Dewa.
"Salah papa apa sama kamu nak? Kenapa kamu membuat papa malu seperti ini haaa?" ucap pak Bambang dengan nada keras sambil pergi.
Sementara Bu Laras memeluk Dewa, untuk menenangkannya. Dewi pun mendekat juga untuk menenangkan Dewa dan mamanya.
"Tante yang sabar ya, Dewa juga. Jangan putus asa, ini adalah cobaan buat tante dan Dewa," ucap Dewi menenangkan mereka.
"Terima kasih ya Dewi, kamu selalu ada buat aku, walaupun aku sering menyakiti kamu. Andai ada kesempatan kedua, aku ingin memperbaiki semuanya. Tapi aku sadar, aku bukanlah yang terbaik dan aku tidak pantas untuk kamu lagi," kata Dewa sedih.
"Maaf Dewa, aku masih butuh waktu untuk menenangkan diri duluh," jawab Dewi.
***
Hari sudah sore, mereka pun beres-beres karena Dewa sudah bisa pulang. Bu Laras pergi mengurus administrasi.
"Dewi, Dewa, Mama mau urus administrasi duluh ya," ucap Bu Laras.
"Ia tante," jawab Dewi, tapi Dewa diam saja.
Setelah Bu Laras pergi, Dewa langsung memeluk Dewi dari belakang, Dewi jadi kaget kan.
"Dewa apa-apaan sih kamu, lepasin nggak!" ucap Dewi melepaskan diri, tapi Dewa malah mempererat pelukannya.
"Dewi, maafin aku. Aku sudah membuatmu sakit hati. Aku memang pacar yang tidak pernah bersyukur memiliki pacar berhati malaikat seperti kamu. Dewi, maafin aku," ucap Dewa sambil menangis.
"Dewa, hari itu aku sudah bilang, jangan menyesali apa yang telah kamu pilih, dan kamu bilang tidak akan pernah menyesal. Lalu apa sekarang? pengakuan macam apa ini Dewa?" Bentak Dewi karena tersulut emosi.
Perlahan Dewa pun melepas pelukannya, lalu membalikkan tubuh Dewi menghadap dia.
"Dewi, please kasih aku kesempatan kedua. Aku menyesal pernah membuatmu sakit hati, pernah menyia-nyiakan cintamu yang begitu tulus, maafin aku," ucap Dewa sambil berlutut menangis.
Baru kali ini Dewi melihat Dewa sesedih ini, hatinya berkecamuk melihat Dewa seperti ini. Ingin rasanya Dewi memeluknya untuk menenangkannya, namun ada keraguan di hatinya. Dia masih sakit hati atas kejadia beberapa waktu yang lalu, dimana Dewa dengan bersikeras ingin mengakhiri hubungan yang telah lama mereka bina.
Oh Tuhan, apa yang harus aku lakukan? Mungkinkah aku harus memberikan dia kesempatan kedua? Tapi aku masih belum bisa melupakan kejadian dimana dia mematahkan hatiku. Bisa saja, suatu saat dia akan mengulangi kesalahannya lagi. Batin Dewi. Tak lama kemudian, Bu Laras kembali.
"Bagaimana tante? apa kita sudah bisa pulang?" tanya Dewi setelah Bu Laras memasuki ruangan.
"Ia nak, sekarang kita bisa pulang. Oh iya nak, kamu bawah mobil ke sini atau tidak?" tanya Bu Laras.
"Tidak tante, tadi aku naik taxi ke sini. Emangnya kenapa tante?" tanya Dewi.
"Kalau begitu, kamu pulang sama tante dan Dewa ya. Nanti tante yang nyetir, kamu jaga Dewa," jawab Bu Laras.
"Baik tante," jawab Dewi mengiyakan. Mereka pun menuju ke mobil, untuk pulang ke rumah.
***
Di perjalanan pulang, mereka ngobrol-ngobrol banyak hal tentang kehidupan mereka. Tapi, mungkin Dewa yang manja atau memang ngantuk, dia nyender di bahu Dewi, kan berat.
"Dewa, jangan gitu ah, Kamu berat tau," ucap Dewi sambil menggeser kepala Dewa. Eh, Dewa yang manja malah tambah lengket kek cicak di dinding.
"Mmm, jangan gerak terus dong. Aku kangen banget sama kamu, jadi biarkan aku sandar sebentar," ucap Dewa dengan sangat manja, membuat Dewi teringat kembali masa-masa indah bersama Dewa dimana Dewa selalu manja padanya.
"Enak ajah, kamu lupa ya. Kita sudah putus, jadi tolong tu kepala di minggirin ya," balas Dewi menyuruhnya minggir.
"Nggak mau," jawab Dewa tambah manja. Bu Laras yang melihat kelakuan mereka hanya bisa senyum-senyum sendiri.
"Aduh, kalian ini kayak romeo dan juliet ajah deh, ngegemasin tau nggak," ucap Bu Laras sambil tertawa.
"Apaan sih Tante, Dewa ajah yang selalu memancing keributan," jawab Dewi menjelaskan.
"Cieee yang ngambek nih eh, ihhhh gemessss deh," ucap Bu Laras yang membuat Dewi semakin bete, tapi Dewa malah ketawa-ketawa saja.
"Ahhh bete aku, ini juga ngapain sih nyender-nyender muluh kayak lumut," ucap Dewi bete.
Tapi tidak bisa dipungkiri, bahwa Dewi sungguh bahagia bisa duduk di samping Dewa lagi.
Tak terasa, mereka sudah sampai di rumah Dewa.
"Dewa, oiii bangun, kita sudah sampai. ucap Dewi membangunkan Dewa, eh dia malah keenakan tidur.
"Aduh sayang, jangan gerak terus dong, aku lagi tidur," ucap Dewa dengan manja sambil mengelus-elus mukanya di pundak Dewi.
"Sayang sayang, mantan ajah kali. Udah ah bangun kita sudah sampai Dewa," seru Dewi sambil berteriak yang membuat Dewa langsung bangun. Dewi pun langsung ketawa karena tingkahnya lucu sekali.
"Jahat kamu, tega amat. Kamu tau ngak aku lagi mimpi indah," ucap Dewa memonyongkan bibirnya.
"Terserah, mau mimpi indah kek, mau mimpi di kejar harimau kek, aku tidak peduli. Suka-suka aku lah, ihhh emang kamu siapa?" ucap Dewi judes.
"Auh ah, ayo masuk. Aku ngantuk sekali," ucap Dewa bermanja-manja, seperti anak kecil saja.
"Apa urusannya sama aku, yang ngantuk kamu bukan saya," jawab Dewi sambil tersenyum. Eh Dewa malah merengek-merengek dari belakang.
Sesampainya di dalam rumah, mereka pun langsung duduk di sofa karena capek seharian beraktifitas.
Hari minggu adalah hari istirahat bagi sebagian orang, begitu pula dengan Dewi.Hari minggu dia nggak ngampus, jadi dia berencana untuk jalan-jalan saja di sekitaran kompleks rumahnya.Setelah bersiap-siap, dia pun berangkat. Hari ini, dia memilih untuk jalan kaki saja. Dia ingin menghirup udara bebas setelah banyaknya problem yang telah terjadi. Apalagi jalan kaki pagi-pagi itu bagus untuk kesehatan."Kenapa ya hidupku berantakan gini? apa yang harus aku katakan pada mama? mama maafkan Lala," ucap seseorang yang Dewi tidak tau darimana asalnya."Siapa ya yang bicara? Mengapa suaranya begitu dekat?" Gumam Dewi sambil melihat sekeliling, tapi terlalu banyak orang, jadi dia sulit untuk menemukan pemilik suara itu."Aduh, uang kuliahku belum lunas lagi. Mana ujian sudah dekat, dapat uang darimana ya? Ya Tuhan, saya harus bagaimana?" suara itu muncul lagi, namun suaranya beda dari yang tadi."Waaa, orang itu pasti kaya. Mana perhiasann
"Dewaaaa, kamu di mana? Aku takut," teriak Dewi memanggil Dewa sambil menangis ketakutan, dan duduk di pojok lemari bersembunyi.Tadi, Dewa menyuruhnya untuk menunggu di tempat penjual barang-barang antik. Katanya, dia mau mencari makanan buat Dewi, karena dia masih lapar. Ya elah, perutnya karet kali ya, hehehe.Tapi, di saat Dewi menunggu Dewa, ada segerombolan penjahat mengganggunya. Ya, katanya makmur, kok masih ada penjahat ya. Aduh, dunia dunia."Hai nona cantik, sedang apa di sini. Mengapa engkau sendirian? Kita temani main-main ya," ucap salah satu dari mereka ketawa sambil memegang tangan Dewi."Maaf pak, saya sedang menunggu teman saya," jawab Dewi tenang sambil melepaskan tangannya."Main sama kita-kita saja, kita kasih yang enak-enak. Hahahaha," kata yang lainnya lagi memegang rambut Dewi sambil tertawa."Pak, maaf ya saya sedang menunggu teman saya. Kenapa bapak-bapak ini selalu mengganggu? Saya sudah bilang saya tidak mau
Setiap saat dalam hidup ini, Dewa ingin selalu berada di dekat Dewi. Dia tidak mau melepaskannya walau hanya sedetik saja.Itulah yang Dewa inginkan dalam hidupnya. Bisa bersama dengan Dewi selamanya adalah sebuah harapan terbesar dalam hidupnya.Dia tidak pernah membayangkan bagaimana hidupnya bila suatu saat Dewi hilang dari kehidupannya. Dia sangat mencintainya lebih dari hidupnya sendiri."Dewi, apakah kamu mau hidup denganku selamanya?" tanya Dewa tiba-tiba."Mengapa kamu menanyakan hal seperti itu Dewa," tanya Dewi balik."Aku hanya takut, bila suatu hari nanti kamu pergi dari hidupku," jawab Dewa dengan wajah lesuh dan sedih.Dewi pun di landa kecemasan. pasalnya, dia bukan berasal dari negeri ini. Dan tempat ini bukanlah tempatnya, karena dia berasal dari masa depan.Bagaimana mungkin dua generasi yang berbeda bisa bersatu, itu sangat mustahil.Dia tidak tahu saja, kalau ini adalah bumi di zaman duluh. Sebuah zaman yang j
Setelah berendam, kini mereka pergi memakai pakaian masing-masing. Namun, saat ingin memakai pakaian, Dewi pun bingung. Soalnya dia tidak memiliki baju selain yang di kenakan sekarang, dia makin bingung dan tidak tahu harus bagaimana. Masa ia bajunya harus kering di badan, kan nggak lucu.Dia pun menuju ke tempat Dewa dan menanyakan apakah ada pakaian yang bisa ia kenakan."Dewa, apa di sini ada pakaian yang bisa aku kenakan? Aku tidak memiliki pakaian lagi selain yang ku kenakan sekarang," tanya Dewi dengan panik."Hei, mengapa kamu panik? Kemarilah biar aku tunjukkan sesuatu padamu," jawab Dewa dengan tersenyum sambil membawa Dewi ke kamarnya."Mengapa kita kesini?" tanya Dewi ragu-ragu."Tenang saja, aku tidak akan macam-macam. Aku hanya akan menunjukkan ini padamu," jawab Dewa dengan antusias sambil membuka lemari."Waaa pakaian-pakaian ini indah sekali. Eh, tapi tunggu, mengapa banyak sekali pakaian perempuan di sini?" tanya Dewi sekali
Senja kini kembali ke peraduannya, di gantikan oleh kegelapan yang kini menguasai. Namun, gemerlap bintang-bintang dan sinar rembulan mampu menyaingi gelapnya malam.Kini, semua insan telah mengistirahatkan tubuh yang lelah setelah seharian beraktivitas, dan larut dalam mimpinya masing-masing.Tidak terkecuali, Dewi yang kini larut dalam mimpi yang sama dengan mimpinya yang lalu."Kok aku seperti mengenali tempat ini ya? ini di mana, kok familiar sekali?" ucap Dewi pada dirinya sendiri."Tunggu, bukannya ini tempat Dewa ya? tapi kok aku bisa ke sini lagi? Tidak mungkin kan orang akan memimpikan sesuatu yang sama untuk kesekian kalinya. Apa ini kebetulan, ataukah memang ada dunia lain? ataukah aku memang kembali ke sebuah sejarah di masa lalu? huuuffttt ini membuatku bingung saja. Ya sudahlah, aku akan berkeliling di tempat ini duluh. Siapa tahu ketemu sesuatu yang bisa aku jadikan petunjuk, mengapa aku bisa bermimpi seperti ini," ucap Dewi sambil berjalan
"Mengapa engkau berpaling? apakah aku tidak baik, ataukah aku terlalu terobsesi memilikimu? katakanlah apa yang kamu inginkan agar aku perbaiki," ucap gadis itu dengan nada sedih."Aku sudah bosan sama kamu, kamu sudah tidak menarik bagiku. Aku sudah memiliki pujaan hati," jawab sang laki laki tanpa rasa bersalah."Tidak sadarkah kamu akan ucapanmu? bosan itu hanya sementara, tidak untuk selamanya," ucap sang gadis lagi."Aahhh jangan banyak omong. Pokoknya hari ini juga aku ingin mengakhiri hubungan ini," jawab si laki laki dengan tegas."Baiklah, aku bukan orang yang sempurna. Aku juga tidak bisa melarangmu memilih pasangan hidupmu, karena itulah yang akan menjadi teman hidupmu selamanya," ucap si gadis lagi dengan perasaan sedih."Ok, hari ini kita akhiri hubungan kita. Sekarang kamu bebas, aku tidak akan ikut campur lagi," jawab sang laki laki sambil tersenyum sinis."Baiklah, a
Mentari telah hadir menyinari bumi, menandakan bahwa dirinya masih bersinar.Pagi ini, Dewi berencana pergi ke rumah sakit menjenguk Dewa. Walaupun sudah mantan, bukan berarti kita harus saling membenci kan"Selamat pagi mama," sapa Dewi"Selamat pagi juga sayang," jawab Bu Susan"Ma, hari ini aku mau ke rumah sakit jenguk Dewa. Mungkin aku pulang agak sore, karena aku mau ke toko buku juga," ucap Dewi pada Bu Susan."Hati-hati di jalan ya Nak, salam sama Dewa dan orang tuanya," jawab Bu Susan."Ia ma, Dewi pergi duluh," ucap Dewi lagi sambil pergi.Sepanjang perjalanan, Dewi selalu memikirkan Dewa. Mau bagaimana lagi, dia masih sayang. Tapi apa hendak di kata, takdir berkata lain, dia harus berpisah dengan kekasihnya.Sesampainya di rumah sakit, Dewi langsung menuju ke kamar Dewa. Di sana sudah ada orang tua Dewa. Dan betapa kagetnya Dewi saat sampai di kamar Dewa, soalnya Bu Laras, alias mamanya Dewa menangis. Dewi kira terjadi
Senja kini kembali ke peraduannya, di gantikan oleh kegelapan yang kini menguasai. Namun, gemerlap bintang-bintang dan sinar rembulan mampu menyaingi gelapnya malam.Kini, semua insan telah mengistirahatkan tubuh yang lelah setelah seharian beraktivitas, dan larut dalam mimpinya masing-masing.Tidak terkecuali, Dewi yang kini larut dalam mimpi yang sama dengan mimpinya yang lalu."Kok aku seperti mengenali tempat ini ya? ini di mana, kok familiar sekali?" ucap Dewi pada dirinya sendiri."Tunggu, bukannya ini tempat Dewa ya? tapi kok aku bisa ke sini lagi? Tidak mungkin kan orang akan memimpikan sesuatu yang sama untuk kesekian kalinya. Apa ini kebetulan, ataukah memang ada dunia lain? ataukah aku memang kembali ke sebuah sejarah di masa lalu? huuuffttt ini membuatku bingung saja. Ya sudahlah, aku akan berkeliling di tempat ini duluh. Siapa tahu ketemu sesuatu yang bisa aku jadikan petunjuk, mengapa aku bisa bermimpi seperti ini," ucap Dewi sambil berjalan
Setelah berendam, kini mereka pergi memakai pakaian masing-masing. Namun, saat ingin memakai pakaian, Dewi pun bingung. Soalnya dia tidak memiliki baju selain yang di kenakan sekarang, dia makin bingung dan tidak tahu harus bagaimana. Masa ia bajunya harus kering di badan, kan nggak lucu.Dia pun menuju ke tempat Dewa dan menanyakan apakah ada pakaian yang bisa ia kenakan."Dewa, apa di sini ada pakaian yang bisa aku kenakan? Aku tidak memiliki pakaian lagi selain yang ku kenakan sekarang," tanya Dewi dengan panik."Hei, mengapa kamu panik? Kemarilah biar aku tunjukkan sesuatu padamu," jawab Dewa dengan tersenyum sambil membawa Dewi ke kamarnya."Mengapa kita kesini?" tanya Dewi ragu-ragu."Tenang saja, aku tidak akan macam-macam. Aku hanya akan menunjukkan ini padamu," jawab Dewa dengan antusias sambil membuka lemari."Waaa pakaian-pakaian ini indah sekali. Eh, tapi tunggu, mengapa banyak sekali pakaian perempuan di sini?" tanya Dewi sekali
Setiap saat dalam hidup ini, Dewa ingin selalu berada di dekat Dewi. Dia tidak mau melepaskannya walau hanya sedetik saja.Itulah yang Dewa inginkan dalam hidupnya. Bisa bersama dengan Dewi selamanya adalah sebuah harapan terbesar dalam hidupnya.Dia tidak pernah membayangkan bagaimana hidupnya bila suatu saat Dewi hilang dari kehidupannya. Dia sangat mencintainya lebih dari hidupnya sendiri."Dewi, apakah kamu mau hidup denganku selamanya?" tanya Dewa tiba-tiba."Mengapa kamu menanyakan hal seperti itu Dewa," tanya Dewi balik."Aku hanya takut, bila suatu hari nanti kamu pergi dari hidupku," jawab Dewa dengan wajah lesuh dan sedih.Dewi pun di landa kecemasan. pasalnya, dia bukan berasal dari negeri ini. Dan tempat ini bukanlah tempatnya, karena dia berasal dari masa depan.Bagaimana mungkin dua generasi yang berbeda bisa bersatu, itu sangat mustahil.Dia tidak tahu saja, kalau ini adalah bumi di zaman duluh. Sebuah zaman yang j
"Dewaaaa, kamu di mana? Aku takut," teriak Dewi memanggil Dewa sambil menangis ketakutan, dan duduk di pojok lemari bersembunyi.Tadi, Dewa menyuruhnya untuk menunggu di tempat penjual barang-barang antik. Katanya, dia mau mencari makanan buat Dewi, karena dia masih lapar. Ya elah, perutnya karet kali ya, hehehe.Tapi, di saat Dewi menunggu Dewa, ada segerombolan penjahat mengganggunya. Ya, katanya makmur, kok masih ada penjahat ya. Aduh, dunia dunia."Hai nona cantik, sedang apa di sini. Mengapa engkau sendirian? Kita temani main-main ya," ucap salah satu dari mereka ketawa sambil memegang tangan Dewi."Maaf pak, saya sedang menunggu teman saya," jawab Dewi tenang sambil melepaskan tangannya."Main sama kita-kita saja, kita kasih yang enak-enak. Hahahaha," kata yang lainnya lagi memegang rambut Dewi sambil tertawa."Pak, maaf ya saya sedang menunggu teman saya. Kenapa bapak-bapak ini selalu mengganggu? Saya sudah bilang saya tidak mau
Hari minggu adalah hari istirahat bagi sebagian orang, begitu pula dengan Dewi.Hari minggu dia nggak ngampus, jadi dia berencana untuk jalan-jalan saja di sekitaran kompleks rumahnya.Setelah bersiap-siap, dia pun berangkat. Hari ini, dia memilih untuk jalan kaki saja. Dia ingin menghirup udara bebas setelah banyaknya problem yang telah terjadi. Apalagi jalan kaki pagi-pagi itu bagus untuk kesehatan."Kenapa ya hidupku berantakan gini? apa yang harus aku katakan pada mama? mama maafkan Lala," ucap seseorang yang Dewi tidak tau darimana asalnya."Siapa ya yang bicara? Mengapa suaranya begitu dekat?" Gumam Dewi sambil melihat sekeliling, tapi terlalu banyak orang, jadi dia sulit untuk menemukan pemilik suara itu."Aduh, uang kuliahku belum lunas lagi. Mana ujian sudah dekat, dapat uang darimana ya? Ya Tuhan, saya harus bagaimana?" suara itu muncul lagi, namun suaranya beda dari yang tadi."Waaa, orang itu pasti kaya. Mana perhiasann
Hari ini adalah hari rabu, hari di mana Dewa keluar dari rumah sakit. Karena Dewi di minta oleh Bu Laras ke rumah sakit pagi ini, makanya Dewi pun bersiap-siap.Tapi karena ada kendala, mungkin dia berangkat agak siang. Karena Dewa keluar dari rumah sakit juga sore sekitar pukul 16.00.Hari ini Dewi harus menuntaskan naskahnya duluh dan harus di kirim sebelum sore untuk review.***Setelah menyelesaikan naskah, Dewi mengirimnya lalu berangkat ke rumah sakit. Di perjalanan, Dewi di telepon ole Bu Laras dan di suruh cepat-cepat ke rumah sakit. Katanya Dewa mengamuk, jadi Dewi cepat-cepat.Setelah sampai di rumah sakit, Dewi langsung menuju ke kamar Dewa. Sampai di kamarnya, Dewi sangat kaget karena di sana sudah ada Rini beserta orang tuanya."Ada apa ini tante? kok semuanya tegang gini?" tanya Dewi penasaran.Tapi tidak ada yang menjawab, Dewi melihat Bu Laras tapi dia hanya nangis. Pak Bambang juga diam saja, sementara Dewa diam
Mentari telah hadir menyinari bumi, menandakan bahwa dirinya masih bersinar.Pagi ini, Dewi berencana pergi ke rumah sakit menjenguk Dewa. Walaupun sudah mantan, bukan berarti kita harus saling membenci kan"Selamat pagi mama," sapa Dewi"Selamat pagi juga sayang," jawab Bu Susan"Ma, hari ini aku mau ke rumah sakit jenguk Dewa. Mungkin aku pulang agak sore, karena aku mau ke toko buku juga," ucap Dewi pada Bu Susan."Hati-hati di jalan ya Nak, salam sama Dewa dan orang tuanya," jawab Bu Susan."Ia ma, Dewi pergi duluh," ucap Dewi lagi sambil pergi.Sepanjang perjalanan, Dewi selalu memikirkan Dewa. Mau bagaimana lagi, dia masih sayang. Tapi apa hendak di kata, takdir berkata lain, dia harus berpisah dengan kekasihnya.Sesampainya di rumah sakit, Dewi langsung menuju ke kamar Dewa. Di sana sudah ada orang tua Dewa. Dan betapa kagetnya Dewi saat sampai di kamar Dewa, soalnya Bu Laras, alias mamanya Dewa menangis. Dewi kira terjadi
"Mengapa engkau berpaling? apakah aku tidak baik, ataukah aku terlalu terobsesi memilikimu? katakanlah apa yang kamu inginkan agar aku perbaiki," ucap gadis itu dengan nada sedih."Aku sudah bosan sama kamu, kamu sudah tidak menarik bagiku. Aku sudah memiliki pujaan hati," jawab sang laki laki tanpa rasa bersalah."Tidak sadarkah kamu akan ucapanmu? bosan itu hanya sementara, tidak untuk selamanya," ucap sang gadis lagi."Aahhh jangan banyak omong. Pokoknya hari ini juga aku ingin mengakhiri hubungan ini," jawab si laki laki dengan tegas."Baiklah, aku bukan orang yang sempurna. Aku juga tidak bisa melarangmu memilih pasangan hidupmu, karena itulah yang akan menjadi teman hidupmu selamanya," ucap si gadis lagi dengan perasaan sedih."Ok, hari ini kita akhiri hubungan kita. Sekarang kamu bebas, aku tidak akan ikut campur lagi," jawab sang laki laki sambil tersenyum sinis."Baiklah, a