"Dewaaaa, kamu di mana? Aku takut," teriak Dewi memanggil Dewa sambil menangis ketakutan, dan duduk di pojok lemari bersembunyi.
Tadi, Dewa menyuruhnya untuk menunggu di tempat penjual barang-barang antik. Katanya, dia mau mencari makanan buat Dewi, karena dia masih lapar. Ya elah, perutnya karet kali ya, hehehe.
Tapi, di saat Dewi menunggu Dewa, ada segerombolan penjahat mengganggunya. Ya, katanya makmur, kok masih ada penjahat ya. Aduh, dunia dunia.
"Hai nona cantik, sedang apa di sini. Mengapa engkau sendirian? Kita temani main-main ya," ucap salah satu dari mereka ketawa sambil memegang tangan Dewi.
"Maaf pak, saya sedang menunggu teman saya," jawab Dewi tenang sambil melepaskan tangannya.
"Main sama kita-kita saja, kita kasih yang enak-enak. Hahahaha," kata yang lainnya lagi memegang rambut Dewi sambil tertawa.
"Pak, maaf ya saya sedang menunggu teman saya. Kenapa bapak-bapak ini selalu mengganggu? Saya sudah bilang saya tidak mau," ucap Dewi sambil marah-marah karena jengkel.
"Waahhh Nona ini sangat pemarah ya. Kita beri dia pelajaran berharga," seru salah satu penjahat itu sambil mendekat ke arah Dewi.
Dewi mencoba lari dari para penjahat itu. Namun, mereka tetap mengejarnya. Dia mencoba lari sekuat tenaga dan mencoba untuk bersembunyi.
Untung ada sebuah tempat yang tertutup, lalu Dewi pun sembunyi di tempat itu. Walaupun dia sangat gemetaran karena ketakutan, namun dia mencoba tetap bertahan agar tidak ketahuan.
"Hei nona cantik, di mana dirimu. Ayolah keluar, kita ada hadiah buat Nona," ucap seseorang sambil terus tertawa, dan itu membuat Dewi bergidik ngeri.
***
"Permisi pak, apakah anda melihat seorang gadis di sini? tingginya kira-kira sebahu saya," tanya Dewa pada penjual pernak-pernik.
"Maaf tuan, tadi gadis itu lari ke arah sana. Sepertinya ada yang mengejar-ngejar dia," jawab sang penjual pernak-pernik.
"Apa? baik, terima kasih pak," ucap Dewa sembari berlari mencari Dewi.
Saat Dewi melihat ada yang datang, dia pun semakin ketakutan. Dan di saat yang bersamaan, dari arah Barat dia melihat Dewa berlari ke tempat di mana Dewi bersembunyi.
Tanpa memikirkan apa pun lagi, dia keluar dari tempat persembunyian dan memanggil nama Dewa. Tapi parah penjahat itu mendengar teriakannya dan akhirnya mereka mendekat. Beruntung tadi, Dewa mendengar panggilannya, jadi dia datang menolong Dewi.
Dewi pun refleks memeluknya, karena dia sangat ketakutan.
"Kamu kemana saja? aku takut sekali hiks hiks," ucap Dewi sambil menangis tersedu-sedu.
"Maafkan aku Dewi, ini salahku. Aku yang teledor telah meninggalkan kamu sendirian. Maafkan aku," jawan Dewa seraya mempererat pelukannya.
"Ya sudah, kita pergi dari sini yuk. Kita pergi ke tempatku," ajak Dewa.
"Tapi, aku takut. Nanti orang tuamu tidak suka aku ke rumahmu," ucap Dewi menghentikan langkahnya.
"Dewi, aku di rumah tinggal sendiri. Lagipula, ayahanda dan ibunda berada di kerajaan. Jadi, tidak ada yang akan memarahiku ," jawab Dewa sambil tersenyum.
Dewi pun mengiyakan ajakan Dewa. Lagian, kalau dia tidak mengikutinya, dia harus tinggal di mana? ya kan. Lagipula, ini kan di dalam mimpi. Jadi, dua nggak perluh khawatir.
Mereka pun menuju ke rumah Dewa, dan Dewi sesekali mengagumi tempat dalam mimpinya itu. Sebuah tempat yang sangat indah dan Dewi rasa tempat ini adalah sorga.
Bagaimana tidak, tempat ini sangat mengagumkan. Seumur-umur, dia belum pernah melihatnya di dunianya.
Tak henti-hentinya Dewi berdecak kagum oleh keindahan negeri dalam mimpinya itu.
Tak lama kemudian, mereka pun tiba di sebuah rumah yang cukup besar, dan sangat terawat. Sepertinya pemilik rumah ini sangat telaten mengurus rumahnya.
"Dewa, ini rumah kamu?" tanya Dewi sambil berdecak kagum tatkala memasuki rumah bak istana itu.
Ternyata, bagian dalamnya sangatlah indah, sangat mewah, dan sangat nyaman, itulah gambaran yang cocok menggambarkan rumah tersebut.
"Ia, ada yang salah? atau kamu tidak suka? apa rumahku ini tidak bagus ya, nanti kita pindah ke rumah yang lain," ucap Dewa yang membuat Dewi menganga.
Bagaimana tidak, rumah sebesar ini dia bilang tidak bagus. Dan dia masih punya rumah lagi. wawawa hidupnya sangat beruntung ya. Seandainya ini dunia nyata, mungkin dia bisa masuk ke dalam daftar orang terkaya di dunia.
"Ehhh tidak tidak, rumah kamu bagus sekali. Apa kamu benar-benar sendiarian di tempat sebesar ini?" tanya Dewi menyelidik.
"Ia, aku memang sendirian di tempat ini. Memang kenapa?" tanya Dewa balik.
"Ya tidak apa-apa, aku cuma bertanya," jawab Dewi asal, sambil terus memperhatikan sekitar. Sungguh, keindahan yang hakiki.
"Ia Dewi, mari aku antar ke kamar, sekalian kamu bersih-bersih juga," ucap Dewa yang membuat Dewi mengangguk saja. Berhubung badannya sudah lengket banget, jadi dia mengiyakan saja.
"Baiklah," jawab Dewi.
Dia pun mengantar Dewi ke salah satu kamar miliknya. Dan setelah Dewa membuka pintu kamarnya, Dewi pun langsung terkesima oleh isi kamar itu yang menurutnya sangat luar biasa.
"Ini benaran kamar kamu Dewa?" tanya Dewi memastikan.
Sebuah kamar yang berukuran besar, dengan gaya tradisional kuno dengan nuansa kerajaan ini sangatlah indah. Dewi sampai melongo di buatnya.
"Ini bukan kamar aku lagi, melainkan kamar kamu," jawab Dewa sambil membalikkan badan Dewi menghadap padanya.
"Haaa yang benar saja kamu Dewa, aku kan di sini hanya sementara. Mengapa aku di berikan kamar ini. Ya nggak mungkinlah," jawab Dewi sambil tersenyum.
Tanpa di duga, tiba-tiba si Dewa meluk Dewi. Dia jadi takut, apalagi di sini hanya ada mereka berdua.
"Dewa lepaskan, jangan aneh-aneh ya," ucap Dewi yang membuat Dewa melepas pelukannya.
"Maaf-maaf, aku hanya merindukanmu. Setelah sekian lama kamu menghilang, akhirnya kamu kembali lagi," ucap Dewa yang membuat Dewi jadi penasaran.
"Maksud kamu apa? aku pernah hilang?" tanya Dewi tidak percaya.
"Ayo kemari, aku akan menunjukkan sesuatu padamu," ucap Dewa yang membuat Dewi mengikuti langkahnya masuk ke kamar yang di berikannya pada Dewi.
Dia pun menunjuk sebuah lukisan yang mirip sekali dengan Dewi. Bukan lagi mirip, tapi itu adalah lukisan wajahnya.
"Ini maksudnya apa Dewa? kenapa lukisan wajah aku ada di sini?" tanya Dewi tidak percaya.
"Karena kamu adalah Dewiku," jawab Dewa yang membuat Dewi semakin bingung.
"Maksud kamu apa?" tanya Dewi kembali.
"Baik aku akan ceritakan. Kamu adalah kekasihku dahulu, dan semenjak kepergian kamu ke bukit naga untuk mengambil obat untukku, semenjak itu juga kamu tidak pernah lagi kembali. Bertahun-tahun aku menunggumu, berharap kamu akan kembali kepadaku. Dan waktu aku pergi berkelana ke hutan Selatan, akhirnya aku menemukanmu, tapi kamu seakan berbeda dari Dewi yang aku kenal dahulu. Sifat, pakaian, semua beda. hanya wajah dan ketulusanlah yang masih menggambarkan bahwa kamu adalah Dewi yang selalu aku rindukan," ucap Dewa menjelaskan panjang lebar.
"Maafkan aku Dewa, tapi aku tidak mengingat sama sekali tentang tempat ini," jawab Dewi masih bingung.
"Ia, aku juga tidak memaksa kamu mengingat semuanya. Dengan kehadiran kamu saja, aku sudah sangat bahagia. Walaupun kamu sudah melupakan semua tentang kita, tapi aku akan tetap menunggumu," ucap Dewa sambil mengelus rambut Dewi dengan sedih.
Dewi pun merasa tidak enak, dan mencoba menenangkan Dewa. Tidak di dunia nyata, tidak dalam mimpi, sifat Dewa tetap sama, yaitu gampang baper.
"Kamu jangan sedih dong, ya sudah kamu duduk duluh di sini. Aku ada sesuatu buat kamu," ucap Dewi sambil mengambil cokelat dari tasnya. Dia juga binging, kok bisa ya dia membawa makanan-makanan ini ke dalam mimpinya, padahal kan pas dia tidur, tidak ada makanan apapun di sampingnya.
"Nah, ini dia, cokelat penghilang rasa sedih hehehe," ucap Dewi sambil memberikan setoples cokelat kesukaannya pada Dewa.
Dia malah melihat-lihat saja, mungkin dia tidak tahu cara bukanya kali. Dewi pun membukanya lalu memberikan padanya.
Dan saat Dewa memakannya, ternyata dia sangat menyukainya. Akhirnya, dia pun menghabiskan satu demi satu. Sepertinya dia sangat suka, Dewi pun jadi senang. Setidaknya dia sudah tidak sedih lagi. Dewi pun berpaling membelakanginya untuk mengambil Hpnya di tas. Tiba-tiba Dewa memanggil Dewi.
"Dewi," panggilnya
Dewi pun menoleh, dan sangat terkejut. Bagaimana tidak, Dewa memakan sebuah cokelat lalu memberikannya pada Dewi lewat mulutnya. Ini sama saja dengan ciuman kan.
Tiba-tiba, Dewi merasakan sekujur tubuhnya seperti di sengat listrik, dan badannya terasa panas di buatnya.
Adegan itu cukup lama, dan sepertinya Dewa sangat menikmati adegan itu. Dia tidak tau apa kalau jantung Dewi hampir copot.
Saksikan kelanjutannya, di next episode.
Setiap saat dalam hidup ini, Dewa ingin selalu berada di dekat Dewi. Dia tidak mau melepaskannya walau hanya sedetik saja.Itulah yang Dewa inginkan dalam hidupnya. Bisa bersama dengan Dewi selamanya adalah sebuah harapan terbesar dalam hidupnya.Dia tidak pernah membayangkan bagaimana hidupnya bila suatu saat Dewi hilang dari kehidupannya. Dia sangat mencintainya lebih dari hidupnya sendiri."Dewi, apakah kamu mau hidup denganku selamanya?" tanya Dewa tiba-tiba."Mengapa kamu menanyakan hal seperti itu Dewa," tanya Dewi balik."Aku hanya takut, bila suatu hari nanti kamu pergi dari hidupku," jawab Dewa dengan wajah lesuh dan sedih.Dewi pun di landa kecemasan. pasalnya, dia bukan berasal dari negeri ini. Dan tempat ini bukanlah tempatnya, karena dia berasal dari masa depan.Bagaimana mungkin dua generasi yang berbeda bisa bersatu, itu sangat mustahil.Dia tidak tahu saja, kalau ini adalah bumi di zaman duluh. Sebuah zaman yang j
Setelah berendam, kini mereka pergi memakai pakaian masing-masing. Namun, saat ingin memakai pakaian, Dewi pun bingung. Soalnya dia tidak memiliki baju selain yang di kenakan sekarang, dia makin bingung dan tidak tahu harus bagaimana. Masa ia bajunya harus kering di badan, kan nggak lucu.Dia pun menuju ke tempat Dewa dan menanyakan apakah ada pakaian yang bisa ia kenakan."Dewa, apa di sini ada pakaian yang bisa aku kenakan? Aku tidak memiliki pakaian lagi selain yang ku kenakan sekarang," tanya Dewi dengan panik."Hei, mengapa kamu panik? Kemarilah biar aku tunjukkan sesuatu padamu," jawab Dewa dengan tersenyum sambil membawa Dewi ke kamarnya."Mengapa kita kesini?" tanya Dewi ragu-ragu."Tenang saja, aku tidak akan macam-macam. Aku hanya akan menunjukkan ini padamu," jawab Dewa dengan antusias sambil membuka lemari."Waaa pakaian-pakaian ini indah sekali. Eh, tapi tunggu, mengapa banyak sekali pakaian perempuan di sini?" tanya Dewi sekali
Senja kini kembali ke peraduannya, di gantikan oleh kegelapan yang kini menguasai. Namun, gemerlap bintang-bintang dan sinar rembulan mampu menyaingi gelapnya malam.Kini, semua insan telah mengistirahatkan tubuh yang lelah setelah seharian beraktivitas, dan larut dalam mimpinya masing-masing.Tidak terkecuali, Dewi yang kini larut dalam mimpi yang sama dengan mimpinya yang lalu."Kok aku seperti mengenali tempat ini ya? ini di mana, kok familiar sekali?" ucap Dewi pada dirinya sendiri."Tunggu, bukannya ini tempat Dewa ya? tapi kok aku bisa ke sini lagi? Tidak mungkin kan orang akan memimpikan sesuatu yang sama untuk kesekian kalinya. Apa ini kebetulan, ataukah memang ada dunia lain? ataukah aku memang kembali ke sebuah sejarah di masa lalu? huuuffttt ini membuatku bingung saja. Ya sudahlah, aku akan berkeliling di tempat ini duluh. Siapa tahu ketemu sesuatu yang bisa aku jadikan petunjuk, mengapa aku bisa bermimpi seperti ini," ucap Dewi sambil berjalan
"Mengapa engkau berpaling? apakah aku tidak baik, ataukah aku terlalu terobsesi memilikimu? katakanlah apa yang kamu inginkan agar aku perbaiki," ucap gadis itu dengan nada sedih."Aku sudah bosan sama kamu, kamu sudah tidak menarik bagiku. Aku sudah memiliki pujaan hati," jawab sang laki laki tanpa rasa bersalah."Tidak sadarkah kamu akan ucapanmu? bosan itu hanya sementara, tidak untuk selamanya," ucap sang gadis lagi."Aahhh jangan banyak omong. Pokoknya hari ini juga aku ingin mengakhiri hubungan ini," jawab si laki laki dengan tegas."Baiklah, aku bukan orang yang sempurna. Aku juga tidak bisa melarangmu memilih pasangan hidupmu, karena itulah yang akan menjadi teman hidupmu selamanya," ucap si gadis lagi dengan perasaan sedih."Ok, hari ini kita akhiri hubungan kita. Sekarang kamu bebas, aku tidak akan ikut campur lagi," jawab sang laki laki sambil tersenyum sinis."Baiklah, a
Mentari telah hadir menyinari bumi, menandakan bahwa dirinya masih bersinar.Pagi ini, Dewi berencana pergi ke rumah sakit menjenguk Dewa. Walaupun sudah mantan, bukan berarti kita harus saling membenci kan"Selamat pagi mama," sapa Dewi"Selamat pagi juga sayang," jawab Bu Susan"Ma, hari ini aku mau ke rumah sakit jenguk Dewa. Mungkin aku pulang agak sore, karena aku mau ke toko buku juga," ucap Dewi pada Bu Susan."Hati-hati di jalan ya Nak, salam sama Dewa dan orang tuanya," jawab Bu Susan."Ia ma, Dewi pergi duluh," ucap Dewi lagi sambil pergi.Sepanjang perjalanan, Dewi selalu memikirkan Dewa. Mau bagaimana lagi, dia masih sayang. Tapi apa hendak di kata, takdir berkata lain, dia harus berpisah dengan kekasihnya.Sesampainya di rumah sakit, Dewi langsung menuju ke kamar Dewa. Di sana sudah ada orang tua Dewa. Dan betapa kagetnya Dewi saat sampai di kamar Dewa, soalnya Bu Laras, alias mamanya Dewa menangis. Dewi kira terjadi
Hari ini adalah hari rabu, hari di mana Dewa keluar dari rumah sakit. Karena Dewi di minta oleh Bu Laras ke rumah sakit pagi ini, makanya Dewi pun bersiap-siap.Tapi karena ada kendala, mungkin dia berangkat agak siang. Karena Dewa keluar dari rumah sakit juga sore sekitar pukul 16.00.Hari ini Dewi harus menuntaskan naskahnya duluh dan harus di kirim sebelum sore untuk review.***Setelah menyelesaikan naskah, Dewi mengirimnya lalu berangkat ke rumah sakit. Di perjalanan, Dewi di telepon ole Bu Laras dan di suruh cepat-cepat ke rumah sakit. Katanya Dewa mengamuk, jadi Dewi cepat-cepat.Setelah sampai di rumah sakit, Dewi langsung menuju ke kamar Dewa. Sampai di kamarnya, Dewi sangat kaget karena di sana sudah ada Rini beserta orang tuanya."Ada apa ini tante? kok semuanya tegang gini?" tanya Dewi penasaran.Tapi tidak ada yang menjawab, Dewi melihat Bu Laras tapi dia hanya nangis. Pak Bambang juga diam saja, sementara Dewa diam
Hari minggu adalah hari istirahat bagi sebagian orang, begitu pula dengan Dewi.Hari minggu dia nggak ngampus, jadi dia berencana untuk jalan-jalan saja di sekitaran kompleks rumahnya.Setelah bersiap-siap, dia pun berangkat. Hari ini, dia memilih untuk jalan kaki saja. Dia ingin menghirup udara bebas setelah banyaknya problem yang telah terjadi. Apalagi jalan kaki pagi-pagi itu bagus untuk kesehatan."Kenapa ya hidupku berantakan gini? apa yang harus aku katakan pada mama? mama maafkan Lala," ucap seseorang yang Dewi tidak tau darimana asalnya."Siapa ya yang bicara? Mengapa suaranya begitu dekat?" Gumam Dewi sambil melihat sekeliling, tapi terlalu banyak orang, jadi dia sulit untuk menemukan pemilik suara itu."Aduh, uang kuliahku belum lunas lagi. Mana ujian sudah dekat, dapat uang darimana ya? Ya Tuhan, saya harus bagaimana?" suara itu muncul lagi, namun suaranya beda dari yang tadi."Waaa, orang itu pasti kaya. Mana perhiasann
Senja kini kembali ke peraduannya, di gantikan oleh kegelapan yang kini menguasai. Namun, gemerlap bintang-bintang dan sinar rembulan mampu menyaingi gelapnya malam.Kini, semua insan telah mengistirahatkan tubuh yang lelah setelah seharian beraktivitas, dan larut dalam mimpinya masing-masing.Tidak terkecuali, Dewi yang kini larut dalam mimpi yang sama dengan mimpinya yang lalu."Kok aku seperti mengenali tempat ini ya? ini di mana, kok familiar sekali?" ucap Dewi pada dirinya sendiri."Tunggu, bukannya ini tempat Dewa ya? tapi kok aku bisa ke sini lagi? Tidak mungkin kan orang akan memimpikan sesuatu yang sama untuk kesekian kalinya. Apa ini kebetulan, ataukah memang ada dunia lain? ataukah aku memang kembali ke sebuah sejarah di masa lalu? huuuffttt ini membuatku bingung saja. Ya sudahlah, aku akan berkeliling di tempat ini duluh. Siapa tahu ketemu sesuatu yang bisa aku jadikan petunjuk, mengapa aku bisa bermimpi seperti ini," ucap Dewi sambil berjalan
Setelah berendam, kini mereka pergi memakai pakaian masing-masing. Namun, saat ingin memakai pakaian, Dewi pun bingung. Soalnya dia tidak memiliki baju selain yang di kenakan sekarang, dia makin bingung dan tidak tahu harus bagaimana. Masa ia bajunya harus kering di badan, kan nggak lucu.Dia pun menuju ke tempat Dewa dan menanyakan apakah ada pakaian yang bisa ia kenakan."Dewa, apa di sini ada pakaian yang bisa aku kenakan? Aku tidak memiliki pakaian lagi selain yang ku kenakan sekarang," tanya Dewi dengan panik."Hei, mengapa kamu panik? Kemarilah biar aku tunjukkan sesuatu padamu," jawab Dewa dengan tersenyum sambil membawa Dewi ke kamarnya."Mengapa kita kesini?" tanya Dewi ragu-ragu."Tenang saja, aku tidak akan macam-macam. Aku hanya akan menunjukkan ini padamu," jawab Dewa dengan antusias sambil membuka lemari."Waaa pakaian-pakaian ini indah sekali. Eh, tapi tunggu, mengapa banyak sekali pakaian perempuan di sini?" tanya Dewi sekali
Setiap saat dalam hidup ini, Dewa ingin selalu berada di dekat Dewi. Dia tidak mau melepaskannya walau hanya sedetik saja.Itulah yang Dewa inginkan dalam hidupnya. Bisa bersama dengan Dewi selamanya adalah sebuah harapan terbesar dalam hidupnya.Dia tidak pernah membayangkan bagaimana hidupnya bila suatu saat Dewi hilang dari kehidupannya. Dia sangat mencintainya lebih dari hidupnya sendiri."Dewi, apakah kamu mau hidup denganku selamanya?" tanya Dewa tiba-tiba."Mengapa kamu menanyakan hal seperti itu Dewa," tanya Dewi balik."Aku hanya takut, bila suatu hari nanti kamu pergi dari hidupku," jawab Dewa dengan wajah lesuh dan sedih.Dewi pun di landa kecemasan. pasalnya, dia bukan berasal dari negeri ini. Dan tempat ini bukanlah tempatnya, karena dia berasal dari masa depan.Bagaimana mungkin dua generasi yang berbeda bisa bersatu, itu sangat mustahil.Dia tidak tahu saja, kalau ini adalah bumi di zaman duluh. Sebuah zaman yang j
"Dewaaaa, kamu di mana? Aku takut," teriak Dewi memanggil Dewa sambil menangis ketakutan, dan duduk di pojok lemari bersembunyi.Tadi, Dewa menyuruhnya untuk menunggu di tempat penjual barang-barang antik. Katanya, dia mau mencari makanan buat Dewi, karena dia masih lapar. Ya elah, perutnya karet kali ya, hehehe.Tapi, di saat Dewi menunggu Dewa, ada segerombolan penjahat mengganggunya. Ya, katanya makmur, kok masih ada penjahat ya. Aduh, dunia dunia."Hai nona cantik, sedang apa di sini. Mengapa engkau sendirian? Kita temani main-main ya," ucap salah satu dari mereka ketawa sambil memegang tangan Dewi."Maaf pak, saya sedang menunggu teman saya," jawab Dewi tenang sambil melepaskan tangannya."Main sama kita-kita saja, kita kasih yang enak-enak. Hahahaha," kata yang lainnya lagi memegang rambut Dewi sambil tertawa."Pak, maaf ya saya sedang menunggu teman saya. Kenapa bapak-bapak ini selalu mengganggu? Saya sudah bilang saya tidak mau
Hari minggu adalah hari istirahat bagi sebagian orang, begitu pula dengan Dewi.Hari minggu dia nggak ngampus, jadi dia berencana untuk jalan-jalan saja di sekitaran kompleks rumahnya.Setelah bersiap-siap, dia pun berangkat. Hari ini, dia memilih untuk jalan kaki saja. Dia ingin menghirup udara bebas setelah banyaknya problem yang telah terjadi. Apalagi jalan kaki pagi-pagi itu bagus untuk kesehatan."Kenapa ya hidupku berantakan gini? apa yang harus aku katakan pada mama? mama maafkan Lala," ucap seseorang yang Dewi tidak tau darimana asalnya."Siapa ya yang bicara? Mengapa suaranya begitu dekat?" Gumam Dewi sambil melihat sekeliling, tapi terlalu banyak orang, jadi dia sulit untuk menemukan pemilik suara itu."Aduh, uang kuliahku belum lunas lagi. Mana ujian sudah dekat, dapat uang darimana ya? Ya Tuhan, saya harus bagaimana?" suara itu muncul lagi, namun suaranya beda dari yang tadi."Waaa, orang itu pasti kaya. Mana perhiasann
Hari ini adalah hari rabu, hari di mana Dewa keluar dari rumah sakit. Karena Dewi di minta oleh Bu Laras ke rumah sakit pagi ini, makanya Dewi pun bersiap-siap.Tapi karena ada kendala, mungkin dia berangkat agak siang. Karena Dewa keluar dari rumah sakit juga sore sekitar pukul 16.00.Hari ini Dewi harus menuntaskan naskahnya duluh dan harus di kirim sebelum sore untuk review.***Setelah menyelesaikan naskah, Dewi mengirimnya lalu berangkat ke rumah sakit. Di perjalanan, Dewi di telepon ole Bu Laras dan di suruh cepat-cepat ke rumah sakit. Katanya Dewa mengamuk, jadi Dewi cepat-cepat.Setelah sampai di rumah sakit, Dewi langsung menuju ke kamar Dewa. Sampai di kamarnya, Dewi sangat kaget karena di sana sudah ada Rini beserta orang tuanya."Ada apa ini tante? kok semuanya tegang gini?" tanya Dewi penasaran.Tapi tidak ada yang menjawab, Dewi melihat Bu Laras tapi dia hanya nangis. Pak Bambang juga diam saja, sementara Dewa diam
Mentari telah hadir menyinari bumi, menandakan bahwa dirinya masih bersinar.Pagi ini, Dewi berencana pergi ke rumah sakit menjenguk Dewa. Walaupun sudah mantan, bukan berarti kita harus saling membenci kan"Selamat pagi mama," sapa Dewi"Selamat pagi juga sayang," jawab Bu Susan"Ma, hari ini aku mau ke rumah sakit jenguk Dewa. Mungkin aku pulang agak sore, karena aku mau ke toko buku juga," ucap Dewi pada Bu Susan."Hati-hati di jalan ya Nak, salam sama Dewa dan orang tuanya," jawab Bu Susan."Ia ma, Dewi pergi duluh," ucap Dewi lagi sambil pergi.Sepanjang perjalanan, Dewi selalu memikirkan Dewa. Mau bagaimana lagi, dia masih sayang. Tapi apa hendak di kata, takdir berkata lain, dia harus berpisah dengan kekasihnya.Sesampainya di rumah sakit, Dewi langsung menuju ke kamar Dewa. Di sana sudah ada orang tua Dewa. Dan betapa kagetnya Dewi saat sampai di kamar Dewa, soalnya Bu Laras, alias mamanya Dewa menangis. Dewi kira terjadi
"Mengapa engkau berpaling? apakah aku tidak baik, ataukah aku terlalu terobsesi memilikimu? katakanlah apa yang kamu inginkan agar aku perbaiki," ucap gadis itu dengan nada sedih."Aku sudah bosan sama kamu, kamu sudah tidak menarik bagiku. Aku sudah memiliki pujaan hati," jawab sang laki laki tanpa rasa bersalah."Tidak sadarkah kamu akan ucapanmu? bosan itu hanya sementara, tidak untuk selamanya," ucap sang gadis lagi."Aahhh jangan banyak omong. Pokoknya hari ini juga aku ingin mengakhiri hubungan ini," jawab si laki laki dengan tegas."Baiklah, aku bukan orang yang sempurna. Aku juga tidak bisa melarangmu memilih pasangan hidupmu, karena itulah yang akan menjadi teman hidupmu selamanya," ucap si gadis lagi dengan perasaan sedih."Ok, hari ini kita akhiri hubungan kita. Sekarang kamu bebas, aku tidak akan ikut campur lagi," jawab sang laki laki sambil tersenyum sinis."Baiklah, a