Hari minggu adalah hari istirahat bagi sebagian orang, begitu pula dengan Dewi.
Hari minggu dia nggak ngampus, jadi dia berencana untuk jalan-jalan saja di sekitaran kompleks rumahnya.Setelah bersiap-siap, dia pun berangkat. Hari ini, dia memilih untuk jalan kaki saja. Dia ingin menghirup udara bebas setelah banyaknya problem yang telah terjadi. Apalagi jalan kaki pagi-pagi itu bagus untuk kesehatan.
"Kenapa ya hidupku berantakan gini? apa yang harus aku katakan pada mama? mama maafkan Lala," ucap seseorang yang Dewi tidak tau darimana asalnya.
"Siapa ya yang bicara? Mengapa suaranya begitu dekat?" Gumam Dewi sambil melihat sekeliling, tapi terlalu banyak orang, jadi dia sulit untuk menemukan pemilik suara itu.
"Aduh, uang kuliahku belum lunas lagi. Mana ujian sudah dekat, dapat uang darimana ya? Ya Tuhan, saya harus bagaimana?" suara itu muncul lagi, namun suaranya beda dari yang tadi.
"Waaa, orang itu pasti kaya. Mana perhiasannya banyak banget, hidupnya pasti bahagia sekali. Ya Tuhan, kapan saya bisa punya uang juga? saya sudah bekerja siang malam menjadi kuli tapi penghasilan tidak seberapa, makan pun pas pasan," suara itu ada lagi, dan beda juga orangnya.
"Oh Tuhan, apa yang terjadi padaku? Suara-suara macam apa ini? Ini sangat mengganggu," pekik Dewi lirih.
Karena tidak tahan dengan suara-suara seperti ini, akhirnya dua pun memutuskan untuk pulang.
"Arkkk kenapa tiba-tiba ada suara-suara seperti itu? Apa mungkin saya bisa mendengar suara hati? Arkkk kalau ini benar, bisa-bisa aku jadi gila," ucap Dewi menggerutu.
Sesampainya di rumah, dia pun langsung menuju kamarnya.
"Ngak mungkin saya bisa mendengar suara hati orang lain. Ngak, ini ngak boleh terjadi. Aku tidak mau mendengar suara hati orang lain, ini sangat mengganggu. Hari ini rasanya aneh sekali, aku tidak tau juga apa yang terjadi. Tiba-tiba saja, aku bisa mendengar suara-suara aneh saat jalan-jalan pagi .
Menurut kalian apa yang terjadi pada Dewi? Apakah ini sebuah anugerah ataukah sebuah kutukan? Dia takut sekali, ini pertama kalinya dalam hidupnya bisa mendengar suara hati.
Dewi malah mempostingnya di media sosial. Setelah itu dia lalu mematikan hp lalu berbaring. Lama kelamaan, akhirnya dia terlelap dalam mimpi yang panjang.
"Ini di mana, tempatnya kok asing sekali ya?" ucap Dewi merasa negeri.
Mau tidak mau, dia harus terus berjalan menyusuri hutan belantara yang tidak dia ketahui dimana, dan bagaimana dia bisa sampai ke tempat itu. Lama berjalan, dia tidak kunjung menemukan jalan keluarnya. Akhirnya, dia beristirahat karena kecapean.
Di tengah dia sedang beristirahat, tiba-tiba dia mendengar suara kuda. Semakin lama, suara kuda itu semakin dekat. Dewi pun sangat ketakutan, maka dari itu dia mencoba sembunyi di balik pohon besar.
Saat dia mengintip ke arah kuda itu, dia melihat orang yang menungganginya mirip sekali dengan Dewa. Alangkah terkejutnya dia ketika menyaksikan semua itu, dan di belakangnya, banyak sekali orang. Mungkin itu adalah pengawalnya. Apakah itu kebetulan, atau sebuah ilusi?
Karena ketakutan, dia pun mundur dan menginjak ranting. Dia pun berteriak, karena kaget. Tapi naas, suaranya terdengar oleh orang yang mirip Dewa itu beserta pengawal pengawalnya.
"Oiii, siapa di sana?" teriak salah satu dari mereka.
Dewi terus mengintip dari balik pohon sambil gemetaran karena ketakutan. Dan dia melihat orang yang mirip sekali dengan Dewa turun dari kudanya. Dia berjalan menuju ke arahnya, yang membuat jantungnya semakin berdebar karena ketakutan."Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan? Aku takut sekali. Bagaiaman kalau dia menangkapku, dan menguliti diriku? Tempat macam apa ini?" ucap Dewi sambil terus melihat ke arah mereka dengan ketakutan yang luar biasa.
Dewi pun kembali mengintip, tapi dia sudah tidak melihat orang itu lagi. Para pengawal pengawalnya pun sudah tidak ada, tinggal kuda yang di tunggangi oleh orang mirip Dewa yang tinggal. Dewi pun menarik nafas lega, karena mereka sudah pergi.
"Hufft, selamat. Untung sudah pergi, kalau tidak, aku bisa mati di sini," ucap Dewi pada dirinya sendiri.
Dia pun berbalik, dan alangkah terkejutnya dia ketika berbalik dan orang itu sudah ada di depannya.
Dia pun berteriak, namun sebelum berhasil berteriak, orang itu dengan cepat menutup mulutnya dengan tangannya. Terjadilah adu pandang di antara mereka, dan rasanya Dewi sudah hampir mati akibat serangan jantung."Mmmm," dia pun melepas tangannya.
"Sssttt," dia memberi isyarat untuk diam, makanya Dewi pun diam.
"Kamu siapa? Mengapa berjalan di tengah hutan sendirian? kamu tidak tau kalau tempat ini sagat berbahaya? Jadi, kusarankan kamu untuk pulang," ucap orang itu panjang lebar."Maaf, aku juga tidak tau mengapa bisa ada di tempat ini.Soalnya saya sedang berbaring di kamar tadi, tiba-tiba setelah sadar aku sudah ada di tempat ini. Aku juga tidak tau jalan pulang," jawab Dewi dengan sedih.
Setelah Dewi bercerita, orang itu malah mengerutkan keningnya, mungkin dia sedang berpikir.
"Siapa namamu, dan di mana rumahmu?" tanya orang itu tiba-tiba.
"Namaku Dewi, aku dari Kota Angin," jawab Dewi.
"Dimanakah itu? ini pertama kalinya aku mendengar nama kota itu," ucap orang itu penasaran.
"Kota itu sangat jauh dari sini, dan aku tidak tau jalan pulang. Aku sangat takut," jawab Dewi dengan sedih.
Tiba-tiba saja Dewi mendengar suara harimau, sepertinya suara itu sangat dekat. Karena ketakutan, dia pun melompat memeluk orang yang mirip Dewa itu dengan spontan sambil menangis.
"Bisakah kamu memelukku sebentar lagi? Mengapa rasanya sangat nyaman ada di dekatmu?" Kata suara hati orang yang mirip Dewa itu.
Dewi pun tersenyum senang saat mendengar suara hati orang itu, dan memeluknya semakin erat, orang itu pun juga memeluknya dengan erat.
"Oh iya, namamu siapa, dan kamu berasal darimana?" tanya Dewi penasaran.
"Namaku Dewa, Pangeran Dewa. Aku berasal dari negeri Permai," jawabnya yang membuatku kaget sekali.
Masa ia namanya juga Dewa, apa ini cuma kebetulan atau takdir, atau apalah itu? Ah, entahlah, Aku bingung," batin Dewi.
"Dewi, bagaimana kalau kamu ikut aku ke kerajaan?" tanya orang itu tiba-tiba, yang membuat Dewi jadi kaget.
"Haaa, tapi aku bukan orang yang berasal dari sini Dewa, eh maksudku Pangeran Dewa," ucap Dewi kaget.
"Tenang saja, aku akan melindungimu. Tidak perluh risau bilah bersama denganku," jawab orang itu meyakinkan Dewi.
"Tapi, aku tidak ingin pergi Pangeran," ucap Dewi dengan mimik sedih.
"Mengapa? Mengapa kamu tidak bisa pergi?" Tanya orang itu yang ternyata adalah seorang pangeran.
"Karena aku bukanlah berasal dari negeri ini. Aku berasal dari masa depan, dan aku sedang berada dalam mimpi," jawab Dewi berhati-hati, takut menyinggung pangeran.
"Aku tidak percaya, kamu adalah Dewiku yang telah lama hilang. Aku selalu mencarimu dan mencoba untuk terus meyakinkan orang orang bahwa kamu masih hidup. Dan saat aku menemukanmu, aku tidak akan melepaskanmu lagi," ucap Pangeran Dewa panjang lebar.
Akhirnya Dewi menyetujui untuk mengikutinya, walaupun dia masih takut jikalau nanti terjadi apa-apa.
Mereka pun menaiki kuda sang Pangeran, dan melaju menyusuri hutan belantara. Ini adalah pertama kalinya Dewi naik kuda. Awalnya dia sangat takut, dan memeluk Pangeran Dewa dengan sangat erat dari belakang. Tapi, lama kelamaan takut itu berubah menjadi sebuah kebahagiaan. Tadinya dia memeluk erat Pangeran Dewa, kini dia melepaskan pelukannya dan mencoba menikmati pengalaman pertamanya itu menaiki kuda.
Dewi merasa sangat aneh, kalau dia sedang bermimpi, mengapa semuanya terasa nyata? Dewi sama sekali tidak paham dengan semua ini. Semua ini terlalu nyata untuk di sebut mimpi. Mungkinkah dia sedang berada di zaman kerajaan? arrkk semuanya membingungkan.Dewi tersadar dari lamunannya, ketika kuda meleset sangat kencang. Spontan, dia langsung memeluk Pangeran Dewa dari belakang.
"Hehehehe, maafkan aku Dewi, aku tidak bermaksud seperti ini. Tapi, aku sangat merindukanmu setelah sekian lama tidak bertemu denganmu." kata suara hati Pangeran Dewa yang membuat Dewi senyum senyum sendiri.
"Tadi kamu ngomong apa?" tanya Dewi sambil senyum-senyum, mencoba menggoda sang Pangeran.
"Aku tidak ngomong apa-apa dari tadi, emangnya ada apa?" tanya Pangeran heran.
"Oh tidak apa-apa kok, aku kira kamu bicara tadi," jawab Dewi sembari terus tersenyum.
Tibalah mereka di sebuah kerajaan yang sangat indah dan megah, rakyatnya juga sepertinya hidup makmur. Kelihatan dari bangunan bangunan yang hampir semuanya megah dan para warganya sepertinya hidup dengan rukun dan damai.
"Kamu pakai baju ini duluh ya, aku pakai yang ini. Kita harus berbaur dengan mereka, agar tidak ada yang mengenali kita," ucap sang Pangeran memberikan Dewi pakaian ganti.
"Mengapa kita harus memakai pakaian ini? Bukannya kamu adalah Pangeran? Lalu untuk apa semua ini," tanya Dewi heran sekaligus penasaran.
"Karena mereka menganggap bahwa kamu sudah tiada, maka dari itu kamu harus memakai pakaian ini, untuk menghindari mereka," jawab Pangeran Dewa, walaupun Dewi masih belum mengerti, tapi ia mengiyakan saja.
"Baiklah, terima kasih," jawab Dewi sambil tersenyum.
Setelah ganti baju, mereka pun jalan-jalan di sekitar pasar. Suasana pasarnya sangat damai, tidak seperti suasana di kota Dewi yang penuh dengan suara tawar menawar dari penjual dan pembeli.
Saat sedang asyik berjalan-jalan, tiba-tiba perut Dewi bunyi, menandakan kalau sekarang waktunya makan. Membuat malu saja, apalagi yang ada di samping adalah sang pangeran. Hahaha nggak kebayang bagaimana ekspresi Dewi menahan rasa malu.
"Dewi lapar ya?" tanya Dewa sambil tersenyum.
"Hehehe, iya nih, aku lapar banget," jawab Dewi sambil nyengir karena malu.
"Ya sudah, mari kita cari makan di sekitar sini," ucap Dewa sambil menggenggam tangan Dewi menjauhi kerumunan.
Ya Tuhan, jika ini adalah mimpi, maka biarkanlah mimpi ini terus berlanjut. Hanya di sini aku bisa memandangi Dewa sepuasku," batin Dewi.
Dewi merasa sangat bahagia walau ini hanyalah mimpi, setidaknya rindunya pada Dewa bisa terobati.Setelah cukup lama mencari kedai yang masih terbuka, akhirnya mereka pun menemukannya. Sepertinya kedai itu sangat ramai pengunjung, sampai sampai mereka berdua hampir tidak mendapat tempat. Telat sedikit saja, maka mereka keduluan sama pelanggan lain.
Mereka pun duduk melepas penat setelah seharian berpetualang. Mereka berdua kemudian memesan makanan yang menurut mereka enak. Karena Dewi masih merasa asing dengan tempat itu, maka dia memesan makanan yang sama dengan sang Pangeran. Sang Pangeran hanya tersenyum melihat kebingungan Dewi. Soalnya, menurut sang Pangeran bahwa Dewi semakin manis ketika dia sedang kebingungan. Hehehe ada ada saja, orang sedang kebingungan kok di bilang manis.
Dewi merasa kalau sang Pangeran selalu memperhatikannya. Dia jadi salah tingkah kan, ini semua ulah pangeran. Tidak senang apa kalau tidak mengganggu orang. Tapi ya jangan sampai kebahagiaan ini cepat berlalu, ia kan.
"Dewaaaa, kamu di mana? Aku takut," teriak Dewi memanggil Dewa sambil menangis ketakutan, dan duduk di pojok lemari bersembunyi.Tadi, Dewa menyuruhnya untuk menunggu di tempat penjual barang-barang antik. Katanya, dia mau mencari makanan buat Dewi, karena dia masih lapar. Ya elah, perutnya karet kali ya, hehehe.Tapi, di saat Dewi menunggu Dewa, ada segerombolan penjahat mengganggunya. Ya, katanya makmur, kok masih ada penjahat ya. Aduh, dunia dunia."Hai nona cantik, sedang apa di sini. Mengapa engkau sendirian? Kita temani main-main ya," ucap salah satu dari mereka ketawa sambil memegang tangan Dewi."Maaf pak, saya sedang menunggu teman saya," jawab Dewi tenang sambil melepaskan tangannya."Main sama kita-kita saja, kita kasih yang enak-enak. Hahahaha," kata yang lainnya lagi memegang rambut Dewi sambil tertawa."Pak, maaf ya saya sedang menunggu teman saya. Kenapa bapak-bapak ini selalu mengganggu? Saya sudah bilang saya tidak mau
Setiap saat dalam hidup ini, Dewa ingin selalu berada di dekat Dewi. Dia tidak mau melepaskannya walau hanya sedetik saja.Itulah yang Dewa inginkan dalam hidupnya. Bisa bersama dengan Dewi selamanya adalah sebuah harapan terbesar dalam hidupnya.Dia tidak pernah membayangkan bagaimana hidupnya bila suatu saat Dewi hilang dari kehidupannya. Dia sangat mencintainya lebih dari hidupnya sendiri."Dewi, apakah kamu mau hidup denganku selamanya?" tanya Dewa tiba-tiba."Mengapa kamu menanyakan hal seperti itu Dewa," tanya Dewi balik."Aku hanya takut, bila suatu hari nanti kamu pergi dari hidupku," jawab Dewa dengan wajah lesuh dan sedih.Dewi pun di landa kecemasan. pasalnya, dia bukan berasal dari negeri ini. Dan tempat ini bukanlah tempatnya, karena dia berasal dari masa depan.Bagaimana mungkin dua generasi yang berbeda bisa bersatu, itu sangat mustahil.Dia tidak tahu saja, kalau ini adalah bumi di zaman duluh. Sebuah zaman yang j
Setelah berendam, kini mereka pergi memakai pakaian masing-masing. Namun, saat ingin memakai pakaian, Dewi pun bingung. Soalnya dia tidak memiliki baju selain yang di kenakan sekarang, dia makin bingung dan tidak tahu harus bagaimana. Masa ia bajunya harus kering di badan, kan nggak lucu.Dia pun menuju ke tempat Dewa dan menanyakan apakah ada pakaian yang bisa ia kenakan."Dewa, apa di sini ada pakaian yang bisa aku kenakan? Aku tidak memiliki pakaian lagi selain yang ku kenakan sekarang," tanya Dewi dengan panik."Hei, mengapa kamu panik? Kemarilah biar aku tunjukkan sesuatu padamu," jawab Dewa dengan tersenyum sambil membawa Dewi ke kamarnya."Mengapa kita kesini?" tanya Dewi ragu-ragu."Tenang saja, aku tidak akan macam-macam. Aku hanya akan menunjukkan ini padamu," jawab Dewa dengan antusias sambil membuka lemari."Waaa pakaian-pakaian ini indah sekali. Eh, tapi tunggu, mengapa banyak sekali pakaian perempuan di sini?" tanya Dewi sekali
Senja kini kembali ke peraduannya, di gantikan oleh kegelapan yang kini menguasai. Namun, gemerlap bintang-bintang dan sinar rembulan mampu menyaingi gelapnya malam.Kini, semua insan telah mengistirahatkan tubuh yang lelah setelah seharian beraktivitas, dan larut dalam mimpinya masing-masing.Tidak terkecuali, Dewi yang kini larut dalam mimpi yang sama dengan mimpinya yang lalu."Kok aku seperti mengenali tempat ini ya? ini di mana, kok familiar sekali?" ucap Dewi pada dirinya sendiri."Tunggu, bukannya ini tempat Dewa ya? tapi kok aku bisa ke sini lagi? Tidak mungkin kan orang akan memimpikan sesuatu yang sama untuk kesekian kalinya. Apa ini kebetulan, ataukah memang ada dunia lain? ataukah aku memang kembali ke sebuah sejarah di masa lalu? huuuffttt ini membuatku bingung saja. Ya sudahlah, aku akan berkeliling di tempat ini duluh. Siapa tahu ketemu sesuatu yang bisa aku jadikan petunjuk, mengapa aku bisa bermimpi seperti ini," ucap Dewi sambil berjalan
"Mengapa engkau berpaling? apakah aku tidak baik, ataukah aku terlalu terobsesi memilikimu? katakanlah apa yang kamu inginkan agar aku perbaiki," ucap gadis itu dengan nada sedih."Aku sudah bosan sama kamu, kamu sudah tidak menarik bagiku. Aku sudah memiliki pujaan hati," jawab sang laki laki tanpa rasa bersalah."Tidak sadarkah kamu akan ucapanmu? bosan itu hanya sementara, tidak untuk selamanya," ucap sang gadis lagi."Aahhh jangan banyak omong. Pokoknya hari ini juga aku ingin mengakhiri hubungan ini," jawab si laki laki dengan tegas."Baiklah, aku bukan orang yang sempurna. Aku juga tidak bisa melarangmu memilih pasangan hidupmu, karena itulah yang akan menjadi teman hidupmu selamanya," ucap si gadis lagi dengan perasaan sedih."Ok, hari ini kita akhiri hubungan kita. Sekarang kamu bebas, aku tidak akan ikut campur lagi," jawab sang laki laki sambil tersenyum sinis."Baiklah, a
Mentari telah hadir menyinari bumi, menandakan bahwa dirinya masih bersinar.Pagi ini, Dewi berencana pergi ke rumah sakit menjenguk Dewa. Walaupun sudah mantan, bukan berarti kita harus saling membenci kan"Selamat pagi mama," sapa Dewi"Selamat pagi juga sayang," jawab Bu Susan"Ma, hari ini aku mau ke rumah sakit jenguk Dewa. Mungkin aku pulang agak sore, karena aku mau ke toko buku juga," ucap Dewi pada Bu Susan."Hati-hati di jalan ya Nak, salam sama Dewa dan orang tuanya," jawab Bu Susan."Ia ma, Dewi pergi duluh," ucap Dewi lagi sambil pergi.Sepanjang perjalanan, Dewi selalu memikirkan Dewa. Mau bagaimana lagi, dia masih sayang. Tapi apa hendak di kata, takdir berkata lain, dia harus berpisah dengan kekasihnya.Sesampainya di rumah sakit, Dewi langsung menuju ke kamar Dewa. Di sana sudah ada orang tua Dewa. Dan betapa kagetnya Dewi saat sampai di kamar Dewa, soalnya Bu Laras, alias mamanya Dewa menangis. Dewi kira terjadi
Hari ini adalah hari rabu, hari di mana Dewa keluar dari rumah sakit. Karena Dewi di minta oleh Bu Laras ke rumah sakit pagi ini, makanya Dewi pun bersiap-siap.Tapi karena ada kendala, mungkin dia berangkat agak siang. Karena Dewa keluar dari rumah sakit juga sore sekitar pukul 16.00.Hari ini Dewi harus menuntaskan naskahnya duluh dan harus di kirim sebelum sore untuk review.***Setelah menyelesaikan naskah, Dewi mengirimnya lalu berangkat ke rumah sakit. Di perjalanan, Dewi di telepon ole Bu Laras dan di suruh cepat-cepat ke rumah sakit. Katanya Dewa mengamuk, jadi Dewi cepat-cepat.Setelah sampai di rumah sakit, Dewi langsung menuju ke kamar Dewa. Sampai di kamarnya, Dewi sangat kaget karena di sana sudah ada Rini beserta orang tuanya."Ada apa ini tante? kok semuanya tegang gini?" tanya Dewi penasaran.Tapi tidak ada yang menjawab, Dewi melihat Bu Laras tapi dia hanya nangis. Pak Bambang juga diam saja, sementara Dewa diam
Senja kini kembali ke peraduannya, di gantikan oleh kegelapan yang kini menguasai. Namun, gemerlap bintang-bintang dan sinar rembulan mampu menyaingi gelapnya malam.Kini, semua insan telah mengistirahatkan tubuh yang lelah setelah seharian beraktivitas, dan larut dalam mimpinya masing-masing.Tidak terkecuali, Dewi yang kini larut dalam mimpi yang sama dengan mimpinya yang lalu."Kok aku seperti mengenali tempat ini ya? ini di mana, kok familiar sekali?" ucap Dewi pada dirinya sendiri."Tunggu, bukannya ini tempat Dewa ya? tapi kok aku bisa ke sini lagi? Tidak mungkin kan orang akan memimpikan sesuatu yang sama untuk kesekian kalinya. Apa ini kebetulan, ataukah memang ada dunia lain? ataukah aku memang kembali ke sebuah sejarah di masa lalu? huuuffttt ini membuatku bingung saja. Ya sudahlah, aku akan berkeliling di tempat ini duluh. Siapa tahu ketemu sesuatu yang bisa aku jadikan petunjuk, mengapa aku bisa bermimpi seperti ini," ucap Dewi sambil berjalan
Setelah berendam, kini mereka pergi memakai pakaian masing-masing. Namun, saat ingin memakai pakaian, Dewi pun bingung. Soalnya dia tidak memiliki baju selain yang di kenakan sekarang, dia makin bingung dan tidak tahu harus bagaimana. Masa ia bajunya harus kering di badan, kan nggak lucu.Dia pun menuju ke tempat Dewa dan menanyakan apakah ada pakaian yang bisa ia kenakan."Dewa, apa di sini ada pakaian yang bisa aku kenakan? Aku tidak memiliki pakaian lagi selain yang ku kenakan sekarang," tanya Dewi dengan panik."Hei, mengapa kamu panik? Kemarilah biar aku tunjukkan sesuatu padamu," jawab Dewa dengan tersenyum sambil membawa Dewi ke kamarnya."Mengapa kita kesini?" tanya Dewi ragu-ragu."Tenang saja, aku tidak akan macam-macam. Aku hanya akan menunjukkan ini padamu," jawab Dewa dengan antusias sambil membuka lemari."Waaa pakaian-pakaian ini indah sekali. Eh, tapi tunggu, mengapa banyak sekali pakaian perempuan di sini?" tanya Dewi sekali
Setiap saat dalam hidup ini, Dewa ingin selalu berada di dekat Dewi. Dia tidak mau melepaskannya walau hanya sedetik saja.Itulah yang Dewa inginkan dalam hidupnya. Bisa bersama dengan Dewi selamanya adalah sebuah harapan terbesar dalam hidupnya.Dia tidak pernah membayangkan bagaimana hidupnya bila suatu saat Dewi hilang dari kehidupannya. Dia sangat mencintainya lebih dari hidupnya sendiri."Dewi, apakah kamu mau hidup denganku selamanya?" tanya Dewa tiba-tiba."Mengapa kamu menanyakan hal seperti itu Dewa," tanya Dewi balik."Aku hanya takut, bila suatu hari nanti kamu pergi dari hidupku," jawab Dewa dengan wajah lesuh dan sedih.Dewi pun di landa kecemasan. pasalnya, dia bukan berasal dari negeri ini. Dan tempat ini bukanlah tempatnya, karena dia berasal dari masa depan.Bagaimana mungkin dua generasi yang berbeda bisa bersatu, itu sangat mustahil.Dia tidak tahu saja, kalau ini adalah bumi di zaman duluh. Sebuah zaman yang j
"Dewaaaa, kamu di mana? Aku takut," teriak Dewi memanggil Dewa sambil menangis ketakutan, dan duduk di pojok lemari bersembunyi.Tadi, Dewa menyuruhnya untuk menunggu di tempat penjual barang-barang antik. Katanya, dia mau mencari makanan buat Dewi, karena dia masih lapar. Ya elah, perutnya karet kali ya, hehehe.Tapi, di saat Dewi menunggu Dewa, ada segerombolan penjahat mengganggunya. Ya, katanya makmur, kok masih ada penjahat ya. Aduh, dunia dunia."Hai nona cantik, sedang apa di sini. Mengapa engkau sendirian? Kita temani main-main ya," ucap salah satu dari mereka ketawa sambil memegang tangan Dewi."Maaf pak, saya sedang menunggu teman saya," jawab Dewi tenang sambil melepaskan tangannya."Main sama kita-kita saja, kita kasih yang enak-enak. Hahahaha," kata yang lainnya lagi memegang rambut Dewi sambil tertawa."Pak, maaf ya saya sedang menunggu teman saya. Kenapa bapak-bapak ini selalu mengganggu? Saya sudah bilang saya tidak mau
Hari minggu adalah hari istirahat bagi sebagian orang, begitu pula dengan Dewi.Hari minggu dia nggak ngampus, jadi dia berencana untuk jalan-jalan saja di sekitaran kompleks rumahnya.Setelah bersiap-siap, dia pun berangkat. Hari ini, dia memilih untuk jalan kaki saja. Dia ingin menghirup udara bebas setelah banyaknya problem yang telah terjadi. Apalagi jalan kaki pagi-pagi itu bagus untuk kesehatan."Kenapa ya hidupku berantakan gini? apa yang harus aku katakan pada mama? mama maafkan Lala," ucap seseorang yang Dewi tidak tau darimana asalnya."Siapa ya yang bicara? Mengapa suaranya begitu dekat?" Gumam Dewi sambil melihat sekeliling, tapi terlalu banyak orang, jadi dia sulit untuk menemukan pemilik suara itu."Aduh, uang kuliahku belum lunas lagi. Mana ujian sudah dekat, dapat uang darimana ya? Ya Tuhan, saya harus bagaimana?" suara itu muncul lagi, namun suaranya beda dari yang tadi."Waaa, orang itu pasti kaya. Mana perhiasann
Hari ini adalah hari rabu, hari di mana Dewa keluar dari rumah sakit. Karena Dewi di minta oleh Bu Laras ke rumah sakit pagi ini, makanya Dewi pun bersiap-siap.Tapi karena ada kendala, mungkin dia berangkat agak siang. Karena Dewa keluar dari rumah sakit juga sore sekitar pukul 16.00.Hari ini Dewi harus menuntaskan naskahnya duluh dan harus di kirim sebelum sore untuk review.***Setelah menyelesaikan naskah, Dewi mengirimnya lalu berangkat ke rumah sakit. Di perjalanan, Dewi di telepon ole Bu Laras dan di suruh cepat-cepat ke rumah sakit. Katanya Dewa mengamuk, jadi Dewi cepat-cepat.Setelah sampai di rumah sakit, Dewi langsung menuju ke kamar Dewa. Sampai di kamarnya, Dewi sangat kaget karena di sana sudah ada Rini beserta orang tuanya."Ada apa ini tante? kok semuanya tegang gini?" tanya Dewi penasaran.Tapi tidak ada yang menjawab, Dewi melihat Bu Laras tapi dia hanya nangis. Pak Bambang juga diam saja, sementara Dewa diam
Mentari telah hadir menyinari bumi, menandakan bahwa dirinya masih bersinar.Pagi ini, Dewi berencana pergi ke rumah sakit menjenguk Dewa. Walaupun sudah mantan, bukan berarti kita harus saling membenci kan"Selamat pagi mama," sapa Dewi"Selamat pagi juga sayang," jawab Bu Susan"Ma, hari ini aku mau ke rumah sakit jenguk Dewa. Mungkin aku pulang agak sore, karena aku mau ke toko buku juga," ucap Dewi pada Bu Susan."Hati-hati di jalan ya Nak, salam sama Dewa dan orang tuanya," jawab Bu Susan."Ia ma, Dewi pergi duluh," ucap Dewi lagi sambil pergi.Sepanjang perjalanan, Dewi selalu memikirkan Dewa. Mau bagaimana lagi, dia masih sayang. Tapi apa hendak di kata, takdir berkata lain, dia harus berpisah dengan kekasihnya.Sesampainya di rumah sakit, Dewi langsung menuju ke kamar Dewa. Di sana sudah ada orang tua Dewa. Dan betapa kagetnya Dewi saat sampai di kamar Dewa, soalnya Bu Laras, alias mamanya Dewa menangis. Dewi kira terjadi
"Mengapa engkau berpaling? apakah aku tidak baik, ataukah aku terlalu terobsesi memilikimu? katakanlah apa yang kamu inginkan agar aku perbaiki," ucap gadis itu dengan nada sedih."Aku sudah bosan sama kamu, kamu sudah tidak menarik bagiku. Aku sudah memiliki pujaan hati," jawab sang laki laki tanpa rasa bersalah."Tidak sadarkah kamu akan ucapanmu? bosan itu hanya sementara, tidak untuk selamanya," ucap sang gadis lagi."Aahhh jangan banyak omong. Pokoknya hari ini juga aku ingin mengakhiri hubungan ini," jawab si laki laki dengan tegas."Baiklah, aku bukan orang yang sempurna. Aku juga tidak bisa melarangmu memilih pasangan hidupmu, karena itulah yang akan menjadi teman hidupmu selamanya," ucap si gadis lagi dengan perasaan sedih."Ok, hari ini kita akhiri hubungan kita. Sekarang kamu bebas, aku tidak akan ikut campur lagi," jawab sang laki laki sambil tersenyum sinis."Baiklah, a