Beranda / Fantasi / Sang Malaikat / Keadaan yang Menyakitkan

Share

Keadaan yang Menyakitkan

Penulis: Sermiati mdk
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-19 20:34:05

Mentari telah hadir menyinari bumi, menandakan bahwa dirinya masih bersinar.

Pagi ini, Dewi berencana pergi ke rumah sakit menjenguk Dewa. Walaupun sudah mantan, bukan berarti kita harus saling membenci kan

"Selamat pagi mama," sapa Dewi

"Selamat pagi juga sayang," jawab Bu Susan

"Ma, hari ini aku mau ke rumah sakit jenguk Dewa. Mungkin aku pulang agak sore, karena aku mau ke toko buku juga," ucap Dewi pada Bu Susan.

"Hati-hati di jalan ya Nak, salam sama Dewa dan orang tuanya," jawab Bu Susan.

"Ia ma, Dewi pergi duluh," ucap Dewi lagi sambil pergi.

Sepanjang perjalanan, Dewi selalu memikirkan Dewa. Mau bagaimana lagi, dia masih sayang. Tapi apa hendak di kata, takdir berkata lain, dia harus berpisah dengan kekasihnya.

Sesampainya di rumah sakit, Dewi langsung menuju ke kamar Dewa. Di sana sudah ada orang tua Dewa. Dan betapa kagetnya Dewi saat sampai di kamar Dewa, soalnya Bu Laras, alias mamanya Dewa menangis. Dewi kira terjadi sesuatu sama Dewa. 

"Tante, apa yang terjadi? Kenapa tante menangis? Terus Dewa mana?" tanya Dewi panik.

Tanpa menjawab, Bu Laras memeluk Dewi dan terus menangis. 

"Tante, ada apa sebenarnya?" tanya Dewi lagi.

"Dewa kembali koma sayang, sekarang sedang di tangani oleh dokter," ucap Bu Laras sambil menangis. 

Dewi yang mendengar penuturan Bu Laras pun langsung kaget. Kenapa nasibmu begini sih Dewa. 

Dewi dan Bu Laras pun duduk sambil menunggu kabar selanjutnya. Pak Bambang alias papanya Dewa juga terus gelisa dari tadi. Pak Bambang selalu mondar mandir menunggu kabar dari dokter. Setelah lama menunggu, dokter pun datang.

"Dokter, bagaimana keadaan anak saya? Dia baik-baik saja kan?" tanya Bu Laras dengan penuh khawatir sambil terus menangis.

"Anak ibu sudah melewati masa kritisnya," jawab dokter sambil tersenyum.

"Terima kasih Dokter, terima kasih. Apakah saya boleh melihat Dewa sekarang?"  tanya Bu Laras dan pak Bambang.

"Silahkan bu, pak," jawab dokter. 

Mereka pun langsung menuju ke kamar Dewa. Sesampainya mereka di kamar Dewa, ternyata dia sudah bangun. Mereka sangat bahagia, soalnya Dewa sudah kembali sadar.

Tapi, saat mereka sedang asyik berbincang-bincang, orang tua dari pacarnya Dewa datang dan mereka mengamuk. Katanya anak mereka kecelakaan gara-gara Dewa.

"Hei anak sialan, kamu harus tanggung jawab soal keadaan anak saya. Gara-gara anak sialan itu, anak saya jadi seperti ini" Bentak pak Malik alias papanya Rini. Rini adalah nama pacarnya Dewa.

"Pak, tenang duluh. Apakah bapak tidak lihat keadaan anak saya sekarang? anak saya juga sakit pak," jawab pak Bambang berusaha menenangkan pak Malik.

"Saya tidak mau tau, pokoknya kalian harus bertanggung jawab. Gara-gara anak sialan ini, anak saya masuk rumah sakit," ucap pak Malik sambil pergi membawa Rini.

Mendengar semua itu, Dewa langsung teriak-teriak. Dia tidak menerima keadaannya yang sekarang. Dewi dan orang tuanya mencoba menenangkan dia. Mau bagaimana lagi, ini sudah takdir yang telah di tentukan oleh sang kuasa. Tuhan berusaha untuk memberikan yang terbaik pada umatNYA, namun seringkali kita para manusia mengabaikannya, dan lebih mementingkan ego.

"Nak, ini semua musibah. Tidak ada yang perluh di salahkan, Dewa tidak boleh menyalahkan diri sendiri," ucap pak Bambang  menenangkan Dewa.

"Ia nak, ini semua bukan salah Dewa. Ini musibah, tenangkan dirimu duluh sayang," ucap Bu Laras mencoba untuk menenangkan Dewa juga.

"Ngak ma, pa, ini semua salah Dewa. Dewa yang salah," ucap Dewa sambil menangis histeris.

"Dewa, kamu harus tenang ya. Kamu harus yakin Rini ngak apa-apa, dan ini bukan salah kamu. Ini adalah musibah," ucap Dewi juga menenangkannya.

"Dewi, apa ini karma buat aku? Karena aku telah menyia-nyiakan orang berhati malaikat sepertimu," tanya Dewa yang membuat Dewi semakin sedih.

"Dewa, dengarin aku ya. Ini bukan karma, ini adalah musibah. Tidak ada orang yang tau kapan musibah itu datang, kamu harus percaya itu," jawab Dewi lagi.

"Dewi, maafin aku ya. Aku telah banyak salah padamu" ucap Dewa tiba-tiba minta maaf.

"Minta maaf buat apa? emang kamu salah apa sama aku?" tanya Dewi sambil mengerutkan keningnya.

"Mungkin ini adalah karma buat aku, karena telah menyia-nyiakan orang berhati malaikat seperti kamu," ucap Dewa sambil terus menagis.

"Dewa, kamu ingat ngak kemarin aku ngomong apa? aku kan sudah bilang, keputusan yang telah kamu ambil jangan pernah kamu sesali seburuk apapun keputusanmu itu. Kamu kan sudah bilang ngak akan menyesal," jawab Dewi sambil menahan air matanya supaya tidak membentuk anak sungai, hehehe.

Orang tua Dewa juga sedih mendengar keputusan Dewa untuk meninggalkan Dewi, karena sudah menemukan yang baru. Mereka sangat menyayangkan keputusan Dewa yang sangat menyakitkan itu, dikarenakan Bu Laras dan pak Bambang sudah menganggap Dewi sebagai anak mereka.

"Dewi, maafin Dewa yang telah menyia-nyiakan kamu demi perempuan lain. Tante juga kecewa atas keputusan Dewa, tapi Tante tidak bisa berbuat banyak,"  ucap Bu Laras.

"Ia tante, aku selalu memaafkan dia kok. Lagian, itu adalah keputusannya sendiri. Dewa sudah dewasa, dan dia tau mana yang terbaik buat hidupnya. Jadi, aku tidak bisa melarang dia buat pergi," jawab Dewi sambil meneteskan air mata.

Mendengar penuturan Dewi, Bu Laras semakin sedih. Bahkan, pak Bambang pun ikut menangis.

Dewi melihat jam tangannya, dan ternyata sudah jam 3 sore. Itu berarti dia harus ke toko buku sekarang.

"Om, Tante, Dewa, aku harus pergi sekarang. Aku mau ke toko buku. Semoga cepat sembuh ya Dewa. Saya pamit duluh," ucap Dewi pamit.

"Terima kasih ya Nak, kamu sudah seharian nungguin Dewa," ucap pak Bambang.

"Ia om, sama-sama," jawab Dewi.

"Hati-hati pulangnya ya nak," ucap Bu Laras. 

"Ia tante, terima kasih," jawab Dewi lalu pergi.

***

Sesampainya di toko buku, Dewi langsung mencari buku bahasa Indonesia. Sambil mencari buku yang dia mau, dia terus saja memikirkan keadaan Dewa. Tanpa sengaja, dia menabrak seseorang. 

"Aduh, maaf-maaf, saya tidak sengaja," ucap Dewi.

"Ia, ngak apa-apa kok. Maaf juga," jawab orang itu. Untung dia tidak marah, coba kalau marah, bisa berabe urusannya.

Dewi pun pergi meninggalkan orang itu dan melanjutkan mencari buku.

"Di bagian mana sih itu buku? dari tadi nyari ngak ketemu-ketemu," ucap Dewi pada dirinya sendiri sambil terus menggerutu.

Aku sudah capek mencari buku yang di suruh guru, tapi belum ketemu juga. Aduh capek tau ngak.

Karena ngak berhasil dapat buku itu, Dewi pun pulang. Saat sampai di parkiran, Dewi ketemu lagi sama orang yang dia tabrak tadi.

"Hai, bukannya kamu tadi yang aku tabrak kan?" tanya Dewi.

"Eh kamu, mau pulang ya?" tanya orang itu balik.

"Ia nih, lagian nyari buku ngak ketemu-ketemu."  jawab Dewi lesu.

"Emang nyari buku apa?" tanya orang itu.

"Lagi cari buku bahasa Indonesia, tapi susah nyarinya,"  jawab Dewi.

"Oh, mari saya antar. Kebetulan toko ini milik saya," ucap orang itu.

"Serius?" tanya Dewi merasa senang.

"Ia," jawab orang itu.

"Oh iya, kita belum kenalan. Nama saya Yuda, kalau adek?" tanya orang itu, yang ternyata bernama Yuda.

"Saya Dewi kak," jawab Dewi.

Setelah berkenalan, mereka pun kembali lagi ke toko Permata milik Yuda.

"Kak, bukunya di sebelah mana?" tanya Dewi.

"Di sebelah kanan dek, samping buku akuntansi," jawab Yuda.

"Tadi saya kesana kak, tapi kok nggak nemu ya? Apa saya kurang teliti kali ya kak," jawab Dewi sambil tersenyum.

Saat Dewi melihat rak buku bahasa Indonesia, dia menemukannya. Tapi, bukunya tinggi sekali, bagaimana dia bisa mengambilnya? Dewi pun melompat-lompat untuk mengambil buku itu, tapi tidak sampai-sampai juga. Tiba-tiba, dia merasa ada yang berdiri di belakangnya. Dia pun jadi merinding. Saat berbalik, dan ternyata Yuda. 

"Eh kakak, kok ngak bilang-bilang kalau kakak ada di belakangku?" tanya Dewi agak malu.

"Soalnya kamu sibuk sekali sih, jadi ngak dengar kakak," jawab Yuda dengan santai.

Setelah mendapat buku yang dia mau, dia pun  membayar dan langsung pergi tanpa mengucapkan terima kasih pada Yuda.

Di perjalanan, Dewi terus mengingat kejadian tadi. Dia sangat bingung sendiri, kok bisa ya dia sampai deh degan dekat Yuda.

Rasa suka memang tidak di tau kapan datang. Seperti ini, datang tiba-tiba tanpa permisi. Bukannya Dewi mulai berpaling ya, tapi dia memang mudah sekali suka sama orang, tapi sulit untuk jatuh cinta.

Ah, ada apa dengan hari ini, Dewi jadi pusing sendiri.

Bab terkait

  • Sang Malaikat   Di Putuskan

    Hari ini adalah hari rabu, hari di mana Dewa keluar dari rumah sakit. Karena Dewi di minta oleh Bu Laras ke rumah sakit pagi ini, makanya Dewi pun bersiap-siap.Tapi karena ada kendala, mungkin dia berangkat agak siang. Karena Dewa keluar dari rumah sakit juga sore sekitar pukul 16.00.Hari ini Dewi harus menuntaskan naskahnya duluh dan harus di kirim sebelum sore untuk review.***Setelah menyelesaikan naskah, Dewi mengirimnya lalu berangkat ke rumah sakit. Di perjalanan, Dewi di telepon ole Bu Laras dan di suruh cepat-cepat ke rumah sakit. Katanya Dewa mengamuk, jadi Dewi cepat-cepat.Setelah sampai di rumah sakit, Dewi langsung menuju ke kamar Dewa. Sampai di kamarnya, Dewi sangat kaget karena di sana sudah ada Rini beserta orang tuanya."Ada apa ini tante? kok semuanya tegang gini?" tanya Dewi penasaran.Tapi tidak ada yang menjawab, Dewi melihat Bu Laras tapi dia hanya nangis. Pak Bambang juga diam saja, sementara Dewa diam

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-19
  • Sang Malaikat   Mulai Mendengar Suara Hati

    Hari minggu adalah hari istirahat bagi sebagian orang, begitu pula dengan Dewi.Hari minggu dia nggak ngampus, jadi dia berencana untuk jalan-jalan saja di sekitaran kompleks rumahnya.Setelah bersiap-siap, dia pun berangkat. Hari ini, dia memilih untuk jalan kaki saja. Dia ingin menghirup udara bebas setelah banyaknya problem yang telah terjadi. Apalagi jalan kaki pagi-pagi itu bagus untuk kesehatan."Kenapa ya hidupku berantakan gini? apa yang harus aku katakan pada mama? mama maafkan Lala," ucap seseorang yang Dewi tidak tau darimana asalnya."Siapa ya yang bicara? Mengapa suaranya begitu dekat?" Gumam Dewi sambil melihat sekeliling, tapi terlalu banyak orang, jadi dia sulit untuk menemukan pemilik suara itu."Aduh, uang kuliahku belum lunas lagi. Mana ujian sudah dekat, dapat uang darimana ya? Ya Tuhan, saya harus bagaimana?" suara itu muncul lagi, namun suaranya beda dari yang tadi."Waaa, orang itu pasti kaya. Mana perhiasann

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-19
  • Sang Malaikat   Negeri dalam Mimpi

    "Dewaaaa, kamu di mana? Aku takut," teriak Dewi memanggil Dewa sambil menangis ketakutan, dan duduk di pojok lemari bersembunyi.Tadi, Dewa menyuruhnya untuk menunggu di tempat penjual barang-barang antik. Katanya, dia mau mencari makanan buat Dewi, karena dia masih lapar. Ya elah, perutnya karet kali ya, hehehe.Tapi, di saat Dewi menunggu Dewa, ada segerombolan penjahat mengganggunya. Ya, katanya makmur, kok masih ada penjahat ya. Aduh, dunia dunia."Hai nona cantik, sedang apa di sini. Mengapa engkau sendirian? Kita temani main-main ya," ucap salah satu dari mereka ketawa sambil memegang tangan Dewi."Maaf pak, saya sedang menunggu teman saya," jawab Dewi tenang sambil melepaskan tangannya."Main sama kita-kita saja, kita kasih yang enak-enak. Hahahaha," kata yang lainnya lagi memegang rambut Dewi sambil tertawa."Pak, maaf ya saya sedang menunggu teman saya. Kenapa bapak-bapak ini selalu mengganggu? Saya sudah bilang saya tidak mau

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-20
  • Sang Malaikat   Aku Mencintaimu

    Setiap saat dalam hidup ini, Dewa ingin selalu berada di dekat Dewi. Dia tidak mau melepaskannya walau hanya sedetik saja.Itulah yang Dewa inginkan dalam hidupnya. Bisa bersama dengan Dewi selamanya adalah sebuah harapan terbesar dalam hidupnya.Dia tidak pernah membayangkan bagaimana hidupnya bila suatu saat Dewi hilang dari kehidupannya. Dia sangat mencintainya lebih dari hidupnya sendiri."Dewi, apakah kamu mau hidup denganku selamanya?" tanya Dewa tiba-tiba."Mengapa kamu menanyakan hal seperti itu Dewa," tanya Dewi balik."Aku hanya takut, bila suatu hari nanti kamu pergi dari hidupku," jawab Dewa dengan wajah lesuh dan sedih.Dewi pun di landa kecemasan. pasalnya, dia bukan berasal dari negeri ini. Dan tempat ini bukanlah tempatnya, karena dia berasal dari masa depan.Bagaimana mungkin dua generasi yang berbeda bisa bersatu, itu sangat mustahil.Dia tidak tahu saja, kalau ini adalah bumi di zaman duluh. Sebuah zaman yang j

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-30
  • Sang Malaikat   Dilema

    Setelah berendam, kini mereka pergi memakai pakaian masing-masing. Namun, saat ingin memakai pakaian, Dewi pun bingung. Soalnya dia tidak memiliki baju selain yang di kenakan sekarang, dia makin bingung dan tidak tahu harus bagaimana. Masa ia bajunya harus kering di badan, kan nggak lucu.Dia pun menuju ke tempat Dewa dan menanyakan apakah ada pakaian yang bisa ia kenakan."Dewa, apa di sini ada pakaian yang bisa aku kenakan? Aku tidak memiliki pakaian lagi selain yang ku kenakan sekarang," tanya Dewi dengan panik."Hei, mengapa kamu panik? Kemarilah biar aku tunjukkan sesuatu padamu," jawab Dewa dengan tersenyum sambil membawa Dewi ke kamarnya."Mengapa kita kesini?" tanya Dewi ragu-ragu."Tenang saja, aku tidak akan macam-macam. Aku hanya akan menunjukkan ini padamu," jawab Dewa dengan antusias sambil membuka lemari."Waaa pakaian-pakaian ini indah sekali. Eh, tapi tunggu, mengapa banyak sekali pakaian perempuan di sini?" tanya Dewi sekali

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-08
  • Sang Malaikat   Mimpi yang Sama

    Senja kini kembali ke peraduannya, di gantikan oleh kegelapan yang kini menguasai. Namun, gemerlap bintang-bintang dan sinar rembulan mampu menyaingi gelapnya malam.Kini, semua insan telah mengistirahatkan tubuh yang lelah setelah seharian beraktivitas, dan larut dalam mimpinya masing-masing.Tidak terkecuali, Dewi yang kini larut dalam mimpi yang sama dengan mimpinya yang lalu."Kok aku seperti mengenali tempat ini ya? ini di mana, kok familiar sekali?" ucap Dewi pada dirinya sendiri."Tunggu, bukannya ini tempat Dewa ya? tapi kok aku bisa ke sini lagi? Tidak mungkin kan orang akan memimpikan sesuatu yang sama untuk kesekian kalinya. Apa ini kebetulan, ataukah memang ada dunia lain? ataukah aku memang kembali ke sebuah sejarah di masa lalu? huuuffttt ini membuatku bingung saja. Ya sudahlah, aku akan berkeliling di tempat ini duluh. Siapa tahu ketemu sesuatu yang bisa aku jadikan petunjuk, mengapa aku bisa bermimpi seperti ini," ucap Dewi sambil berjalan

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-08
  • Sang Malaikat   Tentang Hati

    "Mengapa engkau berpaling? apakah aku tidak baik, ataukah aku terlalu terobsesi memilikimu? katakanlah apa yang kamu inginkan agar aku perbaiki," ucap gadis itu dengan nada sedih."Aku sudah bosan sama kamu, kamu sudah tidak menarik bagiku. Aku sudah memiliki pujaan hati," jawab sang laki laki tanpa rasa bersalah."Tidak sadarkah kamu akan ucapanmu? bosan itu hanya sementara, tidak untuk selamanya," ucap sang gadis lagi."Aahhh jangan banyak omong. Pokoknya hari ini juga aku ingin mengakhiri hubungan ini," jawab si laki laki dengan tegas."Baiklah, aku bukan orang yang sempurna. Aku juga tidak bisa melarangmu memilih pasangan hidupmu, karena itulah yang akan menjadi teman hidupmu selamanya," ucap si gadis lagi dengan perasaan sedih."Ok, hari ini kita akhiri hubungan kita. Sekarang kamu bebas, aku tidak akan ikut campur lagi," jawab sang laki laki sambil tersenyum sinis."Baiklah, a

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-17

Bab terbaru

  • Sang Malaikat   Mimpi yang Sama

    Senja kini kembali ke peraduannya, di gantikan oleh kegelapan yang kini menguasai. Namun, gemerlap bintang-bintang dan sinar rembulan mampu menyaingi gelapnya malam.Kini, semua insan telah mengistirahatkan tubuh yang lelah setelah seharian beraktivitas, dan larut dalam mimpinya masing-masing.Tidak terkecuali, Dewi yang kini larut dalam mimpi yang sama dengan mimpinya yang lalu."Kok aku seperti mengenali tempat ini ya? ini di mana, kok familiar sekali?" ucap Dewi pada dirinya sendiri."Tunggu, bukannya ini tempat Dewa ya? tapi kok aku bisa ke sini lagi? Tidak mungkin kan orang akan memimpikan sesuatu yang sama untuk kesekian kalinya. Apa ini kebetulan, ataukah memang ada dunia lain? ataukah aku memang kembali ke sebuah sejarah di masa lalu? huuuffttt ini membuatku bingung saja. Ya sudahlah, aku akan berkeliling di tempat ini duluh. Siapa tahu ketemu sesuatu yang bisa aku jadikan petunjuk, mengapa aku bisa bermimpi seperti ini," ucap Dewi sambil berjalan

  • Sang Malaikat   Dilema

    Setelah berendam, kini mereka pergi memakai pakaian masing-masing. Namun, saat ingin memakai pakaian, Dewi pun bingung. Soalnya dia tidak memiliki baju selain yang di kenakan sekarang, dia makin bingung dan tidak tahu harus bagaimana. Masa ia bajunya harus kering di badan, kan nggak lucu.Dia pun menuju ke tempat Dewa dan menanyakan apakah ada pakaian yang bisa ia kenakan."Dewa, apa di sini ada pakaian yang bisa aku kenakan? Aku tidak memiliki pakaian lagi selain yang ku kenakan sekarang," tanya Dewi dengan panik."Hei, mengapa kamu panik? Kemarilah biar aku tunjukkan sesuatu padamu," jawab Dewa dengan tersenyum sambil membawa Dewi ke kamarnya."Mengapa kita kesini?" tanya Dewi ragu-ragu."Tenang saja, aku tidak akan macam-macam. Aku hanya akan menunjukkan ini padamu," jawab Dewa dengan antusias sambil membuka lemari."Waaa pakaian-pakaian ini indah sekali. Eh, tapi tunggu, mengapa banyak sekali pakaian perempuan di sini?" tanya Dewi sekali

  • Sang Malaikat   Aku Mencintaimu

    Setiap saat dalam hidup ini, Dewa ingin selalu berada di dekat Dewi. Dia tidak mau melepaskannya walau hanya sedetik saja.Itulah yang Dewa inginkan dalam hidupnya. Bisa bersama dengan Dewi selamanya adalah sebuah harapan terbesar dalam hidupnya.Dia tidak pernah membayangkan bagaimana hidupnya bila suatu saat Dewi hilang dari kehidupannya. Dia sangat mencintainya lebih dari hidupnya sendiri."Dewi, apakah kamu mau hidup denganku selamanya?" tanya Dewa tiba-tiba."Mengapa kamu menanyakan hal seperti itu Dewa," tanya Dewi balik."Aku hanya takut, bila suatu hari nanti kamu pergi dari hidupku," jawab Dewa dengan wajah lesuh dan sedih.Dewi pun di landa kecemasan. pasalnya, dia bukan berasal dari negeri ini. Dan tempat ini bukanlah tempatnya, karena dia berasal dari masa depan.Bagaimana mungkin dua generasi yang berbeda bisa bersatu, itu sangat mustahil.Dia tidak tahu saja, kalau ini adalah bumi di zaman duluh. Sebuah zaman yang j

  • Sang Malaikat   Negeri dalam Mimpi

    "Dewaaaa, kamu di mana? Aku takut," teriak Dewi memanggil Dewa sambil menangis ketakutan, dan duduk di pojok lemari bersembunyi.Tadi, Dewa menyuruhnya untuk menunggu di tempat penjual barang-barang antik. Katanya, dia mau mencari makanan buat Dewi, karena dia masih lapar. Ya elah, perutnya karet kali ya, hehehe.Tapi, di saat Dewi menunggu Dewa, ada segerombolan penjahat mengganggunya. Ya, katanya makmur, kok masih ada penjahat ya. Aduh, dunia dunia."Hai nona cantik, sedang apa di sini. Mengapa engkau sendirian? Kita temani main-main ya," ucap salah satu dari mereka ketawa sambil memegang tangan Dewi."Maaf pak, saya sedang menunggu teman saya," jawab Dewi tenang sambil melepaskan tangannya."Main sama kita-kita saja, kita kasih yang enak-enak. Hahahaha," kata yang lainnya lagi memegang rambut Dewi sambil tertawa."Pak, maaf ya saya sedang menunggu teman saya. Kenapa bapak-bapak ini selalu mengganggu? Saya sudah bilang saya tidak mau

  • Sang Malaikat   Mulai Mendengar Suara Hati

    Hari minggu adalah hari istirahat bagi sebagian orang, begitu pula dengan Dewi.Hari minggu dia nggak ngampus, jadi dia berencana untuk jalan-jalan saja di sekitaran kompleks rumahnya.Setelah bersiap-siap, dia pun berangkat. Hari ini, dia memilih untuk jalan kaki saja. Dia ingin menghirup udara bebas setelah banyaknya problem yang telah terjadi. Apalagi jalan kaki pagi-pagi itu bagus untuk kesehatan."Kenapa ya hidupku berantakan gini? apa yang harus aku katakan pada mama? mama maafkan Lala," ucap seseorang yang Dewi tidak tau darimana asalnya."Siapa ya yang bicara? Mengapa suaranya begitu dekat?" Gumam Dewi sambil melihat sekeliling, tapi terlalu banyak orang, jadi dia sulit untuk menemukan pemilik suara itu."Aduh, uang kuliahku belum lunas lagi. Mana ujian sudah dekat, dapat uang darimana ya? Ya Tuhan, saya harus bagaimana?" suara itu muncul lagi, namun suaranya beda dari yang tadi."Waaa, orang itu pasti kaya. Mana perhiasann

  • Sang Malaikat   Di Putuskan

    Hari ini adalah hari rabu, hari di mana Dewa keluar dari rumah sakit. Karena Dewi di minta oleh Bu Laras ke rumah sakit pagi ini, makanya Dewi pun bersiap-siap.Tapi karena ada kendala, mungkin dia berangkat agak siang. Karena Dewa keluar dari rumah sakit juga sore sekitar pukul 16.00.Hari ini Dewi harus menuntaskan naskahnya duluh dan harus di kirim sebelum sore untuk review.***Setelah menyelesaikan naskah, Dewi mengirimnya lalu berangkat ke rumah sakit. Di perjalanan, Dewi di telepon ole Bu Laras dan di suruh cepat-cepat ke rumah sakit. Katanya Dewa mengamuk, jadi Dewi cepat-cepat.Setelah sampai di rumah sakit, Dewi langsung menuju ke kamar Dewa. Sampai di kamarnya, Dewi sangat kaget karena di sana sudah ada Rini beserta orang tuanya."Ada apa ini tante? kok semuanya tegang gini?" tanya Dewi penasaran.Tapi tidak ada yang menjawab, Dewi melihat Bu Laras tapi dia hanya nangis. Pak Bambang juga diam saja, sementara Dewa diam

  • Sang Malaikat   Keadaan yang Menyakitkan

    Mentari telah hadir menyinari bumi, menandakan bahwa dirinya masih bersinar.Pagi ini, Dewi berencana pergi ke rumah sakit menjenguk Dewa. Walaupun sudah mantan, bukan berarti kita harus saling membenci kan"Selamat pagi mama," sapa Dewi"Selamat pagi juga sayang," jawab Bu Susan"Ma, hari ini aku mau ke rumah sakit jenguk Dewa. Mungkin aku pulang agak sore, karena aku mau ke toko buku juga," ucap Dewi pada Bu Susan."Hati-hati di jalan ya Nak, salam sama Dewa dan orang tuanya," jawab Bu Susan."Ia ma, Dewi pergi duluh," ucap Dewi lagi sambil pergi.Sepanjang perjalanan, Dewi selalu memikirkan Dewa. Mau bagaimana lagi, dia masih sayang. Tapi apa hendak di kata, takdir berkata lain, dia harus berpisah dengan kekasihnya.Sesampainya di rumah sakit, Dewi langsung menuju ke kamar Dewa. Di sana sudah ada orang tua Dewa. Dan betapa kagetnya Dewi saat sampai di kamar Dewa, soalnya Bu Laras, alias mamanya Dewa menangis. Dewi kira terjadi

  • Sang Malaikat   Tentang Hati

    "Mengapa engkau berpaling? apakah aku tidak baik, ataukah aku terlalu terobsesi memilikimu? katakanlah apa yang kamu inginkan agar aku perbaiki," ucap gadis itu dengan nada sedih."Aku sudah bosan sama kamu, kamu sudah tidak menarik bagiku. Aku sudah memiliki pujaan hati," jawab sang laki laki tanpa rasa bersalah."Tidak sadarkah kamu akan ucapanmu? bosan itu hanya sementara, tidak untuk selamanya," ucap sang gadis lagi."Aahhh jangan banyak omong. Pokoknya hari ini juga aku ingin mengakhiri hubungan ini," jawab si laki laki dengan tegas."Baiklah, aku bukan orang yang sempurna. Aku juga tidak bisa melarangmu memilih pasangan hidupmu, karena itulah yang akan menjadi teman hidupmu selamanya," ucap si gadis lagi dengan perasaan sedih."Ok, hari ini kita akhiri hubungan kita. Sekarang kamu bebas, aku tidak akan ikut campur lagi," jawab sang laki laki sambil tersenyum sinis."Baiklah, a

DMCA.com Protection Status