Share

79. Kau Tertawa?

Penulis: Zila Aicha
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-12 11:21:27

Peter yang saat itu mendengar rencana Christopher hanya mencibir tetapi tidak menanggapi dengan perkataan apapun.

Sementara itu, istrinya, Shirley tampak begitu puas mendengar sang kakek akan melakukan sesuatu terhadap kakak iparnya yang begitu sombong itu.

"Kakek, aku yakin pasti belum memiliki musuh yang sangat banyak di sana," kata Shirley.

Christopher menanggapi, "Dan itu tugas kakakmu untuk menemukan siapa saja yang bermusuhan dengan Bill sehingga bisa kita manfaatkan."

Ah, Shirley sungguh menyukai rencana sang kakek. Dia sudah benar-benar sangat muak terhadap kakak iparnya yang telah menghancurkan pernikahannya itu.

Jika saja saat itu bila tidak memberikan hadiah berupa piringan emas yang begitu disukai oleh Peter, maka kehidupan pernikahannya dengan Peter pasti masih berlangsung dengan begitu harmonis.

Namun, Bill telah menghancurkan segalanya sehingga saat ini pernikahannya telah diambang kehancuran. Bisa dikatakan Peter sama sekali tidak pernah peduli kepadanya dan hanya me
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Sang Dewa Perang Terkuat    80. Biarkan Dia Pergi!

    "Mau kami tentu saja menjauhkan Cassandra dari Bill. Menikahkan dia dengan orang yang jauh lebih baik," jawab Christopher dengan begitu tenangnya.Peter tak habis pikir dengan jawaban itu. "Ah, tentu saja. Bill emang sudah kayak tadi dia tidak bisa kau kontrol. Maka dari itu, kau sama sekali tidak menyukai dia. Kau mencari seseorang yang bisa kau kontrol. Benar begitu kan, Kek?"Christopher tidak mau memberi tanggapan ucapan Peter. Seketika pria itu pun merasa tidak bisa lagi berada di dalam keluarga busuk itu.Secara kebetulan mobil itu sedang berhenti di lalu lintas karena lampu merah. Atas kesempatan itu, Peter pun berkata, "Shirley, maaf aku tidak bisa melanjutkan pernikahan kita. Aku akan melayangkan gugatan cerai kepadamu dan jangan khawatir, aku pasti akan memberi tunjangan untukmu."Shirley Wood membelalakkan mata dan langsung berkata, "Apa maksudmu? Kau mau bercerai denganku?"George dan Christopher sungguh begitu terkejut mendengar ucapan Peter yang tak pernah mereka duga it

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-12
  • Sang Dewa Perang Terkuat    81. Menantu Hebat?

    "Bantuanku?" tanya Bryan dengan penuh tanda tanya."Iya. Ini soal adik iparku," jawab George.Bryan semakin bingung, "Hei, apa ini masalah rumah tangga? Aku tak bisa membantumu. Kenapa kau tidak menghubungi konsultan pernikahan saja?"George segera menggeleng tegas, "Oh, tidak. Kau salah paham. Ini bukan soal rumah tangga seperti yang kau maksud.""Lantas apa?" Alis kanan Bryan terangkat sebelah, terlihat agak heran.Percakapan mereka pun terhenti sejenak setelah sang pelayan datang dengan membawa pesanan mereka. Bryan tersenyum senang, "Ah, kau masih ingat makanan dan minuman favoritku.""Tentu saja, Bryan. Kita berteman tidak sebentar, aku masih ingat."Bryan mengangguk senang dan ketika sang pelayan meninggalkan area mereka, George pun dengan cepat melanjutkan percakapan mereka. "Kau ingat tentang apa yang pernah aku tanyakan saat pernikahan adikku saat itu? Tentang piringan emas milik Jenderal Mackenzie yang agung?"Bryan menyesap capucino miliknya beberapa kali sebelum menjawab,

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-13
  • Sang Dewa Perang Terkuat    82. Kejutan Lain

    George tersenyum misterius menanggapi ucapan temannya itu. "Kemarilah! Aku punya rencana bagus."Bryan mendekat ke arah George lalu pria bertubuh tinggi tegap dan berparas tampan itu pun membisikkan sesuatu kepada Bryan.Begitu selesai mendengar rencana George, Bryan terpekur. Tapi sejurus kemudian dia ikut tersenyum lalu mengangkat gelasnya dan seakan mengajak temannya itu untuk bersulang. "Untuk keberhasilan kita.""Tentu saja, kita pasti akan berhasil," sahut George dengan begitu yakin.Di sisi lain, Bill sudah berniat untuk segera kembali ke istana dan kini sedang membereskan beberapa barang-barangnya. Cassandra yang hanya mengawasi itu pun bertanya, "Kapan kau akan pulang lagi ke sini?""Tidak akan lama," jawab Bill."Berapa hari yang dimiliki oleh staff istana untuk berlibur?"Bill segera menghentikan kegiatannya lalu menoleh kepada sang istri, "Aku tidak tahu, tapi sepertinya aku bisa mengajukan libur jika aku menyelesaikan satu tugasku."Cassandra mengangkat alis kanannya, "Ja

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-14
  • Sang Dewa Perang Terkuat    83. Curiga Tentang Apa?

    Pria yang sedang ditanyai oleh Bill itu malah semakin mengumbar tawa hingga membuat Bill tidak bisa menahan diri. Bill kembali memukul orang itu tapi kini dengan tenaga penuh. Giginya sampai rontok dan Bill tidak peduli, dia kembali menarik lehernya meski mulut pria itu penuh dengan darah."Kalau sampai bom itu meledak dan menewaskan orang-orang yang tidak bersalah, aku bersumpah akan mencarimu meski ke liang lahat!" kata Bill dan dia menyempatkan diri menendang perut orang itu tanpa ampun.Bill memejamkan mata, berusaha menenangkan diri. "Tenangkan dirimu, Bill! Ayo berpikir!"Dia mengetukkan jarinya di kaca mobil. "Ayo pikir sekali lagi! Di mana kira-kira musuhmu meletakkan bom itu."Dia melirik ke arlojinya dan sadar waktunya sudah berkurang banyak. Waktu yang dia miliki hanya tinggal dua menit lebih tiga puluh enam detik. Dia melirik ke tubuh Andrew Reece yang sedang jatuh pingsan dan jelas membangunkan pengawal kepercayaan itu hanya akan membuang waktu percuma."Ayo, BIll! Pikir!

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-15
  • Sang Dewa Perang Terkuat    84. Jangan Gegabah!

    Dua orang yang merupakan anak buah dari Jody Gardner dan William Mackenzie mulai melakukan tugas mereka masing-masing. Di saat mereka berdua baru saja kembali bertugas, mereka pun tidak sengaja bertemu di satu titik di mana tidak banyak pengawal lain yang berjaga di sana."Apa yang baru saja kau lakukan dari ruang kontrol, Andrew?""Bukan urusanmu!" jawab Andrew tanpa berniat menatap Steven.Steven mencibir, "Ah, kau pasti sedang melakukan-""Kau sendiri, apa yang baru saja kau lakukan dari ruang penjaga?" tanya Andrew balik sambil memasukkan ponselnya ke dalam sakunya."Itu jelas bukan urusanmu." Steven membalas dengan angkuh.Andrew tentu dengan mudah bisa menebaknya tapi dia memilih untuk tidak mengatakan apa yang dia pikirkan."Baiklah, memang lebih baik tak usah ikut campur urusan orang lain," balas Andrew dan dia berniat melangkah menjauh.Akan tetapi dia sempat mendengar Steven berkata, "Jangan gegabah! Hati-hati, Reece! Kau harus pintar memilih orang yang harus kau layani."An

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-16
  • Sang Dewa Perang Terkuat    85. Biarkan Saja!

    "Jadi, apa yang harus saya lakukan sekarang, Jenderal?" tanya Steven usai melihat tawa sang jenderal berhenti.Jody Gardner dengan begitu tenang berkata, "Biarkan saja untuk saat ini, Stev.""Maksud Anda, kita tidak usah menyelidiki tentang Bill Stewart lagi, Jenderal?" Steven begitu keheranan dengan perubahan sikap Jody yang sangat tiba-tiba itu.Bagi anak buah kepercayaan Jody Gardner itu, pria di depannya ini terlalu cepat merubah rencana."Ya. Biarkan untuk sementara waktu. Jangan bertindak apapun.""Tapi, Jenderal. Bagaimana jika dia-""Tenanglah! Semakin lama diawasi, dia akan semakin berhati-hati. Jadi, lebih baik tunggu saja dia lengah," sahut Jody cepat-cepat.Steven pun terdiam, mencoba memahami keputusan sang jenderal. Setelah berpikir dengan lebih dalam, akhirnya dia menyimpulkan, "Anda bermaksud membuat Bill Stewart mengungkap rahasianya sendiri?"Jody tersenyum lebar, tampak begitu puas mengetahui Steven tahu apa yang dia pikirkan. "Itu baru anak buahku."Steven balas te

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-18
  • Sang Dewa Perang Terkuat    86. Dewa Maut

    Bill pun kemudian kembali bersiap-siap untuk menembak ke arah sasaran yang lain. Dengan begitu sempurna dia berhasil menembak mengenai bagian jantung dari manekin itu hingga Bryan ternganga ketika melihat hasil yang tidak mungkin bisa dia kejar itu.Tapi dia mencoba untuk menenangkan diri dan juga menembak. Sesuai dugaannya, dia kembali kalah dari Bill."Pertanyaan kedua. Siapa yang kau temui saat kau berada di luar istana?" tanya Bill santai.Kali ini Bryan mulai mengerti alasan di mana Bill bertanya satu persatu.Dengan rasa takut yang mulai mencekik lehernya, Bryan menjawab, "George Wood, Penasihat Perang."Bill kemudian tersenyum puas dengan jawaban jujur itu dan kembali menembak ke arah manekin lagi. Bryan semakin tak bisa menahan rasa ketakutannya.Dia bahkan tidak berani mengangkat senjatanya lagi untuk menembak manekin sasarannya. Hingga Bill harus berkata pelan, "Giliranmu, Bryan."Tetapi Bryan masih juga tidak bergerak dan Bill terpaksa harus membantunya dengan cara memegang

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-19
  • Sang Dewa Perang Terkuat    87. Makan Malam dengan Raja

    "B-baik, Penasihat Perang," jawab Bryan pada akhirnya karena tentu saja dia tidak ingin kehilangan nyawanya yang amat sangat berharga baginya.Bill baru saja akan memerintah pria itu untuk melakukan sesuatu tetapi hal itu terpaksa harus dia tunda karena Andrew mengganggunya dengan masuk ke ruangan itu."Reece, bukankah aku sudah bilang jangan masuk?" ucap Bill.Andrew membungkukkan kepala dan berkata, "Ampun, Penasihat Perang. Tapi seorang utusan dari Raja Keannu baru saja datang ke sini dan menyampaikan pesan dari sang raja yang berupa undangan makan malam untuk Anda."Bill sedikit agak kecewa karena tidak langsung bisa menghukum Bryan. Tapi, urusan raja tentu tak mungkin ditunda lagi sehingga dia pun melepaskan Bryan untuk sementara waktu.Usai Bryan meninggalkan area gedung latihan itu, Bill segera bersiap-siap untuk menghadiri acara makan malam itu."Siapa saja yang diundang oleh raja?" tanya Bill."Hanya Anda dan Jody Gardner, Jenderal."Bill tidak terlihat heran sama sekali teta

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-20

Bab terbaru

  • Sang Dewa Perang Terkuat    90. Tuduhan James

    Mendengar pertanyaan sang jenderal perang baru itu, Xylan Wellington seketika tertawa canggung.Tawa itu sungguh tidak lepas, bahkan malah terdengar aneh sehingga membuat siapapun yang mendengar tawa sang raja muda itu menjadi bingung.Reiner pun menatap Xylan dengan tatapan aneh sedangkan James malah tidak berkedip. Sorot matanya menunjukkan sebuah tuntutan.Tuntutan mengenai penjelasan dari Xylan berkaitan apa yang baru saja dikatakan oleh dirinya.Ketika melihat sorot penuh tanya yang mendesak itu akhirnya Xylan menghentikan tawanya. Dia berdeham pelan sebelum kemudian berkata, “Hm … aku tahu dari prajurit utama.”“Prajurit utama?” ulang James seraya mengernyitkan dahi.Xylan menelan ludah dan tersenyum kikuk, “Prajurit istana raja, Jenderal Gardner.”Oh, sesungguhnya bukan itu yang dimaksud oleh James. Dia tanpa bertanya pun juga tahu jika prajurit utama adalah prajurit istana yang

  • Sang Dewa Perang Terkuat    89. Dia Sudah Tahu?

    James Gardner malah hanya terdiam, tidak memberikan jawaban yang jelas pada pertanyaan Reiner.Sebuah kecemasan langsung mendera sang komandan perang darat. Tidak mau diabaikan oleh james, maka Reiner kembali bertanya, “James, katakan padaku. Apa kau akan tetap tinggal di istana? Kau tidak akan pergi kan?”Dia menatap James yang sedang menatap ke arah luar jendela mobil dengan cemas. Tetapi, setelah dia cukup bersabar menunggu dia akhirnya mendengar James menjawab, “Aku tidak tahu.”Hati Reiner seperti dihantam oleh batu seketika.“Jadi … kau akan pergi?” pria itu bertanya dengan nada terdengar kecewa.“Tergantung.”Reiner yang masih menatap James pun menaikkan alis, tampak bingung, “Tergantung pada apa?”James mendesah pelan, “Tergantung pada jawaban Raja Xylan.”Reiner semakin kebingungan. Namun, dia tidak memiliki waktu untuk bertanya lebih lanjut lantaran mobil yang mereka naiki telah memasuki gerbang utama istana Kerajaan Ans De Lou. Meskipun begitu, Reiner tetap tidak mau menye

  • Sang Dewa Perang Terkuat    88. Tidak Akan Terkejar, James!

    Pada awalnya Michelle Veren tidak memahami apa yang ditanyakan oleh James Gardner. Namun, ketika dia melihat air muka sang jenderal, dia langsung tahu yang dimaksud tentu saja waktu tentang kepergian tiga orang yang sedang mereka cari.Sehingga, sang pemilik butik Veren itu pun menjawab, “Sekitar satu jam yang lalu, Jenderal Gardner.”Mendengar jawaban itu, Reiner langsung lemas. Tapi, itu berbanding terbalik dengan James yang malah penuh semangat. Hal tersebut bisa terlihat dari James yang malah berkata, “Ayo, Rei. Kita kejar dia.”Reiner menatap sedih ke arah sahabat baiknya itu dan membalas, “Tidak akan terkejar, James. Itu sudah terlalu lama.”James malah tidak mendengarkan ucapan Reiner dan memerintah beberapa anak buahnya, “Siapkan mobil, kita kejar mereka.”“James,” Reiner memanggil pelan.James mengabaikan panggilan itu dan tetap berkata pada anak buahnya yang masih diam menunggu, “Cari tahu melalui CCTV saat ini mereka sudah berada di daerah mana. Mereka … pasti terlihat ji

  • Sang Dewa Perang Terkuat    87. Rencana Putri Rowena

    Sayangnya semuanya itu telah terlambat disadari oleh gadis muda itu. Semua perkataan dari gadis bernama Alice Porter itu jelas-jelas didengar oleh Reiner Anderson dan James Gardner.Dengan raut wajah menggelap James pun berkata, “Nona, kau-”“Tidak, tidak. Aku hanya salah berbicara, aku … aku tidak tahu apapun. Kalian salah dengar,” kata Alice yang wajahnya kian memucat. Apalagi ketika dia melihat bagaimana aura James Gardner, sang jenderal perang yang menakutkan itu, dia semakin kesulitan untuk bernapas.Reiner pun juga sudah tidak bisa menahan diri sehingga berkata dengan nada jengkel, “Katakan apa saja yang kau ketahui atau kau … akan tahu betapa mengerikannya jika kau berhadapan dengan kami berdua.”“Aku tidak peduli kau itu seorang wanita. Aku masih bisa mencarikan sebuah hukuman yang pantas diterima olehmu,” lanjut Reiner dengan dingin.Alice menelan ludah dengan kasar. Tentu gadis muda itu sangat kebingungan. Terlebih lagi, saat itu tidak ada yang mencoba membantu dirinya sam

  • Sang Dewa Perang Terkuat    86. Butik Veren

    Pertanyaan James tersebut seketika membuat Reiner terdiam selama beberapa saat. Dia terpaku menatap ke arah butik itu dengan air muka bingung.Sementara James tidak ingin membuang waktu lebih banyak sehingga tanpa kata dia berjalan cepat menuju ke arah butik yang dimiliki oleh Michelle Veren, seorang desainer wanita berusia empat puluh tahun yang cukup terkenal di negara itu.Reiner pun tidak hanya bengong dan berdiam diri, meratapi ketidaktelitiannya. Dia mengikuti James dengan berlari-lari kecil tepat di belakang James tanpa kata.Begitu James lebih cepat darinya mencapai pintu, dia langsung melihat dua penjaga butik yang membukakan pintu itu untuk mereka.“Ada yang bisa saya bantu?” salah satu penjaga butik itu bertanya pada James.“Saya mencari Putri Rowena. Di mana dia sekarang?” James balik bertanya tanpa basa-basi seraya mengedarkan dua matanya ke segala penjuru lantai satu butik itu.Meskipun saat itu ada sebuah rasa curiga yang mencuat di dalam kepala James, pria muda itu leb

  • Sang Dewa Perang Terkuat    85. Keanehan Lain

    Reiner tidak kunjung menjawab pertanyaan James. Dia malah menampilkan ekspresi wajah yang terlihat ragu-ragu sekaligus bingung.Tentu saja hal itu membuat James menjadi semakin kesal. “Ayolah, katakan cepat! Apa yang aneh dari Putri Rowena?” desak James dengan tidak sabar.Reiner menelan ludah dan menggaruk telinganya sebelum menjawab, “Yah, aku tidak yakin apa ini memang aneh buatmu. Tapi … menurutku ini sangat aneh.”James menggertakkan giginya lantaran semakin jengkel dan tidak sabar.Beruntunglah, dia tidak perlu bertanya lagi karena Reiner menambahkan, “Jadi, menurut laporan dia pergi ke luar istana.”Mendengar jawaban Reiner, James sontak mendengus kasar. “Apa yang aneh dari hal itu? Setahuku dia memang sering pergi ke luar istana.”Reiner mendesah pelan, “Memang. Tapi, kali ini … beberapa jam yang lalu, dia pergi tanpa pengawal. Dan dia … pergi membawa putra mereka, Pangeran Kharel.”Seketika James melotot kaget, “Apa? Kau … yakin?”“Iya, James. Dan-”“Bagaimana mungkin? Raja

  • Sang Dewa Perang Terkuat    84. Katakan, Rei!

    Gary Davis tidak menjawab pertanyaan Xylan. Dia hanya memasang ekspresi memelas. Hal itu seketika menimbulkan rasa bersalah pada diri Xylan Wellington.Oh, tidak. Apa yang sudah aku lakukan? Apa … aku sudah berlebihan karena telah menaruh curiga pada asisten pribadiku sendiri? Xylan membatin seraya menatap wajah polos Gary.Sang raja muda itu mendesah pelan. Dia pun kembali berpikir keras. Dia mencoba mengingat segala hal tentang Gary. Dia tidak pernah membuat kesalahan, tak sekalipun. Dia juga tidak pernah melakukan hal yang mencurigakan selama ini. Astaga, apa aku sudah salah mencurigai seseorang? pikir Xylan.Akan tetapi, dia menggelengkan kepalanya dengan cepat saat dia menyadari sesuatu.Tapi, tunggu dulu. James Gardnerlah yang mencurigai dia. Dia tidak mungkin berbicara sembarangan. Kalau tidak, tidak mungkin dia bisa terpilih menjadi wakil jenderal perang. Instingnya pasti sangat kuat sehingga dia memiliki kecurigaan pada Gary Davis, Xylan berpikir serius.Dia lalu menatap k

  • Sang Dewa Perang Terkuat    83. Pencarian Terakhir

    Ben tidak tahu bagaimana dia harus menanggapi perkataan temannya itu, tapi yang bisa dia lakukan hanyalah pergi mendekati James lalu menepuk punggungnya dengan perlahan berulang kali dengan tujuan menenangkan sang sahabat.“Dia benar-benar tidak akan kembali, Ben.”“Tidak. Itu hanya-”“Dia tidak akan memberi pesan semacam itu jika dia tidak serius dengan ucapannya,” James memotong ucapan Ben.Ben mendesah pelan, “James, yang aku maksud adalah … dia mungkin tidak ingin dicari lagi karena dia ingin pulang sendiri ke istana.”Perkataan Ben tersebut membuat James yang semula begitu sangat kalut menegakkan punggungnya. Jenderal perang itu kemudian menoleh ke arah Ben dan menanggapi, “Apa maksudmu?”Ben sebetulnya tidak yakin atas apa yang dia pikirkan tapi dia tetap menyampaikan buah pikirnya itu, “Menurutku … dia hanya mau pulang sendiri.”James terdiam, berusaha mencerna ucapan temannya.“Begini saja … bagaimana kalau kita pulang saja ke istana, siapa yang tahu kalau mungkin Riley benar-

  • Sang Dewa Perang Terkuat    82. Pilihan yang Sulit

    Ricky Drilon hanya bisa terbengong-bengong saat mendengarkan pertanyaan itu.Oh, dia sering kali mendapati dirinya dalam sebuah situasi yang membingungkan. Tapi, dia tidak pernah merasa tertekan sekalipun.Padahal dia pun sangat sering dihadapkan pada sebuah pilihan yang sulit. Namun, lagi-lagi hal-hal semacam itu bisa diselesaikannya dengan baik tanpa adanya pergolakan batin.Akan tetapi, satu pertanyaan yang dilontarkan oleh Riley Mackenzie berhasil membuatnya berada di dalam fase tersulitnya. “Kenapa kau diam saja? Siapa yang akan kau patuhi? Aku atau Jenderal Gardner?” Riley mengulang kembali pertanyaannya itu.Ricky menelan ludah dengan kasar, semakin bingung.Dahinya pun berkerut, jelas menunjukkan sebuah kebimbangan yang sangat besar. Berulang kali dia merapikan rambutnya hanya dalam satu menit saja. Hal itu membuat Riley tersenyum aneh, “Jadi, bagaimana? Kau akan memilih untuk mematuhi siapa?” Ricky menggigit giginya sendiri.Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Dan k

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status