Setelah mendengar suara tegas itu, orang yang sedang bersembunyi itu pun akhirnya menampakkan diri.Salah seorang prajurit yang berdiri di samping Greg mengarahkan senter ke orang itu dengan cepat agar mereka bisa mengetahui identitas orang itu.Morphy melotot kaget, “Wood!”Greg menatap ke arah pemuda yang berjalan mendekat ke arahnya.“Komandan,” sapa Riley sembari meringis, benar-benar tidak menyangka malah bertemu salah satu komandan pasukan kerajaannya.Dia melirik ke arah sesosok prajurit yang telah bertempur dengannya itu. Dia menghela napas panjang, tahu bahwa laki-laki bernama Bradley Martin itu telah tewas.Maafkan aku, seharusnya kau tak perlu mati. Aku sungguh-sungguh tidak pernah berniat membunuhmu, tapi kau ternyata mati di tangan orang lain, Riley membatin, cukup menyesal atas apa yang menimpa orang yang memiliki dendam terhadap ayahnya itu.Pemuda itu lalu mengangkat wajah, menatap ke arah Greg Sehel. Dia memasang ekspresi penuh rasa bersalah dan sudah menyiapkan dirin
Riley tidak langsung menjawab perkataan Greg.Pemuda itu membutuhkan waktu selama beberapa detik untuk membalasnya, “Saya … memang tidak bisa tahu apa yang mungkin terjadi di masa depan. Tapi … yang saya ketahui adalah, saat ini saya memiliki hubungan yang cukup dekat dengannya.”Helaan napas panjang Greg terdengar oleh Riley. Sang komandan tidak bisa berbicara terlalu banyak saat itu dikarenakan situasi yang tidak memungkinkan. Sehingga dia pun hanya berbisik, “Kita bicara ini lagi nanti, setelah kita kembali ke istana.”Riley mengangguk patuh, tidak membantah. Dia lalu menoleh ke arah belakang dan melihat keadaan James yang sedang digendong oleh Ben. “Apa mau aku gantikan untuk menggendongnya, senior?”Greg mendengar hal itu, tapi dia hanya bisa menggelengkan kepala.“Tidak perlu, ini sudah dekat,” jawab Ben yang memang tidak terlihat lelah sama sekali.Mereka tidak menemukan rintangan satu pun saat berjalan menuju markas. Tak ada prajurit musuh yang juga menghadang mereka. Morphy
“Itu bisa hilang, hanya saja … di sini obat semacam itu tak ada. Kita di daerh perang, Riley. Yang paling utama dan penting tentu saja adalah menyembuhkan luka para prajurit dengan lebih cepat agar mereka bisa kembali berperang,” jawab Alen sembari memeriksa keadaan James sekali lagi.Riley mengernyit, “Berperang lagi? Dengan kondisinya yang parah ini?”Alen mendesah jengkel, “Hei, temanku yang baik. Kita sudah berhasil membuat dia bertahan dan bisa diperkirakan dia akan sembuh total dalam dua atau tiga hari.”“Kakinya patah, Alen. Luka tembaknya-”“Kami sudah mengatasinya, percayalah! Oh, astaga. Aku tidak percaya ini. Kau meragukan kemampuan medis kami?” potong Alen terlihat tersinggung.Riley meringis, “Bukan seperti itu maksud aku. Hanya saja dengan luka yang dia dapat itu, apa mungkin dia masih bisa ikut berperang?”Alen mendesah sebal. “Tentu saja dia bisa. Ini zaman di mana pengobatan sangatlah maju. Ayolah! Kau ini sebenarnya tinggal di mana, Riley? Seingatku kau pernah sembuh
Greg tentu saja serius. Setelah dia mengetahui fakta mengenai identitas Riley yang sesungguhnya, dia tidak memiliki sedikitpun keraguan pada pemuda itu.Lagipula, Riley telah membuktikan bahwa dia memang salah satu calon prajurit terbaik yang ada saat itu dengan cara menempati peringkat pertama di dalam banyak bidangDi samping itu, pemuda yang merupakan putra dari William Mackenzie itu juga telah membuktikan diri bisa lolos dari pertempuran-pertempuran dengan pasukan musuh yang bisa dikatakan tidak mudah.Hal itu sudah cukup membuatnya yakin bila Riley bisa saja memiliki ide cemerlang seperti sang ayah.Akan tetapi, melihat ekspresi pemuda itu, Greg tidak cukup bodoh untuk melanjutkan pembahasan mengenai masalah itu dan akhirnya dia terkekeh, “Tentu saja aku bercanda.”Dia meneguk kopinya dan melanjutkan, “Aku sudah mendengar semua cerita dari para seniormu dan kau … memang hebat. Namun, kau masih membutuhkan waktu lebih banyak untuk mengembangkan diri.”Riley mengangguk setuju, seme
Seketika orang-orang itu pun hanya terdiam, pasrah akan apa yang diperintahkan oleh sang jenderal perang.Mereka sadar mereka hanyalah anak buah yang harus menurut pada perintah seorang pemimpin dan jika tidak, mereka sendiri yang akan mendapat masalah.“Setelah perang yang berlangsung selama ini, aku bisa menentukan posisi-posisi menurut kemampuan kalian masing-masing. Dan jangan sekalipun merasa rendah diri jika kalian tidak berada di barisan paling depan. Ini bukan saatnya untuk merasa iri atau kesal hanya karena kalian ditempatkan di barisan tengah atau belakang.”Greg mendesah pelan lalu melanjutkan lagi setelah yakin bila semua prajurit yang hanya berjumlah ratusan itu terlihat siap, “Ingatlah, yang harus kalian lakukan adalah bertahan hidup. Kita … memang menyerang mereka tapi … kita tidak diizinkan untuk membunuh mereka.”Mendengar hal itu Ben, Shin dan beberapa prajurit senior yang sudah terbiasa dengan menghabisi para musuh mereka itu melongo kaget. Tidak hanya itu, sebagia
Dengan suara tegas Riley menjawab, “Saya siap melakukan apapun untuk membela kerajaan ini.”Senyum puas pun terbit di bibir Greg Sehel sesaat sebelum dia menutup kaca dari helm pelindungnya. Sang komandan segera memberi perintah agar mereka semua bersiap-siap dan dalam hitungan beberapa detik mereka pun berangkat untuk menyerbu titik pertama yang telah diarahkan oleh Andrew Reece. Perjalanan mereka ditempuh selama hampir satu jam lamanya, tapi tak ada satupun dari para prajurit yang hanya berjumlah sekitar empat ratus orang itu yang terlihat ingin mundur dari medan perang. Ryan berkata, “Walaupun ini tidak mudah, tapi aku tidak akan kalah dari anak muda itu.”Dia jelas menunjuk ke arah Riley dan sahabatnya, Morphy pun langsung ikut berkomentar, “Ben bercerita bahwa anak itu bisa menyerang para prajurit musuh tanpa membunuh mereka dan Shin pun telah mengkonfirmasi tentang hal itu.”Ryan mendesah jengkel, “Ini sangat menjengkelkan tapi harus aku akui … kemampuan anak itu pasti sangat
Riley tidak menjawabnya, tapi Alen yakin pemuda itu mendengar ucapannya.Satu jam kemudian, di tempat lain yang hanya beberapa mil dari tempat itu, Andrew Reece baru saja mengamankan markas lain dan kini sedang memeriksa para pasukan musuh yang telah ditawan oleh pihaknya.Andrew Reece tersenyum puas karena berkat strategi baru yang telah diusulkan oleh William Mackenzie mereka berhasil mengembalikan keadaan.Secara perlahan mereka berhasil merebut kembali daerah yang hampir dirampas oleh pihak Kerajaan Fermoza.“Jenderal, ada sebuah laporan dari markas empat,” ujar seorang staf penghubung.Andrew seketika menoleh dengan tatapan serius, “Ada apa?”Sang staf pun menunjukkan sebuah rekaman video yang telah dikirimkan oleh staf dari markas empat.Andrew buru-buru mengambil video rekaman itu dan memutarnya. Setelah beberapa menit menonton rekaman video tersebut, pria itu tersenyum, “Jenderal
Tetapi, Greg Sehel tahu bila dia tidak bisa berbuat apapun. Riley, putra sang jenderal itu telah mengetahui resiko dari pertemanannya dengan James Gardner dan dia pun yakin pemuda itu pasti telah memikirkan banyak hal.“Komandan, ada panggilan dari Jenderal Reece,” kata seorang staf beberapa saat kemudian.Greg mengangguk dan segera masuk kembali ke tenda tempat di mana dia bisa berkomunikasi dengan Andrew Reece. Riley melihat Greg yang masuk ke dalam tenda itu dan mengerutkan dahi, agak bingung.James bertanya, “Kenapa? Apa dia … melakukan sesuatu tadi ketika kau berada di medan perang?”Riley memutar arah pandang, “Apa yang kau bicarakan? Dia tentu saja melakukan banyak hal di medan perang. Dia pemimpin kita.”James mendengus tidak sabar, “Maksudku, apa dia membuatmu dalam kesulitan? Seperti menyuruhmu untuk melakukan sesuatu yang sulit?”“Kalau iya, apa dia itu-”“Berhentilah berpikir hal yang tidak berguna, James Gardner!” potong Riley cepat.“Aku kan hanya-”“Kau mencemaskan aku
“Pasti bisa, Diego,” jawab James.“Dia pasti bisa menunggu,” James mengulang lagi dengan penekanan.Diego justru terlihat tidak yakin mendengar jawaban James.James biasanya enggan menjelaskan terlalu detail tentang apa yang dia pikirkan. Namun, Diego adalah salah satu sahabat baiknya sehingga dia pun tidak ingin membuat sahabatnya bingung.Maka, James pun berkata, “Dia bukan orang yang mudah dikalahkan, Diego. Dan … ada satu hal yang perlu kau tahu.”“Apa itu?” Diego bertanya dengan alis naik sebelah.“Ayahnya sendiri, maksudku Jenderal Mackenzie berkata padaku bahwa putranya … tidak akan mati dengan mudah,” jelas James.Diego tercengang sampai tidak berani membalas.James seketika yakin tugasnya menjelaskannya telah selesai, tapi dia tetap menambahkan, “Kalau seorang jenderal besar dan terkuat yang pernah ada di Kerajaan Ans De Lou saja mengatakan demikian, bukankah kemungkinannya memang sangat besar kalau Riley masih hidup di luar sana.”Diego terdiam selama beberapa saat.Tetapi,
Bibir William terangkat ke atas sekali lagi, membentuk sebuah senyuman hangat.“James, tanpa aku menjelaskannya, kau … pasti tahu sendiri kan?” William berkata pelan.Setelah itu sang lelaki tua yang dulu pernah menjadi seorang prajurit terkuat di kerajaan itu pun menepuk punggung belakang James dan kemudian pergi meninggalkan James yang termenung.Pria muda itu menelan ludah secara susah payah. Tiba-tiba saja dia teringat semua hal tentang Riley, lebih tepatnya persahabatan mereka yang telah mereka jalin sejak awal.Semua kenangan-kenangan itu kembali muncul. Salah satu kenangan yang mengusiknya adalah ketika mereka masih belum resmi dilantik menjadi prajurit. Saat itu dia kesal dan mengambil keputusan bodoh dan nekad yakni menyerang musuh sebagai pembuktian bahwa dia berbeda dari sang ayah. Lalu, satu-satunya orang yang benar-benar peduli terhadapnya adalah Riley. Dialah yang mengorbankan diri untuk menyelamatkannya. Pada waktu itu, dia dan Riley sama-sama berstatus sebagai seora
James Gardner pun mengangguk, “Iya, Yang Mulia. Bolehkah saya melakukannya?”Xylan Wellington dengan cepat mengangguk, “Pergilah, Jenderal Gardner. Kau bisa berbicara dengannya.”James bersyukur lantaran Xylan tidak menahannya.“Terima kasih, Yang Mulia,” kata James yang kemudian dia segera meninggalkan sang putra mahkota bersama dengan tiga orang prajurit kelas satu untuk menjaganya.Sesungguhnya tiga prajurit itu tentu tidak sebanding dengannya. Namun, dia memilih untuk mempercayai mereka bertiga.Beruntung, rupanya William Mackenzie yang terlihat jauh lebih tua beberapa tahun itu ternyata juga sedang mencarinya sehingga pertemuan mereka pun tidak mengalami rintangan apapun.“Jenderal Mackenzie,” James menyapa ayah dari sahabatnya itu dengan hormat.William Mackenzie tersenyum samar dan membalas, “Jenderal Gardner.”James mengangguk, “Anda … Anda baik-baik saja, Jenderal?”William kembali mengulas sebuah senyuman dan berkata dengan nada pelan, “Bagaimana aku bisa baik-baik saja keti
James sontak Gardner tersenyum miring. Dia tahu ternyata memang tidak mudah menjadi perisai Xylan Wellington. Tapi, dia sungguh-sungguh tidak menyangka bila putra mahkota yang menurutnya sangat pintar itu ternyata juga sangat polos.Kepintarannya rupanya berbanding terbalik dengan pengetahuannya dalam hal memahami dunia sekitarnya.Namun, dia sudah memutuskan untuk menggantikan Riley demi menebus beberapa tahun waktunya yang dia sia-siakan sehingga dia harus mencoba bersabar.Jadi, dengan penuh ketenangan dia menjawab, “Anda harus mulai memikirkan masalah pendapat mereka semua, Yang Mulia.”“Kenapa aku harus?” balas Xylan yang terlihat tidak terima dengan perkataan James.James menggigit bibir bawah, merasa memang harus lebih menekan rasa jengkelnya. Ayolah, James. Jangan mudah menyerah! James membatin.“Karena Anda adalah calon raja dan sebentar lagi akan segera mewarisi tahta negeri ini. Jadi, sudah seharusnya Anda mulai memikirkan apa yang mereka pikirkan tentang Anda,” jawab Jam
Kebimbangan terlihat begitu nyata di wajah Xylan Wellington. James Gardner yang merasa telah berhasil membuat sang putra mahkota menyadari kesalahan besar yang mungkin akan dilakukan oleh Xylan pun memanggil, “Yang Mulia.”Xylan sedikit agak tersentak ketika mendengar namanya dipanggil oleh James.Pria muda itu pun menoleh ke arah James, tapi masih belum membuka mulut.Di saat seperti itu, James Gardner telah yakin bila Xylan akan mengubah keputusan yang baru saja mereka bicarakan itu.Namun, tiba-tiba dia melihat Xylan tersenyum kepadanya. Hal itu tentu saja membuat James mengedipkan mata lantaran bingung.Akan tetapi, hanya dalam hitungan detik, kebingungannya pun terjawab. Dia mendengar Xylan berkata, “Jenderal Gardner, apa yang kau katakan memang benar. Semuanya benar. Aku … mungkin akan mendapatkan pertentangan karena memilih Gary Davis sebagai penasihat raja.”Dia manggut-manggut. James segera mendapatkan sebuah firasat buruk yang tidak ingin dia bayangkan.“Tapi, Jenderal Gard
“Iya, benar. Asisten pribadiku yang … sekarang ini berada di luar pintu kediaman ayahku,” jawab Xylan, terlihat tidak merasa ada yang aneh dengan jawabannya.James masih terlalu kaget hingga dia sampai terdiam, bingung apa yang harus dia katakan untuk menanggapi penjelasan Xylan.“Kenapa, Jenderal Gardner?” Xylan bertanya karena dia melihat James yang tidak kunjung berbicara.James membasahi bibir bawahnya, masih berpikir untuk menyusun kata-kata yang tepat.Namun, Xylan tidak sabar menunggunya sehingga dia berbicara lagi, “Jenderal Gardner, aku tahu apa yang sedang kau pikirkan.”James mengedipkan matanya, tampak terpana.Xylan menghela napas panjang, “Ini pasti status Gary Davis yang merupakan asisten pribadiku, bukan?”Mata James melebar sedikit hingga dia kemudian menatap sang putra mahkota dengan tatapan heran.Itu yang aku maksud, mengapa kau bisa berpikir menjadikan seorang asisten pribadi sebagai seorang penasihat raja? Apakah kau … sudah kehilangan akal, Yang Mulia? James mem
“Katakan pada saya, agar saya bisa melakukan apa yang seharusnya saya lakukan, Yang Mulia,” James menambahkan.Xylan membalas tatapan sang jenderal perang dengan tatapan yang terlihat begitu sangat serius. Pria muda yang semula telah menetapkan salah satu keputusan besar itu pun akhirnya membuka mulut, “Ini berkaitan dengan … penentuan pejabat istana baru setelah aku menjabat sebagai raja.”James terdiam sejenak, terlihat sedikit terkejut. Sebetulnya sangat wajar bila Xylan Wellington telah memikirkan mengenai pemerintahannya kelak. Akan tetapi, menurutnya saat itu adalah waktu yang kurang tepat.Ayahnya bahkan belum dimakamkan. Mengapa dia sudah berpikir hal lain? Tidakkah dia masih bersedih? James berpikir.Xylan berdeham kecil hingga membuat James menatapnya dengan tatapan aneh. Lantaran tidak mau James berpikir aneh tentangnya atau bahkan malah salah paham terhadapnya, Xylan buru-buru menjelaskan, “Jenderal Gardner, ini tidak seperti apa yang sedang kau pikirkan.”James tidak la
Tetapi, sebelum James Gardner bisa berpikir lebih lanjut mengenai hal itu, Monica Wilhelm, sang ratu yang baru saja kehilangan suaminya itu berkata, “Sudahlah, tidak perlu diperpanjang lagi.”Setelahnya, Monica memutar tubuhnya dan menghadap para pejabat istana yang masih berada di istana. Dia menghela napas pelan sebelum berujar, “Seperti yang aku inginkan tadi, apa kalian bersedia membiarkan kami meratapi kepergian raja kalian sebelum kita menyelenggarakan upacara kematian untuknya?”Tanpa ragu semua pejabat istana itu kompak menjawab, “Iya, Yang Mulia.”Satu per satu pejabat istana itu pun meninggalkan area kediaman raja hingga benar-benar hanya menyisakan para prajurit khusus yang melindungi raja, ratu, putri dan putra mahkota. Sementara itu, beberapa anak buah James Gardner juga tetap berada di daerah tersebut sesuai perintah James. “Jenderal Gardner, mohon bantuannya,” kata Monica. James mengangguk dan segera melakukan tugasnya sebagai jenderal perang kerajaan itu untuk menyi
“Ah, kalau kau tidak siap melepas jabatan penting itu, bukankah kau seharusnya berhati-hati ketika berbicara, Perdana Menteri? Ingatlah, yang kau bicarakan itu bukanlah hal yang pantas,” kata James dengan nada tajam.Siapapun yang mendengar suara James yang penuh ancaman itu pastilah akan takut.Dan tidak disangka-sangka, ancaman James Gardner ternyata berhasil membungkam si tua Philip. Philip tak lagi berani berbicara dan hanya diam saja. Tetapi, tatapannya yang penuh kekesalan itu masih bisa dilihat oleh James.Tentu saja, kau pasti sangat kesal padaku, Perdana Menteri. Namun, kau sudah pasti tidak mau kehilangan jabatanmu hanya karena tuduhan konyol itu, James membatin.Hal tersebut membuat Monica Wilhelm dan kedua anak-anaknya merasa sedikit lebih tenang.“Y-Yang Mulia, saya … saya ….” Philip berusaha berbicara lagi, tapi kegugupannya terlihat sangat jelas sehingga James pun tahu orang tua itu tidak mungkin berani berkata hal ngawur lagi. James pun segera menanggapi, “Kenapa, Per