Ben kembali berpikir serius dan berhati-hati mengambil keputusan. Ben sesungguhnya tidak mau mengambil resiko seperti kehilangan jejak pemuda itu lagi. Akan tetapi, saat ini mereka benar-benar tidak memiliki pilihan yang lebih baik.Dia pun mengakui kemampuan Riley Wood sangat mengagumkan. Bahkan, dia menilai di masa depan Riley mungkin bisa menjadi pemimpin prajurit yang hebat di masa depan.Hal itu sudah dibuktikannya ketika dia menemukan Riley Wood dalam keadaan masih hidup tanpa sedikit pun luka di tubuhnya. Padahal, pemuda itu sudah menghadapi begitu banyak musuh dan juga melakukan upaya penyelamatan James Gardner.Di samping itu, dalam perjalanan mereka, Riley juga telah menunjukkan kemampuan terhebatnya dalam melindungi mereka dan juga menemukan sebuah tempat persembunyiaan untuk mereka.Dia pun akhirnya berpikir jika dia menghalangi Riley pergi, sama halnya dia membiarkan pemuda itu tidak bisa mengembangkan kemampuannya. Sang pemimpin melirik ke arah James Gardner yang wajah
Beberapa orang tertawa senang. Salah satu dari para prajurit musuh itu berkata, “Kau benar, mengapa kita tidak bersenang-senang dengan anak ini terlebih dulu?”Seseorang dengan begitu berani dan tanpa rasa takut berjalan mendekati Riley dan ikut berujar, “Jadi, bagaimana, anak muda? Apa kau siap menerima nasibmu yang menyedihkan?”Gelak tawa pun terdengar seketika. Akan tetapi, dikarenakan mereka terlalu bersemangat untuk menyiksa Riley, mereka kehilangan kewaspadaan mereka.Akibatnya, dengan gerakan super cepat Riley membalikkan keadaan dengan cara menembak secara bertubi-tubi. Bahkan, pemuda itu juga berhasil mengambil dua senjata musuhnya dan membuat mereka terkapar.“Sialan!” salah satu dari mereka mengumpat karena terlalu terkejut.Hanya dalam beberapa detik saja si pemuda ingusan itu telah mengacaukan mereka. Sudah banyak dari anggota prajurit musuh yang berjatuhan dengan luka yang bervariasi.Bodohnya lagi, rupanya hampir seluruh dari para prajurit tidak mengenakan baju pelindu
Riley tetap memasang ekspresi tenang dan membalas, “Mengapa kau bertanya soal salah satu jenderal perang dari kerajaan kami?”Sang prajurit musuh itu mendadak tersenyum miring, “Karena kau memiliki banyak kemiripan dengan dia, anak muda. Katakan padaku! Apa kau saudaranya? Atau kau … mungkin putranya?”Mendengar pertanyaan itu, Riley pun langsung mencoba menggali ingatannya mengenai semua informasi yang telah dia baca dalam buku tentang kerajaan itu sebelum dia berangkat ke medan perang.Ketika dia mencoba mengingat-ingat semuanya, dia mendapatkan sebuah nama yang berhasil dia ingat.“Kau … Bradley Martin?” Riley bertanya dengan dahi mengerut, ingin memastikan bila dia tidak salah menebak.“Seorang komandan yang dikalahkan oleh Jenderal Mackenzie,” tambah Riley.Bradley pun tercengang. Pria itu terdiam selama beberapa saat dan kemudian kembali tersenyum mengerikan. “Yah, kau benar. Dia memang mengalahkan aku dan gara-gara strategi liciknya itu kerajaanku sampai harus menyerah pada Ans
Sementara itu, Riley masih bergerak dengan begitu sangat lincah dan tidak terlihat tertekan sedikitpun. Hal itu bisa dirasakan oleh Bradley melalui tembakan-tembakan Riley yang tidak terlalu berjarak lama.“Anak muda itu sudah gila! Bagaimana dia bisa bersabar seperti itu?”Pria itu menggelengkan kepala, “Kalau aku jadi dia, aku pasti sudah membunuh musuhku. Mengapa dia tetap bertahan menyerang dengan cara seperti itu?”Dan lagi, dia pun heran dengan penglihatan Riley. Bradley menilai pemuda itu seolah memiliki mata seekor kucing yang memiliki penglihatan yang jelas di dalam gelapnya malam.Akan tetapi, dia salah besar. Riley justru merasa sedikit agak ceroboh jika bertempur dalam gelap.“Astaga! Kapan dia akan menyerah?” gumam pemuda itu sudah mulai frustasi. Dia bisa saja menembak jantung Bradley dengan tepat. Selama pertempuran yang telah berlangsung beberapa menit itu, dia hanya menghafal bagaimana cara Bradley bergerak dan itu cukup berhasil.Perkiraannya cukup tetap. Bradley b
William menatap Andrew lekat-lekat dari tempatnya duduk, taoi Andrew tak kunjung menjawab. William pun hanya bisa mendesah pelan.Keannu yang mendengar percakapan yang sanhgat sensitif itu memilih untuk menanggapi, "Bill, ayolah! Andrew bukan kau yang memiliki kemampuan hebat mengalahkan musuh tanpa membunuh.""Jika dia tidak melakukan hal itu ... dia bisa menjadi orang yang terbunuh. Kau ... pasti juga tidak mau kan jika salah satu prajurit yang paling kau sukai ini terbunuh?" lanjut Keannu, jelas-jelas membela Andrew.William membuang napas dengan kasar, "Kita bicarakan itu nanti saat kau tiba di istana, Reece! Dan sekarang ... dengarkan aku!"Diskusi itu pun kembali dilanjutkan dan sang raja kembali menutup mulut sambil mendengarkan William menjelaskan strategi perangnya. Sementara itu, selain meminta prajurit yang bersamanya menuju ke daerah tempat pertempuran itu, Greg Sehel juga mengingatkan mereka untuk lebih hati-hati ketika akan mendekat.Sudah jelas jika itu pasti sebuah p
Setelah mendengar suara tegas itu, orang yang sedang bersembunyi itu pun akhirnya menampakkan diri.Salah seorang prajurit yang berdiri di samping Greg mengarahkan senter ke orang itu dengan cepat agar mereka bisa mengetahui identitas orang itu.Morphy melotot kaget, “Wood!”Greg menatap ke arah pemuda yang berjalan mendekat ke arahnya.“Komandan,” sapa Riley sembari meringis, benar-benar tidak menyangka malah bertemu salah satu komandan pasukan kerajaannya.Dia melirik ke arah sesosok prajurit yang telah bertempur dengannya itu. Dia menghela napas panjang, tahu bahwa laki-laki bernama Bradley Martin itu telah tewas.Maafkan aku, seharusnya kau tak perlu mati. Aku sungguh-sungguh tidak pernah berniat membunuhmu, tapi kau ternyata mati di tangan orang lain, Riley membatin, cukup menyesal atas apa yang menimpa orang yang memiliki dendam terhadap ayahnya itu.Pemuda itu lalu mengangkat wajah, menatap ke arah Greg Sehel. Dia memasang ekspresi penuh rasa bersalah dan sudah menyiapkan dirin
Riley tidak langsung menjawab perkataan Greg.Pemuda itu membutuhkan waktu selama beberapa detik untuk membalasnya, “Saya … memang tidak bisa tahu apa yang mungkin terjadi di masa depan. Tapi … yang saya ketahui adalah, saat ini saya memiliki hubungan yang cukup dekat dengannya.”Helaan napas panjang Greg terdengar oleh Riley. Sang komandan tidak bisa berbicara terlalu banyak saat itu dikarenakan situasi yang tidak memungkinkan. Sehingga dia pun hanya berbisik, “Kita bicara ini lagi nanti, setelah kita kembali ke istana.”Riley mengangguk patuh, tidak membantah. Dia lalu menoleh ke arah belakang dan melihat keadaan James yang sedang digendong oleh Ben. “Apa mau aku gantikan untuk menggendongnya, senior?”Greg mendengar hal itu, tapi dia hanya bisa menggelengkan kepala.“Tidak perlu, ini sudah dekat,” jawab Ben yang memang tidak terlihat lelah sama sekali.Mereka tidak menemukan rintangan satu pun saat berjalan menuju markas. Tak ada prajurit musuh yang juga menghadang mereka. Morphy
“Itu bisa hilang, hanya saja … di sini obat semacam itu tak ada. Kita di daerh perang, Riley. Yang paling utama dan penting tentu saja adalah menyembuhkan luka para prajurit dengan lebih cepat agar mereka bisa kembali berperang,” jawab Alen sembari memeriksa keadaan James sekali lagi.Riley mengernyit, “Berperang lagi? Dengan kondisinya yang parah ini?”Alen mendesah jengkel, “Hei, temanku yang baik. Kita sudah berhasil membuat dia bertahan dan bisa diperkirakan dia akan sembuh total dalam dua atau tiga hari.”“Kakinya patah, Alen. Luka tembaknya-”“Kami sudah mengatasinya, percayalah! Oh, astaga. Aku tidak percaya ini. Kau meragukan kemampuan medis kami?” potong Alen terlihat tersinggung.Riley meringis, “Bukan seperti itu maksud aku. Hanya saja dengan luka yang dia dapat itu, apa mungkin dia masih bisa ikut berperang?”Alen mendesah sebal. “Tentu saja dia bisa. Ini zaman di mana pengobatan sangatlah maju. Ayolah! Kau ini sebenarnya tinggal di mana, Riley? Seingatku kau pernah sembuh
James seketika menghentikan kegiatannya tapi tetap tidak menoleh ke arah Diego.Diego yang melihat gerakan berhenti James yang tiba-tiba itu seketika menampar mulutnya sendiri seakan sadar bila dia telah salah berbicara.“Ah, apa yang sudah aku katakan? Kau … tentu saja masih menganggapnya sebagai sahabat baikmu. Kalau tidak, mana mungkin kau selalu membuatkannya senjata khusus?” kata Diego dengan penuh rasa bersalah.James mendesah pelan, “Dia pasti bisa lolos tanpa ikut campur tangan dariku.”“Aku tidak yakin, James. Kalau aku yakin, aku tidak mungkin datang lagi ke sini dan memintamu kembali. Bahkan, Putri Rowena dan Pangeran Xylan ….”James mengerutkan kening dan akhirnya menoleh ke arah Diego, “Ada apa dengan mereka?”“Putri Rowena secara khusus mendatangiku saat aku baru saja tiba di istana. Dia memintaku untuk mencari tahu keberadaanmu, James. Pangeran Xylan juga mend
“Jenderal, kita sudah terkepung.”Seorang prajurit dengan luka tembak di kaki menyeret dirinya untuk berjalan menuju ke tempat di mana sang jenderal perang Kerajaan Ans De Lou sedang mempersiapkan senjatanya.Prajurit yang terseok-seok ketika berjalan itu sudah tidak mengenakan pelindung kepala dan juga pelindung badannya yang lain. Hal itu membuat sang jenderal perang mendelik marah kepadanya, “Apa yang kau sudah lakukan? Di mana semua pelindungmu?”Sang prajurit dari kelas satu itu hanya bisa meringis menahan sakit dan menjawab, “Tidak bisa digunakan lagi, terlalu banyak luka tembakan.”Riley Mackenzie membelalakkan mata dan seketika melepas kacamata pelindung yang melindungi matanya.Pria muda itu sontak berjongkok dan melihat luka Benedict Arkitson yang ternyata sangat parah. Tidak hanya kakinya saja yang tertembak, tapi bagian perut kirinya rupanya juga terluka parah. Di samping itu, Riley melihat banyak luka lain yang tidak terhitung jumlahnya. “Tetaplah di sini! Staf medis a
Dear, ReadersIni Zila Aicha yang ingin berterima kasih kepada seluruh pembaca setia novel ini. Saya tahu, season 2 dari buku ini mungkin membuat kecewa sebagian penggemar buku ini. Namun, percayalah saya sudah berusaha membuat buku ini dengan sepenuh hati.Bolehkah saya meminta pendapat Anda mengenai buku ini? Saya akan dengan senang hati membaca komentar Anda semua. Saran dan Kritik pun akan saya terima dengan bahagia.Selanjutnya, saya akan membuat season 3 dari buku ini, tapi Season 3 ini akan menjadi buku dengan tokoh utama “James Gardner.”Semoga Anda semua akan menyukainya.Salam hangat selaluZila Aicha
Orang-orang pun berniat mendekati Riley, hendak membantunya. Akan tetapi, ketika mereka melihat James Gardner yang bergerak mendekati Riley, mereka pun hanya bisa diam di tempat mereka.James dengan cepat menangkap tubuh Riley yang terhuyung-huyung seolah tidak sanggup menahan beban tubuhnya sendiri.James mendesah pelan, “Apa yang kau sedang lakukan?”“Mencegahmu pergi,” jawab Riley dengan lemah.James membuang napas dengan kasar dan memapah Riley yang ternyata masih begitu lemah.“Kau tidak perlu membuang-buang waktu dan tenagamu,” kata James.“Mengapa? Kau tidak harus pergi, James. Kau-”“Ini sudah keputusanku,” potong James cepat.Riley menggelengkan kepala, menatap pemuda yang hanya terpaut satu tahun lebih tua darinya itu. “Kau tidak bersalah. Akulah yang brengsek karena ingin mempertahankan sebagai sahabatku.”“Senang sekali kau mengakuinya,” balas James yang kemudian diiringi senyuman samar.“Jika ada yang harus pergi dari sini, maka akulah orangnya, bukan kau,” kata Riley.Ja
Rowena mengangguk lemah, sementara keempat prajurit yang juga berada di dalam ruang rawat itu langsung saling lempar pandang. Riley sendiri butuh beberapa waktu untuk memproses informasi tersebut.Namun, Reiner langsung bertanya, “Yang Mulia, lalu … di mana wakil jenderal perang berada sekarang?”Rowena menoleh dengan cepat, “Aku tidak tahu. Aku … hanya mendengar berita itu dari pelayan istana, baru saja. Mungkin … dia sudah kembali ke asrama atau-”“Terima kasih, Yang Mulia,” Reiner memotong ucapan Rowena dengan cepat akibat terlalu panik.Setelah itu Reiner langsung memberi penghormatan pada sang putri raja dan cepat-cepat meninggalkan area tersebut bersama dengan Diego.Ben juga berujar, “Riley, aku ke sana dulu. Nanti aku … akan ke sini lagi.”Alen ikut mengangguk, “Jangan khawatir! Kami akan langsung memberitahumu bila kami sudah tahu apa yang sedang terjadi.”Riley hanya bisa menatap kepergian teman-temannya dengan tatapan penuh kebingungan.Tinggalah hanya Rowena yang berada d
Awalnya Riley sangat ingin memaksa James untuk menjawab perkataannya, namun dia tidak lagi melakukannya saat dia akhirnya memahami James mungkin membutuhkan waktu untuk sendiri.Dia pun menghela napas pelan, “Aku akan bicara lagi dengannya nanti.”Sementara itu, di luar ruang Riley, semua orang yang merupakan teman baik dari kedua anak muda yang sedang memiliki masalah yang cukup rumit itu sontak menatap James dengan tatapan penuh tanya.Ketika Alen dan Ben hanya diam saja lantaran tidak berani bertanya, Diego dengan santai bertanya, “Kau … sudah berbicara dengan Riley?”James mengangguk.“Lalu … bagaimana?” Reiner bertanya dengan nada was-was.James tidak menjawab pertanyaan Reiner dan hanya berkata, “Aku akan kembali ke asrama dulu.”Shin yang mendengar hal itu menggigit bibir dan membalas, “Aku akan menemanimu.”James tidak menolak dan membiarkan Shin ikut bersamanya, sementara Diego dan Reiner tetap di sana.Setelah James dan Shin tidak terlihat lagi di sana, Alen memutuskan masuk
James tertawa penuh kecewa ketika dia melihat Riley hanya diam sajaRiley sontak menatapnya tanpa kata.“Kenapa? Apa kau … jangan-jangan memang tidak pernah memiliki niat sekalipun untuk memberitahu masalah itu kepadaku?” James berkata dengan nada tajam.Riley membuka mulut tapi ternyata tidak ada satupun kata-kata yang keluar dari mulut Riley.James semakin kesal melihatnya, “Ah, jadi begitu. Aku mengerti sekarang.”James manggut-manggut dan melangkah mundur, membuat Riley terkejut.“James, ini tidak seperti apa yang sedang kau pikirkan,” kata Riley pada akhirnya bisa membalas ucapan James.James menggelengkan kepala.“Kau memangnya tahu apa yang sedang aku pikirkan, Riley?” James berkata dengan nada sinis.Pemuda itu tidak bisa lagi menyembunyikan rasa kecewanya yang sangat besar, “Kau tidak tahu, Riley. Tapi … aku bisa tahu apa yang sedang kau pikirkan.”“James, aku … tahu aku sudah bersalah kepadamu. Tapi, tolong mengertilah! Posisiku sangat sulit. Aku tidak ingin kau … membenciku
Shin dan Reiner seketika saling melempar pandang, seakan sama-sama bingung harus meninggalkan area itu sesuai permintaan James atau tidak.Akan tetapi, alasan mereka ragu-ragu tentu saja bukan karena mereka berdua khawatir bahwa James akan menyakiti Riley. Justru keduanya lebih mengkhawatirkan James.Sayangnya, James yang tidak mendapatkan jawaban dari dua orang temannya itu sontak menoleh dengan kening berkerut, “Kenapa? Apa kalian berdua tidak percaya padaku?”“Kalian … berpikir aku akan berbuat hal yang … sampai menyakiti Riley? Apa seperti itu?” James menambahkan dengan raut wajah sedih.Shin cepat-cepat menoleh ke arah James, “Tentu saja tidak. Kau tidak akan melakukan hal seburuk itu.”“Jangan salah paham, James! Justru kami … hanya sangat khawatir terhadapmu,” Reiner berujar pelan.James terkejut dan ketika dia menatap kedua temannya itu secara bergantian, dia langsung tahu bahwa kedua teman baiknya itu sama sekali tidak sedang berbohong.Pemuda itu memejamkan matanya dan langs
Ben sontak menundukkan kepala.James pun seketika memejamkan matanya, benar-benar tidak mempercayai sebuah kenyataan yang menyakitkan telah menamparnya.Sementara Shin menatap temannya itu dengan pandangan penuh kekecewaan.Dia menyentuh bahu Ben dan bertanya, “Kau tahu soal rahasia besar ini dan kau … diam saja? Apa yang sudah kau lakukan?”Ben terdiam.Shin menghela napas panjang dan memperhatikan ekspresi semua prajurit yang merupakan teman-teman baiknya itu. Pria itu mendesah pelan, “Bukankah kita ini … semuanya teman? Bagaimana bisa kau … dan kau menyembunyikan hal penting ini?”Ben mengangkat kepala, “Lalu, kau berharap aku melakukan apa?”“Melakukan apa katamu?” balas Shin sengit.“Kau pikir itu mudah? Menyembunyikan rahasia sebesar ini? Pikirmu … apa yang terjadi jika aku memberitahu kau dan yang lain? Apalagi James. Dia … pasti akan bertengkar dengan Riley. Mereka akan-”“Sialan!” James mengumpat karena sudah tidak tahan.Pemuda itu berkata, “Jangan berlagak kau tahu tentang