Beranda / Urban / Sang Dewa Perang Terkuat / 140. Pertanyaan Apa Itu?

Share

140. Pertanyaan Apa Itu?

Penulis: Zila Aicha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-21 21:20:46

Beberapa orang tertawa senang. Salah satu dari para prajurit musuh itu berkata, “Kau benar, mengapa kita tidak bersenang-senang dengan anak ini terlebih dulu?”

Seseorang dengan begitu berani dan tanpa rasa takut berjalan mendekati Riley dan ikut berujar, “Jadi, bagaimana, anak muda? Apa kau siap menerima nasibmu yang menyedihkan?”

Gelak tawa pun terdengar seketika. Akan tetapi, dikarenakan mereka terlalu bersemangat untuk menyiksa Riley, mereka kehilangan kewaspadaan mereka.

Akibatnya, dengan gerakan super cepat Riley membalikkan keadaan dengan cara menembak secara bertubi-tubi. Bahkan, pemuda itu juga berhasil mengambil dua senjata musuhnya dan membuat mereka terkapar.

“Sialan!” salah satu dari mereka mengumpat karena terlalu terkejut.

Hanya dalam beberapa detik saja si pemuda ingusan itu telah mengacaukan mereka. Sudah banyak dari anggota prajurit musuh yang berjatuhan dengan luka yang bervariasi.

Bodohnya lagi, rupanya hampir seluruh dari para prajurit tidak mengenakan baju pelindu
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Novel Ajh
qlo hanya pos 1 bab lama" pembaca Jenu kak n males baca y
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sang Dewa Perang Terkuat    141. Coba Saja Kalau Kau Bisa!

    Riley tetap memasang ekspresi tenang dan membalas, “Mengapa kau bertanya soal salah satu jenderal perang dari kerajaan kami?”Sang prajurit musuh itu mendadak tersenyum miring, “Karena kau memiliki banyak kemiripan dengan dia, anak muda. Katakan padaku! Apa kau saudaranya? Atau kau … mungkin putranya?”Mendengar pertanyaan itu, Riley pun langsung mencoba menggali ingatannya mengenai semua informasi yang telah dia baca dalam buku tentang kerajaan itu sebelum dia berangkat ke medan perang.Ketika dia mencoba mengingat-ingat semuanya, dia mendapatkan sebuah nama yang berhasil dia ingat.“Kau … Bradley Martin?” Riley bertanya dengan dahi mengerut, ingin memastikan bila dia tidak salah menebak.“Seorang komandan yang dikalahkan oleh Jenderal Mackenzie,” tambah Riley.Bradley pun tercengang. Pria itu terdiam selama beberapa saat dan kemudian kembali tersenyum mengerikan. “Yah, kau benar. Dia memang mengalahkan aku dan gara-gara strategi liciknya itu kerajaanku sampai harus menyerah pada Ans

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-22
  • Sang Dewa Perang Terkuat    142. Kapan Dia Akan Menyerah?

    Sementara itu, Riley masih bergerak dengan begitu sangat lincah dan tidak terlihat tertekan sedikitpun. Hal itu bisa dirasakan oleh Bradley melalui tembakan-tembakan Riley yang tidak terlalu berjarak lama.“Anak muda itu sudah gila! Bagaimana dia bisa bersabar seperti itu?”Pria itu menggelengkan kepala, “Kalau aku jadi dia, aku pasti sudah membunuh musuhku. Mengapa dia tetap bertahan menyerang dengan cara seperti itu?”Dan lagi, dia pun heran dengan penglihatan Riley. Bradley menilai pemuda itu seolah memiliki mata seekor kucing yang memiliki penglihatan yang jelas di dalam gelapnya malam.Akan tetapi, dia salah besar. Riley justru merasa sedikit agak ceroboh jika bertempur dalam gelap.“Astaga! Kapan dia akan menyerah?” gumam pemuda itu sudah mulai frustasi. Dia bisa saja menembak jantung Bradley dengan tepat. Selama pertempuran yang telah berlangsung beberapa menit itu, dia hanya menghafal bagaimana cara Bradley bergerak dan itu cukup berhasil.Perkiraannya cukup tetap. Bradley b

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-23
  • Sang Dewa Perang Terkuat    143. Kita Coba Periksa!

    William menatap Andrew lekat-lekat dari tempatnya duduk, taoi Andrew tak kunjung menjawab. William pun hanya bisa mendesah pelan.Keannu yang mendengar percakapan yang sanhgat sensitif itu memilih untuk menanggapi, "Bill, ayolah! Andrew bukan kau yang memiliki kemampuan hebat mengalahkan musuh tanpa membunuh.""Jika dia tidak melakukan hal itu ... dia bisa menjadi orang yang terbunuh. Kau ... pasti juga tidak mau kan jika salah satu prajurit yang paling kau sukai ini terbunuh?" lanjut Keannu, jelas-jelas membela Andrew.William membuang napas dengan kasar, "Kita bicarakan itu nanti saat kau tiba di istana, Reece! Dan sekarang ... dengarkan aku!"Diskusi itu pun kembali dilanjutkan dan sang raja kembali menutup mulut sambil mendengarkan William menjelaskan strategi perangnya. Sementara itu, selain meminta prajurit yang bersamanya menuju ke daerah tempat pertempuran itu, Greg Sehel juga mengingatkan mereka untuk lebih hati-hati ketika akan mendekat.Sudah jelas jika itu pasti sebuah p

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-23
  • Sang Dewa Perang Terkuat    144. Dia Adalah Teman Saya!

    Setelah mendengar suara tegas itu, orang yang sedang bersembunyi itu pun akhirnya menampakkan diri.Salah seorang prajurit yang berdiri di samping Greg mengarahkan senter ke orang itu dengan cepat agar mereka bisa mengetahui identitas orang itu.Morphy melotot kaget, “Wood!”Greg menatap ke arah pemuda yang berjalan mendekat ke arahnya.“Komandan,” sapa Riley sembari meringis, benar-benar tidak menyangka malah bertemu salah satu komandan pasukan kerajaannya.Dia melirik ke arah sesosok prajurit yang telah bertempur dengannya itu. Dia menghela napas panjang, tahu bahwa laki-laki bernama Bradley Martin itu telah tewas.Maafkan aku, seharusnya kau tak perlu mati. Aku sungguh-sungguh tidak pernah berniat membunuhmu, tapi kau ternyata mati di tangan orang lain, Riley membatin, cukup menyesal atas apa yang menimpa orang yang memiliki dendam terhadap ayahnya itu.Pemuda itu lalu mengangkat wajah, menatap ke arah Greg Sehel. Dia memasang ekspresi penuh rasa bersalah dan sudah menyiapkan dirin

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-25
  • Sang Dewa Perang Terkuat    145. Strategi Baru

    Riley tidak langsung menjawab perkataan Greg.Pemuda itu membutuhkan waktu selama beberapa detik untuk membalasnya, “Saya … memang tidak bisa tahu apa yang mungkin terjadi di masa depan. Tapi … yang saya ketahui adalah, saat ini saya memiliki hubungan yang cukup dekat dengannya.”Helaan napas panjang Greg terdengar oleh Riley. Sang komandan tidak bisa berbicara terlalu banyak saat itu dikarenakan situasi yang tidak memungkinkan. Sehingga dia pun hanya berbisik, “Kita bicara ini lagi nanti, setelah kita kembali ke istana.”Riley mengangguk patuh, tidak membantah. Dia lalu menoleh ke arah belakang dan melihat keadaan James yang sedang digendong oleh Ben. “Apa mau aku gantikan untuk menggendongnya, senior?”Greg mendengar hal itu, tapi dia hanya bisa menggelengkan kepala.“Tidak perlu, ini sudah dekat,” jawab Ben yang memang tidak terlihat lelah sama sekali.Mereka tidak menemukan rintangan satu pun saat berjalan menuju markas. Tak ada prajurit musuh yang juga menghadang mereka. Morphy

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-26
  • Sang Dewa Perang Terkuat    146. Itu Sangat Ceroboh Sekali!

    “Itu bisa hilang, hanya saja … di sini obat semacam itu tak ada. Kita di daerh perang, Riley. Yang paling utama dan penting tentu saja adalah menyembuhkan luka para prajurit dengan lebih cepat agar mereka bisa kembali berperang,” jawab Alen sembari memeriksa keadaan James sekali lagi.Riley mengernyit, “Berperang lagi? Dengan kondisinya yang parah ini?”Alen mendesah jengkel, “Hei, temanku yang baik. Kita sudah berhasil membuat dia bertahan dan bisa diperkirakan dia akan sembuh total dalam dua atau tiga hari.”“Kakinya patah, Alen. Luka tembaknya-”“Kami sudah mengatasinya, percayalah! Oh, astaga. Aku tidak percaya ini. Kau meragukan kemampuan medis kami?” potong Alen terlihat tersinggung.Riley meringis, “Bukan seperti itu maksud aku. Hanya saja dengan luka yang dia dapat itu, apa mungkin dia masih bisa ikut berperang?”Alen mendesah sebal. “Tentu saja dia bisa. Ini zaman di mana pengobatan sangatlah maju. Ayolah! Kau ini sebenarnya tinggal di mana, Riley? Seingatku kau pernah sembuh

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-28
  • Sang Dewa Perang Terkuat    147. Berdebat Soal Apa?

    Greg tentu saja serius. Setelah dia mengetahui fakta mengenai identitas Riley yang sesungguhnya, dia tidak memiliki sedikitpun keraguan pada pemuda itu.Lagipula, Riley telah membuktikan bahwa dia memang salah satu calon prajurit terbaik yang ada saat itu dengan cara menempati peringkat pertama di dalam banyak bidangDi samping itu, pemuda yang merupakan putra dari William Mackenzie itu juga telah membuktikan diri bisa lolos dari pertempuran-pertempuran dengan pasukan musuh yang bisa dikatakan tidak mudah.Hal itu sudah cukup membuatnya yakin bila Riley bisa saja memiliki ide cemerlang seperti sang ayah.Akan tetapi, melihat ekspresi pemuda itu, Greg tidak cukup bodoh untuk melanjutkan pembahasan mengenai masalah itu dan akhirnya dia terkekeh, “Tentu saja aku bercanda.”Dia meneguk kopinya dan melanjutkan, “Aku sudah mendengar semua cerita dari para seniormu dan kau … memang hebat. Namun, kau masih membutuhkan waktu lebih banyak untuk mengembangkan diri.”Riley mengangguk setuju, seme

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-29
  • Sang Dewa Perang Terkuat    148. Perintah sang Jenderal

    Seketika orang-orang itu pun hanya terdiam, pasrah akan apa yang diperintahkan oleh sang jenderal perang.Mereka sadar mereka hanyalah anak buah yang harus menurut pada perintah seorang pemimpin dan jika tidak, mereka sendiri yang akan mendapat masalah.“Setelah perang yang berlangsung selama ini, aku bisa menentukan posisi-posisi menurut kemampuan kalian masing-masing. Dan jangan sekalipun merasa rendah diri jika kalian tidak berada di barisan paling depan. Ini bukan saatnya untuk merasa iri atau kesal hanya karena kalian ditempatkan di barisan tengah atau belakang.”Greg mendesah pelan lalu melanjutkan lagi setelah yakin bila semua prajurit yang hanya berjumlah ratusan itu terlihat siap, “Ingatlah, yang harus kalian lakukan adalah bertahan hidup. Kita … memang menyerang mereka tapi … kita tidak diizinkan untuk membunuh mereka.”Mendengar hal itu Ben, Shin dan beberapa prajurit senior yang sudah terbiasa dengan menghabisi para musuh mereka itu melongo kaget. Tidak hanya itu, sebagia

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-30

Bab terbaru

  • Sang Dewa Perang Terkuat    35. Lalu Siapa?

    “Ah, kalau kau tidak siap melepas jabatan penting itu, bukankah kau seharusnya berhati-hati ketika berbicara, Perdana Menteri? Ingatlah, yang kau bicarakan itu bukanlah hal yang pantas,” kata James dengan nada tajam.Siapapun yang mendengar suara James yang penuh ancaman itu pastilah akan takut.Dan tidak disangka-sangka, ancaman James Gardner ternyata berhasil membungkam si tua Philip. Philip tak lagi berani berbicara dan hanya diam saja. Tetapi, tatapannya yang penuh kekesalan itu masih bisa dilihat oleh James.Tentu saja, kau pasti sangat kesal padaku, Perdana Menteri. Namun, kau sudah pasti tidak mau kehilangan jabatanmu hanya karena tuduhan konyol itu, James membatin.Hal tersebut membuat Monica Wilhelm dan kedua anak-anaknya merasa sedikit lebih tenang.“Y-Yang Mulia, saya … saya ….” Philip berusaha berbicara lagi, tapi kegugupannya terlihat sangat jelas sehingga James pun tahu orang tua itu tidak mungkin berani berkata hal ngawur lagi. James pun segera menanggapi, “Kenapa, Per

  • Sang Dewa Perang Terkuat    34. Perdana Menteri

    Philip Crawford terbatuk-batuk begitu mendengar perkataan James Gardner.James menaikkan alis kanan, tampak menanti penjelasan Philip.Philip pun berdeham kecil dan membalas tanpa berani melihat ke arah James, “Bukan saya yang menuduh Anda, Jenderal Gardner. Hanya saja … seluruh penghuni Kerajaan Ans De Lou membicarakan hal ini. Anggap saja saya hanya menyampaikan apa yang sedang dipikirkan oleh mereka.”James tertawa pelan, membuat Philip seketika menoleh ke arah dirinya. Begitu juga dengan Monica dan kedua anaknya yang tampak terkejut melihat reaksi sang jenderal perang.“A-apa yang lucu dari perkataan saya sampai Anda tertawa, Jenderal Gardner?” Philip berkata dengan nada tersinggung.James menghentikan tawanya dan mendesah pelan sebelum berkata, “Tidak ada yang lucu. Hanya saja aku merasa kau sangat pengecut sekali, Perdana Menteri.”“Pe-pengecut? Apa maksudmu, Jenderal?” Philip membelalakkan mata, jelas semakin tersinggung.“Benar. Tentu saja kau hanyalah seorang pengecut. Kau m

  • Sang Dewa Perang Terkuat    33. Penyebab

    “Jadi, kalian bisa memberi kami waktu untuk meratapi anggota keluarga kami, bukan? Kalian tidak lupa bukan bahwa Keannu Wellington bukan hanya seorang raja negeri ini, tapi dia adalah kepala keluarga kami. Dia suamiku, ayah dari kedua anakku dan seorang kakek dari cucuku,” kata Monica dengan nada datar tapi tegas.Perkataan sang ratu rupanya berhasil membuat para pejabat istana itu saling lirik dan akhirnya terbungkam.Beberapa di antara mereka tampak mundur beberapa langkah seakan memang benar-benar tidak ingin mengganggu lagi anggota keluarga kerajaan. James Gardner sendiri tersenyum melihat para pejabat istana yang sebagian merupakan jajaran menteri penting itu tidak berkutik di hadapan sang ratu. James tidak bisa tidak terkesan pada kemampuan sang ratu yang mampu membuat orang-orang tunduk atas perintahnya. Hal itu karena menurut James sangatlah langka dan jarang terjadi.Sebelum dia melepaskan jabatannya sebagai seorang wakil jenderal perang, dia telah bertemu dengan begitu ba

  • Sang Dewa Perang Terkuat    32. Bukankah Kami Berhak?

    Dikarenakan James tidak kunjung bergerak dari tempatnya berdiri dan malah terdiam seperti sebuah patung, Rowena langsung melirik ke arah Xylan.Xylan tentu saja mengerti maksud dari kakak perempuannya itu sehingga dia cepat-cepat berkata, “Jenderal Gardner, apa … kau baik-baik saja?”James sontak tersadar dari lamunannya dan mengangguk pada Xylan. Dengan kebingungan yang sedang menguasai pikirannya, dia tetap melangkah masuk ke dalam kamar sang raja.Begitu dia memasuki area itu untuk pertama kalinya, James bisa melihat jasad raja Kerajaan Ans De Lou yang terbaring kaku di atas tempat tidur mewah itu. Dia hanya bisa menghembuskan napas pelan melihat orang yang pernah bertanggung jawab atas kerumitan hubungan antara ayahnya dan juga ayah Riley itu. Akibat kesalahan raja yang telah wafat itu, hubungannya dengan Riley pun meregang.Akan tetapi, sang raja telah meminta maaf kepadanya dan dia pun telah memaafkan segala kesalahannya sehingga saat itu sudah tidak ada rasa amarah ataupun dend

  • Sang Dewa Perang Terkuat    31. Perisai

    Sebelum James memberikan jawaban atas perkataan Xylan Wellington, sang putra mahkota yang masih sangat muda itu, Xylan telah kembali berbicara, “Jenderal Gardner, aku tahu permintaanku ini sangat berlebihan.”“Dan aku tahu … tujuanmu bersedia kembali ke istana ini adalah demi kakak iparku, namun … aku sangat membutuhkan bantuanmu, Jenderal Gardner,” Xylan menambahkan dengan raut wajah penuh permohonan.James menghela napas panjang dan kemudian menggelengkan kepalanya.Hal itu membuat Xylan lemas dan juga kecewa. Tetapi, itu hanya berlangsung sementara karena tidak lama kemudian Xylan mendengar James berkata, “Anda tidak perlu meminta saya sampai seperti ini, Yang Mulia.”Xylan terhenyak. Terlebih lagi James melanjutkan dengan berkata, “Sebagai seorang Jenderal Perang Kerajaan Ans De Lou, tugas saya tidak hanya melindungi negeri ini. Tapi juga melindungi kepala pemimpin kerajaan ini.”Mulut Xylan terbuka sedikit karena terkejut mendengar jawaban James yang tanpa sedikitpun keraguan it

  • Sang Dewa Perang Terkuat    30. Kau Bisa Membantuku?

    “Apa yang sedang terjadi sebenarnya?” Reiner terlihat semakin bingung.Biasanya, jika mereka memenangkan sebuah peperangan, mereka akan disambut dengan begitu meriah.Tidak hanya sejumlah prajurit istana saja yang menyambut mereka, namun juga para pejabat istana serta anggota keluarga kerajaan akan menyambut kedatangan mereka.Akan tetapi, saat itu hanya ada sejumlah prajurit dan prajurit pengawal pangeran saja yang ada di lapangan tempat pesawat mereka akan segera mendarat.Hal itu tentu saja menimbulkan berbagai pertanyaan yang akhirnya mencuat di kepala para prajurit yang baru kembali dari pertempuran antara hidup dan mati itu. “Apa mereka tidak mendengar kabar kemenangan kita?” celetuk salah seorang prajurit kelas satu dengan nada penuh rasa kecewa.Seorang prajurit kelas dua menanggapi, “Tidak mungkin. Mereka pasti mendengarnya. Ini sebuah kemenangan besar yang ditunggu-tunggu. Mereka tidak mungkin tidak tahu.”“Betul. Istana pasti telah mengumumkan berita paling membahagiakan i

  • Sang Dewa Perang Terkuat    29. Keresahan

    “Astaga, Xylan! Mengapa kau meragukan dia?” Rowena membalas dengan nada pelan, seolah takut membuat putra kecilnya yang sedang tertidur dalam gendongannya terbangun akibat suaranya yang mungkin terlalu kencang.Xylan menggelengkan kepala, “Aku sama sekali tidak bermaksud meragukan dia. Hanya saja, aku tahu tujuan utamanya kembali ke istana ini, Rowena. Dia ….”“Berhenti berpikir seperti itu! Dia akan sangat kecewa kalau dia tahu ternyata kau meragukan kesetiaannya,” kata Rowena dengan tajam.Rupanya nada suaranya kali itu sedikit agak lebih keras sehingga sang putra, Kharel Mackenzie terganggu tidurnya sampai bocah kecil itu menggerakkan tubuhnya.Rowena pun kembali mencoba untuk membuat pangeran kecil itu terlelap lagi dengan cara menimangnya dengan penuh kasih sayang dan kelembutan.Xylan terdiam, seakan dia tahu sang kakak masih belum selesai berbicara.Ternyata memang benar dugaan Xylan. Usai keponakan kesayangannya itu tertidur tenang lagi, Rowena pun berkata lagi, “Xylan, menuru

  • Sang Dewa Perang Terkuat    28. Kegagalan?

    Selama Ben mengenal James, baru saat itu dia melihat James terlihat begitu sangat frustasi.Biasanya James selalu tampak datar, dingin dan tak jarang malah tanpa emosi. Akan tetapi, James yang sangat kaku itu telah berubah.Rasa cemas dan gelisah itu ditampakkan dengan jelas. Hal itu tentu membuat Ben cukup bingung menanggapinya.Akan tetapi, dia kemudian mendengar Reiner berkata, “Tenanglah, James! Ini bukan berarti kau tidak bisa membawa Riley pulan selamanya. Namun, kau hanya belum bisa membawanya pulang saat ini saja.”Reiner menepuk punggung James yang terlihat sedikit bergetar itu. Oh, Reiner sangat terkejut. Rupanya James benar-benar sangat memikirkan perasaan putra sahabat mereka itu. “Ingat, James. Kita akan kembali ke sana untuk mencarinya lagi, jadi kau tidak perlu merasa bersalah,” Reiner menambahkan.Bukannya menjadi tenang, James malah semakin resah. Pria muda itu menoleh ke arah Reiner dan membalas, “Bagaimana bisa aku tidak merasa bersalah, Rei? Aku … sudah berjanji

  • Sang Dewa Perang Terkuat    27. Apa yang Harus Aku Lakukan?

    Seakan baru tersadar, James sontak mengangguk perlahan, “Kau benar, Rei. Kita … harus kembali ke istana dan menyusun strategi lagi untuk menemukan Riley.”Reiner pun akhirnya bisa bernapas dengan penuh kelegaan.“Ayo! Kita harus segera meninggalkan tempat ini terlebih dulu,” ucap Reiner.James melihat sekeliling area tersebut untuk yang terakhir kalinya. Setelah dia merasa semua usahanya sudah cukup untuk saat itu, dia segera naik ke pesawat yang akan membawanya kembali menuju Kerajaan Ans De Lou.Selama dalam perjalanan, James lebih banyak terdiam.Sementara Reiner dan Ben yang juga berada di dalam pesawat yang sama dengan James berulang kali masih mengajak James berbicara. Namun, pria muda itu tetap memilih untuk diam.Padahal, Reiner ingin menghiburnya dengan cara mengalihkan perhatian James dari masalah Riley yang belum ditemukan. Sayangnya, dia masih gagal melakukannya. James masih terlihat tidak ing

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status