"Setuju," jawab Bill.Bill pun segera mengambil senjatanya, begitu juga dengan Hugh. Bill kemudian mengarahkan senjatanya ke atas. Sang Jenderal Perang Kerajaan Ans De Lou berujar, "Setelah satu tembakan ini meletus, maka babak ini telah dimulai."Hugh Fleshy terlihat agak terganggu dengan kata-kata itu. Sebuah "Babak", itulah yang membuat kini berpikir bila Bill hanya menganggap apa yang sedang mereka lakukan sekarang ini adalah sebuah permainan saja. Tidakkah itu sangat keterlaluan? Dirinya bahkan merasa perjuangannya saat ini adalah antara hidup dan mati. Tetapi, lawannya berpikir tidak serius.Tak lama kemudian, letusan pun terdengar. Hugh dengan cepat mengarahkan pistolnya ke arah kaki kanan Bill tapi sayangnya dengan gerakan yang begitu sangat lincah Bill melompat ke arah kanan dengan gerakan menyamping.Hugh tak menyerah.Kembali lagi, putra mahkota tampan itu menyerang lagi dan kali ini mengincar lengan kanan Bill. Akan tetapi, dia masih saja gagal. Di tembakan yang ketiga
Tiba-tiba saja Andrew Reece berjalan mendekat ke arah mereka, "Jenderal kami tidak kalah, bukankah beliau sudah mengalahkan kalian? Itu hanya masalah pernyataan saja, tidak akan jadi masalah."Andree Reece terlihat menampilkan senyumnya pada dua kakak beradik itu. Hugh Fleshy pun sadar apa yang seharusnya dia lakukan selanjutnya."Kalau begitu, mohon terimalah hormatku," ucap Hugh yang berniat berlutut di depan Bill tapi dengan segera Bill mencegah pria muda itu dan menahannya tetap berdiri tegak.William Mackenzie menatap serius pemuda itu."Kau seorang Putra Mahkota. Tak pantas berlutut di depan orang sepertiku." Bill berkata sambil menahan bahu Hugh.Gilar Fleshy pun menatap William Mackenzie dengan tatapan yang begitu berbeda sekarang. Jika sebelumnya, dia sungguh ingin sekali mencabik-cabik Bill akibat kekalahan sang kakak derita. Sekarang ini, tatapannya telah berubah menjadi tatapan penuh kekaguman yang sangat dalam."Jenderal Stewart, apakah Anda dewa? Bagaimana Anda bisa be
Para prajurit itu terlihat menunggu sang legenda menyapa mereka.William Mackenzie pun kemudian tersenyum, "Kalian, kembalilah ke tempat duduk kalian lagi!""Ingat, kalian masih di pesawat," lanjut Bill, memperingatkan.Sebenarnya mereka bisa menggunakan kembali bus mereka yang terparkir di daerah perbatasan sebelumnya. Akan tetapi, putra mahkota Kerajaan Fleshy meminjamkan pesawat mereka untuk membawa mereka pulang ke Kerajaan Ans De Lou sebagai salah satu bentuk balas budi.Maka, kini mereka bisa sedikit lebih bersantai menjelang pulang. Dengan begitu patuh, semua anak buah Bill pun duduk kembali di tempat mereka masing-masing.Bill pun yang kini sedang berdiri mulai berujar, "Kalian sudah tahu siapa aku sekarang, tapi ada satu hal yang aku ingin minta pada kalian."Seratus prajurit itu pun mendengarkan dengan seksama. Tak ada yang lebih membanggakan untuk mereka bisa bertemu kembali dengan sang legenda yang begitu hebat."Hanya kalian saja yang mengetahui identitasku yang sebenarn
"Sekretaris istana, kalah atau menang dalam perang itu adalah hal yang biasa terjadi." Bill menjawab tanpa berhenti berjalan."Mana mungkin kau bisa kalah?" balas Amanda sama sekali tak percaya.Bill kembali menjawab dengan santai, "Aku manusia biasa, Amanda. Tentu saja aku bisa kalah."Amanda menggelengkan kepalanya, "Tidak mungkin. Kau ... sama sekali tidak pernah kalah. Aku tidak percaya ada yang bisa mengalahkanmu. Kau ... ah, katakan padaku apa yang terjadi sebenarnya?"Bill berkata lagi, "Anggap saja dia lebih hebat dariku.""Mana ada yang bisa lebih hebat darimu? Aku tidak pernah menemukannya. Dewa Maut sepertimu bisa kalah? Itu mustahil," tambah Amanda, terlihat tak percaya sedikit pun.Tapi, kemudian Amanda segera menutup mulutnya dengan cepat dan sadar bila banyak prajurit William Mackenzie yang mendengarkan ucapannya. Dia pun mendadak panik.Dia berkata, "Bill. Aku tak sengaja."Akan tetapi, Andrew Reece berkata dengan nada menenangkan, "Anda tak perlu khawatir, Sekretaris
"Apa kau yakin bisa menang atas kerajaan kecil itu, Jenderal Gardner?" tanya Keannu, berniat memastikan. Jody Gardner segera menyahut dengan penuh kepercayaan diri, "Tentu, Yang Mulia. Saya akan mendapatkan kemenangan yang tidak bisa diberikan oleh Jenderal Stewart." Keannu Wellington terlihat puas mendengar jawaban Jody Gardner. Namun, kendati demikian, Keannu tetap merasa ada sesuatu yang sangat ganjal. Saat raja muda itu tengah berpikir, Bill pun berbicara lagi, "Yang Mulia, mengapa Anda bersikeras mengalahkan kerajaan itu? Tidakkah lebih baik menghadapi kerajaaan lain, Yang Mulia? Untuk apa menghabiskan dana untuk perang itu?" "Untuk apa? Apa kau lupa bila kekalahan kita ini karena kesalahanmu, Jenderal Stewart?" ucap Jody Gardner. Keannu meminta Jody Gardner menutup mulut, sementara dia menjawab, "Lalu, memang apa solusimu untuk masalah ini, Jenderal Stewart? Kau sudah kalah dari Kerajaan Fleshy. Apa yang bisa kau lakukan sekarang?" William Mackenzie pun merasa senang karen
Akan tetapi, Bill tentu saja tidak akan membiarkan Jody menang darinya sehingga dia pun berkata, "Ah, saya lupa akan satu hal. Setiap orang memiliki cara tersendiri untuk mengatasi kekalahan masing-masing."Jody yang sempat merasa senang itu kini kesal kembali.Pria berusia hampir tiga puluh enam tahun itu pun berkata, "Yang Mulia, mohon beri saya waktu untuk beristirahat. Setelah itu, saya akan memberikan kontribusi saya untuk kerajaan ini."Tak perlu bertanya lebih lanjut, Keannu langsung mengerti akan perkataan William Mackenzie.Sang raja muda itu pun menjawab, "Ya, kau boleh beristirahat seperti yang kau mau.""Terima kasih atas kemurahan hati Anda, Yang Mulia. Kalau begitu, saya mohon izin untuk meninggalkan istana selama beberapa waktu bersama istri saya," ucap Bill.Keannu hampir saja akan meneriakkan keberatannya tapi dia tahu dia tidak bisa melakukannya. Tatapan Bill jelas tidak membiarkan dirinya melakukan hal tersebut.Maka, mau tak mau Keannu hanya bisa berkata, "Ya, aku
Akan tetapi, tiba-tiba saja Andrew Reece teringat bila dirinya tidak berhak ikut campur atas masalah itu."Tak usah dikatakan," cegah Andrew.Mark Donovan yang sudah siap meluncurkan idenya pun menatap heran, "Kenapa, Tuan?""Ini tidak benar." Andrew berdiri, menatap Mark dengan pandangan lelah."Apanya yang tidak benar?""Memang ini tidak adil bagi Jenderal Mackenzie, tapi kita juga tidak tahu apa yang mungkin dipikirkan oleh beliau."Andrew mengambil jeda sejenak, "Karena kalau dipikir-pikir, beliau adalah seorang jenderal besar. Tentu sangat mudah baginya bila beliau ingin pergi dari istana ini dan tak kembali."Mark Donovan seolah baru saja dipukul kepalanya dengan palu. Dia juga tersadar."Astaga, kau benar. Jika beliau tidak kembalipun, juga tidak akan ada yang berani melawannya. Bahkan, Raja Keannu sekalipun pasti tidak akan bisa menahannya. Kalau Jenderal Mackenzie tetap bersikeras berada di istana ini, berarti dia memiliki tujuan tertentu," jelas Mark.Andrew mengangguk. "Ma
George pun sontak memerintahkan anak buahnya untuk menyelidiki tentang kemunculan Bill dan Cassandra Wood.Namun, setelah diberi waktu selama 24 jam nyatanya mereka tak mendapatkan apapun."Aku sudah membayarmu dengan begitu mahal, bagaimana bisa kau tidak bisa mendapatkan informasi sedikitpun mengenai mereka?" ucap George dengan tampang yang begitu murka.Shirley yang juga ada di sana bersama dengan sang kakak menanggapi, "Sudahlah, George. Percuma saja. Tak ada gunanya menyelidikinya sekarang. Kita tunggu saja sampai kita datang ke pesta itu."Christopher Wood kini merasa kalah. Dia memang tahu bila cucu menantunya itu sudah lebih baik daripada dahulu.Tidak hanya harta yang telah berhasil ia dapatkan tetapi juga sebuah pekerjaan yang bahkan dia dapatkan di istana.Pertemuan mereka yang lalu pun juga telah membuktikan bila Bill bukanlah seorang pecundang seperti yang dulu sering dia katakan.Akan tetapi, justru itulah yang membuat Christopher merasa akan kesusahan membuat cucunya pe
“Jenderal, kita sudah terkepung.”Seorang prajurit dengan luka tembak di kaki menyeret dirinya untuk berjalan menuju ke tempat di mana sang jenderal perang Kerajaan Ans De Lou sedang mempersiapkan senjatanya.Prajurit yang terseok-seok ketika berjalan itu sudah tidak mengenakan pelindung kepala dan juga pelindung badannya yang lain. Hal itu membuat sang jenderal perang mendelik marah kepadanya, “Apa yang kau sudah lakukan? Di mana semua pelindungmu?”Sang prajurit dari kelas satu itu hanya bisa meringis menahan sakit dan menjawab, “Tidak bisa digunakan lagi, terlalu banyak luka tembakan.”Riley Mackenzie membelalakkan mata dan seketika melepas kacamata pelindung yang melindungi matanya.Pria muda itu sontak berjongkok dan melihat luka Benedict Arkitson yang ternyata sangat parah. Tidak hanya kakinya saja yang tertembak, tapi bagian perut kirinya rupanya juga terluka parah. Di samping itu, Riley melihat banyak luka lain yang tidak terhitung jumlahnya. “Tetaplah di sini! Staf medis a
Dear, ReadersIni Zila Aicha yang ingin berterima kasih kepada seluruh pembaca setia novel ini. Saya tahu, season 2 dari buku ini mungkin membuat kecewa sebagian penggemar buku ini. Namun, percayalah saya sudah berusaha membuat buku ini dengan sepenuh hati.Bolehkah saya meminta pendapat Anda mengenai buku ini? Saya akan dengan senang hati membaca komentar Anda semua. Saran dan Kritik pun akan saya terima dengan bahagia.Selanjutnya, saya akan membuat season 3 dari buku ini, tapi Season 3 ini akan menjadi buku dengan tokoh utama “James Gardner.”Semoga Anda semua akan menyukainya.Salam hangat selaluZila Aicha
Orang-orang pun berniat mendekati Riley, hendak membantunya. Akan tetapi, ketika mereka melihat James Gardner yang bergerak mendekati Riley, mereka pun hanya bisa diam di tempat mereka.James dengan cepat menangkap tubuh Riley yang terhuyung-huyung seolah tidak sanggup menahan beban tubuhnya sendiri.James mendesah pelan, “Apa yang kau sedang lakukan?”“Mencegahmu pergi,” jawab Riley dengan lemah.James membuang napas dengan kasar dan memapah Riley yang ternyata masih begitu lemah.“Kau tidak perlu membuang-buang waktu dan tenagamu,” kata James.“Mengapa? Kau tidak harus pergi, James. Kau-”“Ini sudah keputusanku,” potong James cepat.Riley menggelengkan kepala, menatap pemuda yang hanya terpaut satu tahun lebih tua darinya itu. “Kau tidak bersalah. Akulah yang brengsek karena ingin mempertahankan sebagai sahabatku.”“Senang sekali kau mengakuinya,” balas James yang kemudian diiringi senyuman samar.“Jika ada yang harus pergi dari sini, maka akulah orangnya, bukan kau,” kata Riley.Ja
Rowena mengangguk lemah, sementara keempat prajurit yang juga berada di dalam ruang rawat itu langsung saling lempar pandang. Riley sendiri butuh beberapa waktu untuk memproses informasi tersebut.Namun, Reiner langsung bertanya, “Yang Mulia, lalu … di mana wakil jenderal perang berada sekarang?”Rowena menoleh dengan cepat, “Aku tidak tahu. Aku … hanya mendengar berita itu dari pelayan istana, baru saja. Mungkin … dia sudah kembali ke asrama atau-”“Terima kasih, Yang Mulia,” Reiner memotong ucapan Rowena dengan cepat akibat terlalu panik.Setelah itu Reiner langsung memberi penghormatan pada sang putri raja dan cepat-cepat meninggalkan area tersebut bersama dengan Diego.Ben juga berujar, “Riley, aku ke sana dulu. Nanti aku … akan ke sini lagi.”Alen ikut mengangguk, “Jangan khawatir! Kami akan langsung memberitahumu bila kami sudah tahu apa yang sedang terjadi.”Riley hanya bisa menatap kepergian teman-temannya dengan tatapan penuh kebingungan.Tinggalah hanya Rowena yang berada d
Awalnya Riley sangat ingin memaksa James untuk menjawab perkataannya, namun dia tidak lagi melakukannya saat dia akhirnya memahami James mungkin membutuhkan waktu untuk sendiri.Dia pun menghela napas pelan, “Aku akan bicara lagi dengannya nanti.”Sementara itu, di luar ruang Riley, semua orang yang merupakan teman baik dari kedua anak muda yang sedang memiliki masalah yang cukup rumit itu sontak menatap James dengan tatapan penuh tanya.Ketika Alen dan Ben hanya diam saja lantaran tidak berani bertanya, Diego dengan santai bertanya, “Kau … sudah berbicara dengan Riley?”James mengangguk.“Lalu … bagaimana?” Reiner bertanya dengan nada was-was.James tidak menjawab pertanyaan Reiner dan hanya berkata, “Aku akan kembali ke asrama dulu.”Shin yang mendengar hal itu menggigit bibir dan membalas, “Aku akan menemanimu.”James tidak menolak dan membiarkan Shin ikut bersamanya, sementara Diego dan Reiner tetap di sana.Setelah James dan Shin tidak terlihat lagi di sana, Alen memutuskan masuk
James tertawa penuh kecewa ketika dia melihat Riley hanya diam sajaRiley sontak menatapnya tanpa kata.“Kenapa? Apa kau … jangan-jangan memang tidak pernah memiliki niat sekalipun untuk memberitahu masalah itu kepadaku?” James berkata dengan nada tajam.Riley membuka mulut tapi ternyata tidak ada satupun kata-kata yang keluar dari mulut Riley.James semakin kesal melihatnya, “Ah, jadi begitu. Aku mengerti sekarang.”James manggut-manggut dan melangkah mundur, membuat Riley terkejut.“James, ini tidak seperti apa yang sedang kau pikirkan,” kata Riley pada akhirnya bisa membalas ucapan James.James menggelengkan kepala.“Kau memangnya tahu apa yang sedang aku pikirkan, Riley?” James berkata dengan nada sinis.Pemuda itu tidak bisa lagi menyembunyikan rasa kecewanya yang sangat besar, “Kau tidak tahu, Riley. Tapi … aku bisa tahu apa yang sedang kau pikirkan.”“James, aku … tahu aku sudah bersalah kepadamu. Tapi, tolong mengertilah! Posisiku sangat sulit. Aku tidak ingin kau … membenciku
Shin dan Reiner seketika saling melempar pandang, seakan sama-sama bingung harus meninggalkan area itu sesuai permintaan James atau tidak.Akan tetapi, alasan mereka ragu-ragu tentu saja bukan karena mereka berdua khawatir bahwa James akan menyakiti Riley. Justru keduanya lebih mengkhawatirkan James.Sayangnya, James yang tidak mendapatkan jawaban dari dua orang temannya itu sontak menoleh dengan kening berkerut, “Kenapa? Apa kalian berdua tidak percaya padaku?”“Kalian … berpikir aku akan berbuat hal yang … sampai menyakiti Riley? Apa seperti itu?” James menambahkan dengan raut wajah sedih.Shin cepat-cepat menoleh ke arah James, “Tentu saja tidak. Kau tidak akan melakukan hal seburuk itu.”“Jangan salah paham, James! Justru kami … hanya sangat khawatir terhadapmu,” Reiner berujar pelan.James terkejut dan ketika dia menatap kedua temannya itu secara bergantian, dia langsung tahu bahwa kedua teman baiknya itu sama sekali tidak sedang berbohong.Pemuda itu memejamkan matanya dan langs
Ben sontak menundukkan kepala.James pun seketika memejamkan matanya, benar-benar tidak mempercayai sebuah kenyataan yang menyakitkan telah menamparnya.Sementara Shin menatap temannya itu dengan pandangan penuh kekecewaan.Dia menyentuh bahu Ben dan bertanya, “Kau tahu soal rahasia besar ini dan kau … diam saja? Apa yang sudah kau lakukan?”Ben terdiam.Shin menghela napas panjang dan memperhatikan ekspresi semua prajurit yang merupakan teman-teman baiknya itu. Pria itu mendesah pelan, “Bukankah kita ini … semuanya teman? Bagaimana bisa kau … dan kau menyembunyikan hal penting ini?”Ben mengangkat kepala, “Lalu, kau berharap aku melakukan apa?”“Melakukan apa katamu?” balas Shin sengit.“Kau pikir itu mudah? Menyembunyikan rahasia sebesar ini? Pikirmu … apa yang terjadi jika aku memberitahu kau dan yang lain? Apalagi James. Dia … pasti akan bertengkar dengan Riley. Mereka akan-”“Sialan!” James mengumpat karena sudah tidak tahan.Pemuda itu berkata, “Jangan berlagak kau tahu tentang
Sedangkan William juga mulai kebingungan menenangkan istrinya yang kian menangis tersedu-sedu.Akan tetapi, tangisan Cassandra akhirnya berhenti kala dia melihat pintu ruang operasi tersebut terbuka.Semua orang juga langsung menatap ke arah pintu, menunggu dengan cemas.Di saat beberapa orang dari tim medis telah keluar, William dan Cassandra langsung berjalan mendekat.“Dokter,bagaimana dengan keadaan putra saya?” William bertanya.Sang dokter berusia senja itu menatap ke arah pria paruh baya yang sedang menatapnya penuh kecemasan. “Jenderal Mackenzie,” sapa dokter itu setelah dia memperhatikan wajah William.William mengangguk, “Iya, Dokter Sigmund. Ini saya.”Sigmund terkejut, “Riley Wood, maksud saya Jenderal Wood adalah … putra Anda?”“Iya, Dokter,” jawab William.James hanya menatap kosong ke arah depan, seolah telah siap mendengar penyataan itu. Sedangkan, Reiner dan prajurit lain hanya bisa memekik kaget lantaran sebuah fakta penting yang baru saja terungkap di depan mereka.