"Mbak Lidya, ada gosip terbaru yang menyerang Mbak. Coba cek akun gosip artis terkini ya, Mbak!" Natali mengirim pesan teks via wa pada Lidya."Gosip?"Lidya mengerutkan keningnya membaca pesan dari Natali, mengenai gosip terbaru yang tidak dia ketahui sebelumnya. Apalagi selama beberapa waktu terakhir ini, Lidya memang istirahat total - karena waktu itu harus operasi juga istirahat pasca operasi.Untuk beberapa pekerjaan yang belum diselesaikan Lidya, ia telah meminta maaf dan meminta pada pihak terkait agar mencari artis pengganti. Sedangkan ia juga membayar pinalti yang ada - sesuai dengan perjanjian kontrak yang telah disepakati sebelumnya.Dengan cepat Lidya membuka akun gosip yang dimaksud oleh Natali, terkait berita yang kemungkinan besar menyangkut tentang dirinya juga."Apa? Ini gila!" seru Lidya - terkejut."Apa ini maksudnya, si Beno?" kesal Lidya, membaca berita yang tidak ada benarnya sama sekali.Di kolom komentar, pada gosip tersebut, banyak sekali tanggapan dari netize
Beberapa waktu berlalu dan gosip-gosip tersebut bukannya semakin mereda malah semakin naik. Namun, Lidya tetap bungkam dan tidak memberikan tanggapan apapun.Ia juga masih merasa khawatir karena hingga kini belum mendapatkan kepastian dari pihak kepolisian mengenai teror yang dialaminya. Semua yang terjadi terasa sangat janggal dan tidak ada yang benar sama sekali.Karena tidak sabar, Lidya akhirnya menghubungi suaminya untuk bertanya."Sudahkah kau mendapatkan informasi tentang teror yang terjadi beberapa waktu lalu, sayang?" tanya Lidya dengan nada cemas."Sudah, Lid. Dan ternyata semuanya bermula dari kecurigaan sesaat dan berlarut-larut karena orang yang kita tidak kenal. Dia adalah pelaku utama yang mencoba memberikan tekanan pada kita dengan berbagai cara," jawab suaminya dengan lesu."Maksudnya?" tanya Lidya - lagi.Meskipun demikian, Lidya tetap merasa lega dan bersyukur bahwa pelaku teror telah ditemukan. Namun ia merasa tidak suka dengan cara seseorang yang begitu jahat dan
Setelah menyelesaikan permasalah pribadi mereka, Ardiansyah dan Lidya kembali menghadapi masalah yang lebih besar ketika kantor suaminya menerima tekanan dari pihak lain untuk menjual perusahaan mereka yang ada di Pekalongan.Ardiansyah merasa bahwa ini adalah sebuah ancaman, dan ia berusaha untuk menahan tekanan itu sendirian. Tetapi Lidya tetap khawatir dan mencoba membujuk suaminya untuk mengungkapkan masalah tersebut kepadanya agar ia bisa ikut berpikir."Aku tidak ingin kamu ikut terlibat dalam masalah ini, Lid. Aku bisa menanganinya sendiri," ujar Ardiansyah ketika Lidya mencoba bertanya agar bisa membantunya."Tapi, kamu tidak bisa melakukannya sendiri. Aku di sini untuk membantumu, kita harus menyelesaikan ini bersama-sama," sahut Lidya, mencoba meyakinkan suaminya."Mungkin kamu benar, sayang. Tapi aku masih belum tahu bagaimana caranya," ucap Ardiansyah yang belum menemukan cara penyelesaian.Akhirnya Lidya ikut berpikir setelah mendapat penjelasan dari suaminya, kemudian me
"Aku lebih tenang, Ard.""Ya, tidak perlu memikirkan hal-hal yang tidak penting. Jagalah kesehatan dan pikirkan yang perlu dipikirkan saja," ujar Ardiansyah menenangkan istrinya.Setelah melaporkan kejadian tersebut ke polisi, Lidya dan Ardiansyah merasa lebih tenang sementara kasusnya telah diserahkan kepada pihak kepolisian. Mereka hanya tidak pernah membayangkan, bahwa gosip-gosip miring tersebut bisa mengarah pada ancaman serius seperti itu.Meskipun penangganan kasus seperti ini tidak bisa dilakukan dengan cara yang lebih cepat, tapi pasti ada jalan keluar jika ada terus mendampingi. Dan pihak yang melakukan itu adalah kuasa hukum yang ditunjuk oleh Lidya bersama suaminya.Baru saja Lidya masuk ke dalam mobil, ponselnya bergetar karena ada yang menelpon. Dan ternyata itu adalah Natali."Ya, Natali. Ada apa?" sapa Lidya begitu menyambungkan panggilan telepon."Mbak Lidya jadi melaporkan ancaman yang datang ke kantor polisi?" tanya Natali, dengan nada yang tidak biasa."Ya, baru saj
"Tentu saja, Ard. Aku sudah benar-benar siap untuk hamil!" Lidya menjawab tegas sambil tersenyum lebar."Lidya, kamu yakin, kan?" Ardiansyah bertanya sekali lagi - menegaskan."Iya, Ard. Aku merasa sekarang adalah saat yang tepat," jawab Lidya memberikan keyakinan pada suaminya.Ardiansyah tertawa kecil melihat keberanian istrinya yang memang selalu kuat dan tangguh dalam menghadapi masalah, sedari dulu."Aku senang mendengarnya, Sayang. Kita harus berjuang bersama untuk mewujudkan impian kita," ujarnya sambil mencium kening Lidya dalam waktu yang cukup lama."I love you, Ard," kata Lidya sambil tersenyum."I love you too, Sayang," balas Ardiansyah seraya memeluk istrinya erat-erat.Mereka kemudian mulai merencanakan program hamil mereka. Tapi terlebih dahulu mereka akan menentukan jadwal untuk bertemu dengan dokter kandungan yang bisa membantu mereka.Setibanya di rumah, mereka juga meminta izin dan doa dari kakek Hendra agar niatan mereka berdua untuk segera memiliki momongan terkab
Hari-hari terus berlalu dan Lidya merasa lebih tenang dalam menjalani kehidupannya yang sekarang, bersama sang suami. Ia juga ikut merawat kakek Hendra, yang kesehatannya semakin membaik.Gosip-gosip yang datang dan "menyenggol" dirinya, tidak terlalu digubrisnya lagi. Ia tidak mau memberikan komentar atau apapun itu, karena ia tidak merasa memiliki kepentingan dengan banyaknya prinsip tersebut.Apalagi Natali dan mantan managernya juga sudah mendapatkan ganjaran yang setimpal atas perbuatan mereka, yang menjadi biang kerok atas pencemaran nama baiknya."Lidya, bagaimana perasaanmu?" tanya kakek Hendra suatu pagi - saat mereka sarapan."Maksud, kakek?" tanya Lidya balik.Dia tidak paham dengan maksud pertanyaan kakek Hendra, yang bertanya tentang perasaannya saat ini.Ardiansyah, yang duduk di sampingnya juga tidak tahu dan menunggu jawaban dari kakeknya. Ia sendiri juga tidak tahu apa yang sebenarnya ditanyakan kakeknya pada sang istri."Setelah kamu tidak berkecimpung di dunia hibur
Tentu saja Lidya sangat bahagia saat ia mengetahui, bahwa ia akan menjadi seorang ibu dalam beberapa bulan ke depan. Namun, ada sesuatu yang menjadi keinginannya yang tidak bisa ditahannya. Masa ngidam yang tentunya memiliki banyak "cara" yang tidak biasa.Ia ingin makan es krim pada waktu menjelang pagi - dari jam 3 dini hari.Dan yang lebih menjengkelkan lagi adalah, ia hanya ingin menikmati es krim tersebut di dalam tokonya sementara toko terdekat, masih tutup dan baru buka pada pukul 10 pagi nanti."Sayang, aku sudah terjaga sejak jam 3 pagi hanya untuk makan es krim di pagi hari", ujar Lidya dengan nada kecewa pada suaminya.Ia kesal dan kecewa karena toko itu tidak buka juga di jam 7 pagi ini."Sayang, kita beli di toko lainnya, ya?" bujuk Ardiansyah - lembut."Tidak mau, aku mau di toko ini, Ard!" rengek Lidya mirip anak kecil.Ardiansyah merasa sedikit frustasi, menghadapi ngidam istrinya yang "luar biasa" karena ini menang tidak biasanya Lidya meminta es krim.Dari dulu, istr
Dua bulan kemudian, akhirnya tiba saatnya untuk kelahiran bayi mereka. Lidya meringis merasakan kontraksi, sehingga Ardiansyah langsung membawa istri tercintanya ke rumah sakit.Kakek Hendra ikut menemani mereka, merasakan rasa merasa gugup seperti dulu saat istrinya ingin melahirkan. Ia berdoa semoga semua berjalan dengan lancar dan cicitnya lahir dengan selamat."Bagaimana keadaanmu, sayang? Apa kamu sudah siap untuk melahirkan?" tanya Ardiansyah sambil memegang erat tangan istrinya yang bersandar pada lengannya.Saat ini, mereka sedang perjalanan menuju ke rumah sakit diantar oleh asisten pribadinya sang kakek.Lidya hanya mampu mengangguk lemah, tanpa bisa bersuara. Ia merasakan rasa sakit yang semakin kuat pada setiap kontraksi yang datang di perut."Tidak apa-apa. Semuanya akan baik-baik saja," ujar Kakek Hendra meyakinkan mereka - meskipun wajahnya tampak jelas, bahwa ia juga khawatir.Sampai di rumah sakit, mereka segera diperiksa oleh dokter kandungan. Setelah melakukan pemer