Share

74. Belajar Lebih Dewasa

last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-21 07:06:05

Beberapa waktu berlalu dan gosip-gosip tersebut bukannya semakin mereda malah semakin naik. Namun, Lidya tetap bungkam dan tidak memberikan tanggapan apapun.

Ia juga masih merasa khawatir karena hingga kini belum mendapatkan kepastian dari pihak kepolisian mengenai teror yang dialaminya. Semua yang terjadi terasa sangat janggal dan tidak ada yang benar sama sekali.

Karena tidak sabar, Lidya akhirnya menghubungi suaminya untuk bertanya.

"Sudahkah kau mendapatkan informasi tentang teror yang terjadi beberapa waktu lalu, sayang?" tanya Lidya dengan nada cemas.

"Sudah, Lid. Dan ternyata semuanya bermula dari kecurigaan sesaat dan berlarut-larut karena orang yang kita tidak kenal. Dia adalah pelaku utama yang mencoba memberikan tekanan pada kita dengan berbagai cara," jawab suaminya dengan lesu.

"Maksudnya?" tanya Lidya - lagi.

Meskipun demikian, Lidya tetap merasa lega dan bersyukur bahwa pelaku teror telah ditemukan. Namun ia merasa tidak suka dengan cara seseorang yang begitu jahat dan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    75. Permasalahan Datang Lagi

    Setelah menyelesaikan permasalah pribadi mereka, Ardiansyah dan Lidya kembali menghadapi masalah yang lebih besar ketika kantor suaminya menerima tekanan dari pihak lain untuk menjual perusahaan mereka yang ada di Pekalongan.Ardiansyah merasa bahwa ini adalah sebuah ancaman, dan ia berusaha untuk menahan tekanan itu sendirian. Tetapi Lidya tetap khawatir dan mencoba membujuk suaminya untuk mengungkapkan masalah tersebut kepadanya agar ia bisa ikut berpikir."Aku tidak ingin kamu ikut terlibat dalam masalah ini, Lid. Aku bisa menanganinya sendiri," ujar Ardiansyah ketika Lidya mencoba bertanya agar bisa membantunya."Tapi, kamu tidak bisa melakukannya sendiri. Aku di sini untuk membantumu, kita harus menyelesaikan ini bersama-sama," sahut Lidya, mencoba meyakinkan suaminya."Mungkin kamu benar, sayang. Tapi aku masih belum tahu bagaimana caranya," ucap Ardiansyah yang belum menemukan cara penyelesaian.Akhirnya Lidya ikut berpikir setelah mendapat penjelasan dari suaminya, kemudian me

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-21
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    76. Terkuak

    "Aku lebih tenang, Ard.""Ya, tidak perlu memikirkan hal-hal yang tidak penting. Jagalah kesehatan dan pikirkan yang perlu dipikirkan saja," ujar Ardiansyah menenangkan istrinya.Setelah melaporkan kejadian tersebut ke polisi, Lidya dan Ardiansyah merasa lebih tenang sementara kasusnya telah diserahkan kepada pihak kepolisian. Mereka hanya tidak pernah membayangkan, bahwa gosip-gosip miring tersebut bisa mengarah pada ancaman serius seperti itu.Meskipun penangganan kasus seperti ini tidak bisa dilakukan dengan cara yang lebih cepat, tapi pasti ada jalan keluar jika ada terus mendampingi. Dan pihak yang melakukan itu adalah kuasa hukum yang ditunjuk oleh Lidya bersama suaminya.Baru saja Lidya masuk ke dalam mobil, ponselnya bergetar karena ada yang menelpon. Dan ternyata itu adalah Natali."Ya, Natali. Ada apa?" sapa Lidya begitu menyambungkan panggilan telepon."Mbak Lidya jadi melaporkan ancaman yang datang ke kantor polisi?" tanya Natali, dengan nada yang tidak biasa."Ya, baru saj

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-22
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    77. Optimis

    "Tentu saja, Ard. Aku sudah benar-benar siap untuk hamil!" Lidya menjawab tegas sambil tersenyum lebar."Lidya, kamu yakin, kan?" Ardiansyah bertanya sekali lagi - menegaskan."Iya, Ard. Aku merasa sekarang adalah saat yang tepat," jawab Lidya memberikan keyakinan pada suaminya.Ardiansyah tertawa kecil melihat keberanian istrinya yang memang selalu kuat dan tangguh dalam menghadapi masalah, sedari dulu."Aku senang mendengarnya, Sayang. Kita harus berjuang bersama untuk mewujudkan impian kita," ujarnya sambil mencium kening Lidya dalam waktu yang cukup lama."I love you, Ard," kata Lidya sambil tersenyum."I love you too, Sayang," balas Ardiansyah seraya memeluk istrinya erat-erat.Mereka kemudian mulai merencanakan program hamil mereka. Tapi terlebih dahulu mereka akan menentukan jadwal untuk bertemu dengan dokter kandungan yang bisa membantu mereka.Setibanya di rumah, mereka juga meminta izin dan doa dari kakek Hendra agar niatan mereka berdua untuk segera memiliki momongan terkab

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-23
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    78. Welcome Baby

    Hari-hari terus berlalu dan Lidya merasa lebih tenang dalam menjalani kehidupannya yang sekarang, bersama sang suami. Ia juga ikut merawat kakek Hendra, yang kesehatannya semakin membaik.Gosip-gosip yang datang dan "menyenggol" dirinya, tidak terlalu digubrisnya lagi. Ia tidak mau memberikan komentar atau apapun itu, karena ia tidak merasa memiliki kepentingan dengan banyaknya prinsip tersebut.Apalagi Natali dan mantan managernya juga sudah mendapatkan ganjaran yang setimpal atas perbuatan mereka, yang menjadi biang kerok atas pencemaran nama baiknya."Lidya, bagaimana perasaanmu?" tanya kakek Hendra suatu pagi - saat mereka sarapan."Maksud, kakek?" tanya Lidya balik.Dia tidak paham dengan maksud pertanyaan kakek Hendra, yang bertanya tentang perasaannya saat ini.Ardiansyah, yang duduk di sampingnya juga tidak tahu dan menunggu jawaban dari kakeknya. Ia sendiri juga tidak tahu apa yang sebenarnya ditanyakan kakeknya pada sang istri."Setelah kamu tidak berkecimpung di dunia hibur

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-24
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    79. Ngidam

    Tentu saja Lidya sangat bahagia saat ia mengetahui, bahwa ia akan menjadi seorang ibu dalam beberapa bulan ke depan. Namun, ada sesuatu yang menjadi keinginannya yang tidak bisa ditahannya. Masa ngidam yang tentunya memiliki banyak "cara" yang tidak biasa.Ia ingin makan es krim pada waktu menjelang pagi - dari jam 3 dini hari.Dan yang lebih menjengkelkan lagi adalah, ia hanya ingin menikmati es krim tersebut di dalam tokonya sementara toko terdekat, masih tutup dan baru buka pada pukul 10 pagi nanti."Sayang, aku sudah terjaga sejak jam 3 pagi hanya untuk makan es krim di pagi hari", ujar Lidya dengan nada kecewa pada suaminya.Ia kesal dan kecewa karena toko itu tidak buka juga di jam 7 pagi ini."Sayang, kita beli di toko lainnya, ya?" bujuk Ardiansyah - lembut."Tidak mau, aku mau di toko ini, Ard!" rengek Lidya mirip anak kecil.Ardiansyah merasa sedikit frustasi, menghadapi ngidam istrinya yang "luar biasa" karena ini menang tidak biasanya Lidya meminta es krim.Dari dulu, istr

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-25
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    80. Welcome to Baby

    Dua bulan kemudian, akhirnya tiba saatnya untuk kelahiran bayi mereka. Lidya meringis merasakan kontraksi, sehingga Ardiansyah langsung membawa istri tercintanya ke rumah sakit.Kakek Hendra ikut menemani mereka, merasakan rasa merasa gugup seperti dulu saat istrinya ingin melahirkan. Ia berdoa semoga semua berjalan dengan lancar dan cicitnya lahir dengan selamat."Bagaimana keadaanmu, sayang? Apa kamu sudah siap untuk melahirkan?" tanya Ardiansyah sambil memegang erat tangan istrinya yang bersandar pada lengannya.Saat ini, mereka sedang perjalanan menuju ke rumah sakit diantar oleh asisten pribadinya sang kakek.Lidya hanya mampu mengangguk lemah, tanpa bisa bersuara. Ia merasakan rasa sakit yang semakin kuat pada setiap kontraksi yang datang di perut."Tidak apa-apa. Semuanya akan baik-baik saja," ujar Kakek Hendra meyakinkan mereka - meskipun wajahnya tampak jelas, bahwa ia juga khawatir.Sampai di rumah sakit, mereka segera diperiksa oleh dokter kandungan. Setelah melakukan pemer

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-27
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    81. Trauma

    Beberapa hari kemudian, setelah mereka mempekerjakan baby sitter untuk Rafael. Semuanya berjalan dengan baik. Baby sitter menunjukkan kinerja yang profesional sehingga Lidya merasa lega karena bisa menyempatkan diri untuk melakukan beberapa hal yang sebelumnya tidak bisa dilakukan karena harus merawat bayinya.Namun, ia sedikit merasa jengkel ketika melihat baby sitter tersebut tidak menangani Rafael sesuai dengan yang diharapkan - di saat-saat tertentu. Ada beberapa kali Lidya memergoki baby sitter tersebut mengabaikan bayinya, dan hanya fokus dengan terus menerus menatap telepon genggamnya yang membisu."Nyonya, ada apa?" tanya baby sister tersebut dengan polosnya, ketika Lidya datang ke kamar anaknya - ruangan tempat Rafael tidur.Lidya mencoba menenangkan dirinya, menghela nafas sebentar sebelum akhirnya mulai bicara."Hm, ya. Semua baik-baik saja, tapi aku nulis berpikir jika ada beberapa hal yang seharusnya bisa kita bicarakan untuk diskusi. Aku memperhatikan bahwa selama bebera

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-28
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    82. Perhatian Lebih

    "Aku akan selalu mendukung keputusanmu, sayang. Jika itu memang yang terbaik untuk Rafael. Aku juga bisa mengatur kegiatan pekerjaan di kantor dan anak kita, agar Rafael tetap mendapatkan perhatian yang cukup." Ardiansyah, meyakinkan istrinya."Terima kasih, Ard."Lidya tersenyum lega, merasa bagaimana karena memiliki suami yang selalu mendukung keputusannya. Mereka berdua sepakat untuk merawat dan menjaga Rafael secara mandiri, sehingga mereka berdua bisa mengikuti tumbuh kembang sang anak.Ardiansyah juga tetap bisa memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang pemimpin perusahaan dengan bekerja di rumah, ketika sedang tidak sibuk atau ada urusan penting dengan pekerjaannya.Apapun yang terjadi pada mereka, hal itu memberikan pelajaran bahwa kepercayaan tidak boleh disalahgunakan. Mereka juga harus lebih berhati-hati dalam memilih orang yang akan merawat anak mereka, karena Rafael adalah harta yang tidak ternilai bagi keduanya."Dengan begini, kita justru bisa mengikuti perkembangan Ra

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-29

Bab terbaru

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    126. Ending

    Kebersamaan keluarga Lidya dan Ardiansyah semakin terjalin erat dengan kehadiran anak kedua mereka yang bernama Ardila. Rafael sangat senang memiliki adik perempuan, dia selalu merasa senang bermain-main dan ikut serta merawat adiknya. Seiring berjalannya waktu, Ardila tumbuh menjadi anak yang cantik dan aktif.Sementara itu, Lidya semakin sibuk di rumah karena harus menjalankan tugas sebagai ibu rumah tangga dan juga merawat kedua anaknya. Namun, Ardiansyah selalu membantu Lidya dalam mengurus anak-anak dan juga memenuhi kebutuhan mereka. Mereka saling mengasihi dan merasa bahagia karena bisa bersama-sama selalu.Untuk pekerjaan, Lidya sudah lama tidak ikut campur dan menyerahkan sepenuhnya pada suaminya. Ia fokus di rumah sejak kehamilan anak keduanya, karena tidak ingin terjadi sesuatu pada saat ia hamil - trauma saat hamil pertama yang penuh drama.Saat ini, perusahaan Kusuma Group semakin maju, Ardiansyah semakin banyak waktu yang harus dihabiskan untuk bekerja. Namun, dia tetap

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    125. Kabar Baik

    "Emh ... aku juga tidak tahu, tapi aku merasa ada sesuatu yang salah, Ard. Apakah mungkin, kamu memiliki rahasia yang tidak kau beritahukan padaku?" ucap Lidya mencoba menerka-nerka."Rahasia? Ah, tidak ada. Aku tidak akan membuatmu cemas, Lidya. Aku berjanji padamu, bahwa aku tidak memiliki rahasia yang disembunyikan darimu. Mungkin seseorang hanya ingin mencoba memanipulasi kita, atau bahkan kamu telah dibuat bingung oleh segala sesuatu yang terjadi akhir-akhir ini." Ardiansyah mencoba menenangkan istrinya dengan lembut, ia merasa memang tidak memiliki rahasia apapun yang disembunyikan."Hm, syukurlah."Lidya merasa lebih tenang dengan jawaban suaminya dan ia merasa aman bersama Ardiansyah."Terima kasih, sayang. Kamu selalu mengerti aku dan membuatku merasa tenang," sambung Lidya dengan mengelus pipi suaminya - lalu mencium bibir Ardiansyah singkat."Aku selalu akan berada di sampingmu, sayang. Apapun itu!" ucap Ardiansyah memeluk istri tercintanya.Kini mereka menikmati makan mala

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    124. Pria Misterius

    "Terima kasih sudah menemaniku untuk makan siang hari ini, Sarah. Kamu benar-benar selalu memikirkan hal yang terbaik untukku." Lidya tersenyum dan merasa bersyukur, sambil melihat jam di sebelah kanannya."Sama-sama, Bu Lidya.""Waktu menunjukkan pukul 5 sore. Oh, kita harus segera menyelesaikan pekerjaan, Sarah. Kita tidak bisa melakukannya sampai malam, karena aku tidak mau lembur hingga malam hari."Lidya membuka laptopnya dan mulai membuat strategi-strategi baru untuk pemasaran produknya, sementara Sarah duduk di sampingnya dan mulai mengambil catatan yang penting.Mereka bekerja bersama-sama sampai menyelesaikan tugas yang mereka berdua kerjakan, dan benar-benar selesai pada pukul 7 malam. Lidya dan Sarah merasa lelah tetapi berhasil merampungkan pekerjaan tersebut."Bu Lidya, pekerjaan sudah selesai. Saya akan menunggu Ibu sampai pulang atau saya pulang duluan?" tanya Sarah memastikan."Baiklah, terima kasih, Sarah. Lebih baik kamu menunggu aku pulang, ya? Aku tinggal sedikit l

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    123. Membaik

    Kini kehidupan Lidya lebih tenang setelah mendapatkan kabar tentang kematian Beno, meskipun ia juga prihatin atas nasib pria tersebut.Beno merupakan salah satu fans berat Lidya - semasa ia menjadi artis pada saat itu. Sementara Beno yang memaksakan kehendaknya dengan cara menyalahgunakan kekayaan dan kekuasaan orang tuanya untuk mendapatkan Lidya dengan berbagai cara. Meskipun Beno sudah mengetahui jika Lidya telah menikah dengan Ardiansyah sekalipun.Namun, Lidya tidak pernah merespons atau memberikan harapan palsu pada Beno. Lidya hanya menganggap Beno sebagai fans dan tidak pernah memberikan perlakuan khusus. Namun, meskipun begitu, Beno tetap bersikukuh dengan pendekatan yang salah tersebut - bahkan dengan cara menculik untuk memaksakan kehendaknya."Hahhhh ..."Lidya membuang nafas panjang setelah kejadian yang memprihatinkan, yang dialami Beno. Sebenarnya Lidya juga merasa terkejut dan sedih atas berita yang didengarnya itu. Ia merenungkan tentang pentingnya hidup dengan cara y

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    122. Nasib Beno

    Gerri hanya bisa melihat bagaimana Beno yang semakin terjerumus dalam kehidupan penjara yang rusak dan kejam, karena merasa sudah berkuasa. Ia merasa sedih melihat seorang manusia kehilangan pengendalian dirinya dan menghancurkan hidupnya sendiri dengan mengkonsumsi barang-barang haram tersebut, padahal di dalam penjara adalah tempat untuk merenungkan segala kesalahan yang pernah dilakukan sebelum masuk ke sel tahanan ini."Hai, Beno. Apa yang kau pikirkan? Apa kau tidak merasa kasihan pada dirimu sendiri?" ujar Gerri tanpa ekspresi wajahnya, saat ada kesempatan untuk berbicara dengan Beno.Tapi tanggapan Beno justru tidak mengenakkan. Pria arogan itu tersenyum sinis, lalu menggertaknya. "Apa yang kau tahu? Kau bukan siapa-siapa di sini. Biarkan aku menjalani hidupku sendiri, pecundang!"Gerri menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Beno. "Tapi kau sendiri tahu kalau kehidupanmu semakin rusak dan sia-sia. Apa yang kau cari selain kesenangan sesaat?" tanyanya dengan maksud menyadarkan

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    121. Yang Kaya yang Berkuasa

    Lidya dan Rafael menjelaskan jika mereka sedang membahas persiapan untuk hari pertama sekolah Rafael yang akan datang. Ardiansyah mendengarkan dengan seksama dan memberikan beberapa saran tambahan untuk putranya."Rafael, kau harus berani dan percaya diri di sekolah. Jangan takut untuk mengambil inisiatif dan berbicara dengan teman-temanmu," ucap Ardiansyah dengan senyum lembut.Rafael mengangguk patuh, menunjukkan bahwa ia akan mengingat semua saran yang diberikan oleh orang tuanya. Lidya dan Ardiansyah melanjutkan membicarakan hal-hal lain tentang keluarga mereka dan Ardiansyah memutuskan untuk membuka sebuah topik yang sudah lama ia pendam."Lid, selama ini aku merasa tidak enak hati karena aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku. Aku merasa seperti aku tidak bisa memberikan cukup waktu dan perhatian yang cukup untukmu dan Rafael," ucap Ardiansyah dengan wajah yang terlihat jelas jika sedang bersedih.Lidya tersentak dan menatap suaminya, "Apa maksudmu, Ard?""Aku merasa terhutang bud

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    120. Liburan Asyik

    Setelah memanggil suaminya dan anaknya, Dina mengajak mereka untuk berkumpul di ruang makan dan menikmati hidangan yang sudah disediakan. Tapi nyatanya, Lidya masih memikirkan masalah yang belum benar-benar selesai.Saat menyantap makanan, mereka makan dengan lahap tanpa banyak bicara atau pun bicarakan hal-hal yang tidak perlu. Baru setelah selesai menikmati makanan, Lidya bicara dan memberikan usulan setelah Rafael kembali bermain dengan Bu Rahma."Ard, bagaimana kalau kita pergi liburan sejenak saja? Agak jauh dari sini, tapi bukan ke villa. Ini supaya kita bisa menghilangkan rasa cemas dan tegang akhir-akhir ini," ucap Lidya sambil menatap suaminya."Emh, aku setuju, Lid. Kira-kira, kemana kita akan pergi?" tanya Ardiansyah - menanggapi usulan istrinya."Lihat saja nanti, Ard. Yang penting kita mencari tempat yang indah dan tenang untuk keluarga kita," ucap Lidya dengan senyumannya yang lembut."Ok," sahut Ardiansyah ikut tersenyum melihat istrinya yang bahagia.Mereka sepakat unt

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    119. Lika-liku Kehidupan

    "Hm ... aku belum yakin, Lid."Ardiansyah mengambil napas dalam-dalam, mencari jawaban atas pertanyaan istrinya. Dia tahu dia harus berhati-hati dalam mengambil tindakan sehingga tidak menyakiti orang yang tidak bersalah, apalagi asisten kakeknya itu sudah lama ikut bersama keluarga mereka - menjaga kesehatan kakek Hendra selama ini."Mungkin kita perlu memeriksa kamera pengintai yang tersembunyi di tempat-tempat penting di rumah ini, untuk mencari tahu siapa yang berusaha mencuri dokumen dan mencuri hadiah dari kakek," ujar Ardiansyah setelah memikirkan situasinya."Iya, itu ide bagus, Ard. T-api, bukannya di ruang baca kakek memang tidak ada kamera CCTV?" sahut Lidya dengan wajah tegang.Ardiansyah menghembuskan nafas panjang, lupa jika ruang baca tersebut merupakan ruang pribadi termasuk kamar tidur kakeknya. Jadi, pada saat ada pemasangan kamera CCTV untuk penjagaan pada waktu itu - dari kejahatan Beno, semua kamar tidur dan ruangan yang dianggap privasi memang tidak dipasangi ala

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    118. Diantara Mereka

    Sementara mereka mencari tahu siapa yang mencoba mencuri hadiah warisan dari kakek Hendra untuk mereka, berbagai praduga terus berputar di kepala Ardiansyah. Dia tidak bisa menghentikan dirinya untuk berpikir ketika ia menyadari bahwa hal ini bisa jadi tidak berakhir dengan baik."Aku tidak tahu siapa yang mencoba merusak hadiah dari kakek. Tapi aku pikir ada orang terdekat yang telah memperhatikan kakek selama ini," ucap Ardiansyah, berpikir bahwa selama ini kakek Hendra tidak pernah berinteraksi secara intens dengan orang-orang, setelah memutuskan untuk tidak berkecimpung di dunia bisnis karena sakit-sakitan."Lalu apa yang akan kita lakukan sekarang, Ard?" tanya Lidya dengan wajah yang penuh kebingungan."Apakah kita harus melapor ke polisi?" tanyanya lagi.Ardiansyah terdiam dan berpikir sejenak, mencari keputusan yang tepat untuk masalah ini - sebab tidak boleh gegabah dalam keadaan seperti ini."Sepertinya tidak perlu, Lidya. Aku tidak ingin hal ini diselesaikan dengan kekerasan

DMCA.com Protection Status