Dia yang menciumku. Dia pulalah yang harus menjadi kekasihku. HARUS! ~ Greed Ardour Dasar Tua Bangka, Liat umur dong. Itu cuman game ~ Charity Magnanime
Lihat lebih banyakSeperti biasa, Greed terbangun dari tidur dan di sampingnya ada wanita yang tadi malam menggodanya di Club dan berakhir di ranjang hotel. Greed bangun dan memakai pakaian. Setelahnya, dia merogoh dompet dan mengeluarkan beberapa lembar uang yang diletakkan di bawah lampu tidur. Tanpa ingin tahu siapa wanita yang tidur dengannya, dia segera pergi menuju di mana mobilnya terparkir.
Namanya Greed Ardour, pria lajang—begitulah katanya—yang berusia 27 tahun yang sudah sukses menjadi CEO di perusahaan keluarganya. Greed juga merupakan ketua dari kelompok mafia yang memang sudah ada sebelum Greed dilahirkan, Greed hanya meneruskan apa yang sudah ada sejak dulu.Greed membawa mobil, membelah jalan dengan santai, ini masih pukul 3 dini hari dan dia tidak perlu terburu-buru menuju rumah dan pergi untuk bekerja.Setelah kurang lebih 30 menit perjalanan, akhirnya Greed tiba di rumah yang lebih mirip istana bagi sebagian orang. Beruntung rumah Greed terletak di sekitar hutan yang jarang diketahui orang. Greed memang suka kesunyian, maka dari itu dia membangun rumah di sana."Aku pulang," ruahnya. Kalimat yang sudah terbiasa Greed ruahkan, walau hanya ada beberapa orang yang tinggal di sana, itupun hanya pekerja yang membersihkan rumah dari debu."Kamu dari mana saja?" tanya seseorang, saat Greed hendak menaiki tangga menuju ruang kerjanya."Seperti biasa, Dad," Greed menjawab sambil menyengir dan melangkah melewati pria paruh baya itu."Lebih baik kau mandi dan setelah itu temui aku di meja makan. Aku ingin membicarakan sesuatu padamu.""Yes, Captain."***Greed terus tersenyum sembari bersenandung riang, mobil yang dikendarainya melaju sangat pelan. 10 menit lagi dia akan menghadiri sebuah rapat penting. Tapi, bukan itu yang ada dalam pikirannya sekarang. Greed terkekeh melihat tingkahnya kali ini."Ayolah Greed. Dia itu hanya gadis ingusan yang baru saja menginjak remaja," ucapnya pada diri sendiri."Tapi ... dia sangat manis untuk ukuran gadis ingusan," tambahnya."Ini kedua kalinya aku dan dia bertemu, kalau sampai ketiga kalinya. Berarti dia benar-benar milikku," Greed berujar yakin, tanpa menyadari maknanya, dia hanya mengucapkan apa yang hatinya bisikkan.Ini kedua kalinya Greed bertemu dengan gadis itu, 2 hari yang lalu, Greed dibuat rindu setengah mati. Kemudian takdir membawanya bertemu dengan gadis itu di Coffee Time.*Flashback on*Ini sudah gelas ke-5 Greed, namun ia masih belum merasakan mabuk sedikitpun. Tadi pagi Mr. Ardour memberitahu untuk menggantikan posisi ibunya di sekolah yang merupakan aset dari Ardour Corp, jelas Greed menolak karena dia tidak tahu apa yang akan dia ajarkan nantinya, namun Ardour terus memaksa. Membuat Greed mau tidak mau menurutinya."Apa tidak bisa digantikan dengan yang lain, Dad?" tanya Greed malas."Tidak, kakakmu sedang bulan madu dengan suaminya. Bukankah kau menyayangi ibumu, Greed? Aku akan menemaninya!" jawab Mr. Ardour."Jadi siapa yang akan menggantikanku di perusahaan?" Greed bertanya lagi, mustahil untuknya jika meninggalkan perusahaan."Tetap kau yang menghandle semuanya, kau tidak perlu menjadi Kepala Sekolah, serta mengajarkan murid materi, ibumu sudah memposisikanmu di bagian konseling, juga siswa di sana jarang membuat masalah. Jadi pekerjaanmu itu ringan, kau juga bisa meminta Thrift—Sekretaris Greed—untuk membawakan dokumenmu, bagaimana? Mudahkan?" jelas Mr. Ardour.Greed mengusap seluruh wajahnya dengan kasar menggunakan telapak tangannya."Mudah, tapi itu benar-benar melelahkan." Greed menghela nafas gusar, sementara Mr. Ardour menatap Greed dengan penuh harap. "Baik ... baik, kau menang orang tua. Kapan aku akan ke sekolah sialan itu?""Minggu depan, terima kasih anakku sayang. Sekarang ayo makan dan habiskan makanan mu," ucap Mr. Ardour cepat tidak ingin kehilangan kesempatan.Greed meneguk gelas ke-7 nya, pandangan matanya beralih pada gadis yang masih terlihat ingusan, yang mungkin memiliki tinggi sekitar 180 cm, sedang bermesraan dengan seorang pria yang lebih tua darinya. Greed tidak mengambil pusing dan kembali meneguk minumannya. Jika Greed ada di posisi pria itu, ia tidak akan bermesraan dengan anak yang baru menginjak remaja.Saat Greed hendak meminum gelas ke-8 nya seorang gadis yang tadi dilihatnya sedang bermesraan dengan pria di sofa sudut Club menghampirinya, gadis itu memiliki rambut coklat gelap.Kejadiannya sangat cepat hingga sekarang Greed merasakan gadis di hadapannya menghisap bibirnya lembut dan memainkan lidahnya di dalam mulut Greed, Greed mengerang nikmat dan membalasnya, sekarang Greed merasa benar-benar mabuk. Gadis di hadapannya melepaskan kecupan mereka."Mu–ra–han," ucap gadis itu, menyeringai sebelum berjalan menuju temannya, dia melangkah dengan tubuh linglung pertanda dia mabuk."Sialan!" maki Greed, dengan keadaan mabuk, Greed hendak menghampiri gadis sialan yang menyebutnya murahan dan mengecupnya seenak jidat, namun ia sudah tidak ada.Double shit!*Flashback off*Greed masih tersenyum jika mengingat kejadian di Club. Tiba-tiba dari arah samping, terdengar bunyi tabrakan, juga mobil yang dikendarai Greed sedikit bergoyang. Ia menghentikan mobilnya dan keluar dengan wajah marah.Tunggu.Greed yakin gadis itu sama dengan yang dia temui di Coffee Time dan yang menabrak mobil keluaran terbarunya. Wajah marahnya langsung menghilang digantikan senyum bodoh. Biasanya jika seseorang merusak barang kebanggaannya, ia akan marah dan berakhir pelaku itu akan hilang tak dicari lagi. Siapapun juga akan berpikiran seperti itu.Greed malah makin tersenyum bodoh, biasanya Greed akan menghabisi siapapun yang berani menginjak harga dirinya. Gadis itu bingung, harus apa."Aku butuh uang cash," ucap Greed pura-pura datar.Gadis itu melongo. "Aku tidak punya uang cash,""Kalau begitu, sampai kau punya uang cash, kau baru bisa membayar kerugian mobilku," ucapnya, merogoh ke dalam jas yang ia pakai dan menyerahkan apa yang ia dapat. "Ini kartu namaku." Greed melirik gadis yang menggigit bibirnya di depannya."Baik." Gadis itu meninggalkan Greed yang terbengong, motor besar yang di kendarai gadis itu membelah jalanan dengan cepat meliuk-liuk bak profesional."Unik. Dia orang pertama yang berani mengabaikanku, menatapku datar dan menginjak harga diriku," ucap Greed."Dan ... aah dia tidak ingat siapa aku," sambung Greed, dia kesal tapi untuk saat ini dia lebih banyak tersenyum.Senyum Greed lenyap saat mengangkat telepon dari Thrift.[Bunuh saja, si tua bangka itu!] perintah Greed dingin.[Dan jual putri mereka di pelelangan manusia, Lusa,] sambung Greed dan menutup teleponnya sepihak.Setelahnya, Greed melemparkan ponselnya di atas dasboard dan memegang gagang setir. Tak lama, dering ponsel terdengar lagi. Dering ponsel yang berbeda dari Thrift tadi. Ada seseroang yang sedang menelponnya dengan menggunakan nomor pribadi yang hanya diketahui orang-orang dekatnya.Greed kembali melirik ke arah ponselnya yang masih berdering. Menimbang-nimbang siapakah penelpon itu, tapi yang jelas itu bukanlah Thrift. Sebab ia sudah berbicara dengannya.Akhirnya, Greed meraih ponsel itu, melihat tidak nama disana, namun menerimanya.[Temui aku di Cafe RisingOne, akan kubayar ganti ruginya.]Setelahnya, sambungan telponnya dimatikan secara sepihak oleh penelpon itu.Greed tersentak, tidak ada orang yang berani memutuskan panggilan sepihak, selain dirinya. Tapi, sudut bibirnya terangkat. Penelpon tadi adalah gadis yang bertemu dengannya tiga kali ini.Greed langsung menjalankan mobilnya, membela jalan menuju alamat cafe tersebut, di parkiran ia sudah melihat motor yang sama yang gadis itu pakai."Ternyata dia kaya," gumamnya.Greed keluar dari mobilnya dan berjalan masuk untuk mencari gadis tujuannya itu. Saat ia sudah melihatnya, Greed tidak langsung menghampirinya. Ia malah berdiri tidak jauh disana sambil menatapnya.Gadis itu cukup jenuh, sebab beberapa kali melihat jam tangannya. Kemudian ia beranjak. Membuat Greed dengan cepat melangkah menghampirinya, dengan kedua tangan dimasukkan ke saku celana."Sebaiknya, kamu duduk dulu," ucap Greed, tanpa diperintah Greed yang angkuh duduk dengan tenang. "Apa kau ingin memesan sesuatu?" tanyanya, melihat-lihat buku menu, tanpa mempedulikan gadis itu yang masih berdiri."Tidak!" jawabnya, menarik kursi di depan Greed."Aku tahu, kamu belum makan bukan? Aku Greed. Dan kamu?" Menutup buku menu dan memanggil pelayan."Aku pesan paket 1, minumannya; 2 caramello dan susu vanilla, susu coklat serta puding mangga," pesannya, gadis itu menatap datar ke arah Greed. "Ahh ... susu baik untuk pertumbuhan remaja sepertimu," lanjut Greed. Tidak memperhatikan gadis yang di depannya mendengus.Tentu saja ini perbuatan dari si Sialan tapi tampan Greed!"Morning Princess Zura!" sapa Charity."Sekarang Zura cuci muka terus gosok gigi ya!" suruh Charity. El segera pergi di hadapan Charity."Dan kamu juga, kamu bau banget tau gak!" ketus Charity. Greed mengecup maunya sendiri lalu mendekat merengkuh Charity dari belakang."Ini kan bau semalam, Sayang," bisik Greed membuat Charity menyikut perut Greed.Haruskan pembahasan itu diungkit dan diceritakan lagi. Walau ingin, tetapi Charity terlalu malu untuk mengungkapkannya."Greed!" panggil Charity."Hm ....""Kau harus lebih sering olahraga, perutmu tak sekeras dulu," ucap Charity membuat Greed melepaskan rengkuhannya lalu mengangkat kaosnya tinggi. Greed menekan perutnya menggunakan tangan."Masih ada kok, Chare!""No. Di sini sudah hilang," gumam Charity lalu menekan bagian tubuh Greed yang sedikit berlemak. Greed mendesau dibuatnya."Dasar otak jorok,"
"Si kembar terlihat sedang menyusu pada kakakku, aku bersyukur ia masih memiliki ASI jadi si kembar tak kekurangan apa pun," bicara Greed yang setiap membersihkan tubuh Charity menggunakan handuk basah."Kau harus iri saat melihat si kembar mereka sangat mirip denganku, apa itu karena kau sering memarahiku? Mereka hanya mewarisi bibirmu, Charity!" beritahu Greed lagi.Greed duduk di samping Charity menggenggam tangannya erat, memanggil hingga 100 kali namun Charity mengingkarinya, tak ada jawaban hanya ada suara monitor di samping Charity yang menandakan masih ada kehidupan. Beberapa keluarga nampak mengintip dari cela pintu membuat mereka mengiba, beberapa sahabat Greed bahkan tak berani sekedar menghiburnya. Greed tak banyak bicara ... dunianya seolah berhenti. Greed hanya akan tersenyum jika berhadapan dengan si kembar jika tidak Greed kembali murung."Aku membutuhkanmu, bukan hanya aku tapi kedua bayi kita," bisik Greed penuh dengan keputusasaan.
[Dan Avarice ... datanglah ke tempat kami, kami akan mengadakan pesta ... mom, dad, papa, mama akan datang, Envy juga, kakak juga dalam perjalanan ke sini. Dan oh iya kau orang terakhir yang kami beritahu. Ketiga sahabatmu sudah tahu jadi kututup teleponnya.]Klik ....Greed menatap Charity lalu mengecupnya"Aku selalu suka bibirmu, lembut dan manis," kata Greed membuat Charity sedikit malu. Mereka kembali ke aktivitas semula. Dan ingatkan Charity untuk tidak membuat Greed menangis karena demi apa pun dia seperti anak kecil.***Bulan ke dua kehamilan ...."Kau butuh sesuatu? Biar kuambilkan."Charity masih bisa memakluminya.***Bulan ke tiga ...."Dokter periksa menyeluruh, apa dia baik-baik saja? Dia baru saja terjatuh di kasur."Charity akan gila jika Greed semakin posesif ... Demi Tuhan Charity hanya terjatuh dan tubuh Charity menghempas kasur. Ck.
Saat diperiksa dokter terlihat terkejut dan segera menyuruh Greed menemuinya, entah apa yang dokter bicarakan Greed datang dengan wajah yang bersalah. Dia seperti menyalahkan dirinya atas sesuatu."Aku hamil lagi ya, Greed?" tanyanya agak bercanda namun Greed mengabaikan. Dia merengkuh Charity yang masih terbaring, dibenamkannya wajahnya pada tengkuk leher, air matanya terasa membasahi bahu Charity."Greed?""Maafkan aku," katanya. Charity semakin heran."Chare!" panggil Greed yang sudah melepaskan rengkuhannya, air mata membasahi kedua pipi Greed membuatnya tergerak untuk menghapusnya."Berjanji kau tidak akan meninggalkanku?"Charity semakin tidak paham? Apa ia terkena penyakit mematikan?"Iya.""Berjanji akan melakukan apa pun yang aku ucapkan.""Ada apa, Greed?""Kabar baiknya kita akan punya baby, kabar buruknya kita akan menghilangkannya," kata Greed. Charity mencerna
Beberapa bulan kemudian ....Charity terbangun saat seseorang tengah mengecupinya berkali-kali.Dibuka matanya perlahan dan mendapati Greed yang tersenyum lebar."Morning, Hubby!" sapanya lalu mengecup bibir si empu, Greed turun dari ranjang dan menuju kamar mandi.Charity melirik jam yang ada di samping tempat tidur dan segera bangkit menuju dapur untuk menyiapkan roti sebagai sarapannya.Hari ini hari Greed pertama bekerja karena mereka melewati 3 bulan untuk bulan madu, Greed yang menyarankannya. Selesai menyiapinya, Charity menuju kamar untuk mandi, sebelum mandi menyiapkan setelan baju yang akan Greed kenakan. Greed keluar dari kamar mandi dan Charity segera masuk."Itu pakaianmu," ucapnya menunjuk baju yang ada di atas kasur.Selesai mandi Charity mendapati Greed yang sudah memulai sarapannya, dia menatap dari atas ke bawah lalu kembali ke mata Charity."Kau ikut aku ke kantor, Chare!" tita
"Kau bisa mengetahui aku 'lain' bagaimana bisa kau mengetahuinya?""Aku hanya tahu," jawab Charity jujur. Diliriknya Humility yang seperti boneka di sampingnya, pandangan mata Humility itu seperti tak hidup, hanya 1 atau 2 persen yang ada di dalamnya, dia kurang bahagia dia seperti kehilangan seseorang yang dia percayai."Humility," panggil Charity entah kenapa."Ya?""Jika kau tidak memercayai seseorang ... percayai lah dirimu sendiri. Wajahmu terlalu bisa dibaca!" ingat Charity padanya. Sementara Greed dia malah merengkuh dari belakang dan dagunya berada di bahu Charity."Kamu terlihat peduli pada mereka," bisik Greed tidak suka."Aku tidak heran kalau kau cemburu.""Itu karena aku sangat-sangat mencintaimu," belanya. Charity merotasi bola mata malas lalu suara heboh Avarice memenuhi telinga, Avarice berlari menuju mereka dan diikuti sahabat-sahabatnya."Yo yo yo kak Lust," suara Avarice yang s
"Chare. Ini waktunya," ucap Mr. Magnanime. Charity berdiri dengan gugup menghampiri Mr. Magnanime. Membenarkan gaun putih panjangnya, rambutnya juga ia rapikan walaupun keadaannya tergerai tapi setidaknya rapi. Charity yakin mereka menyadari kegugupannya, Charity mengambil lengan Mr. Magnanime dan berjalan berdampingan. Mr. Magnanime meremas tangan menenangkan hanya membalasnya dengan senyuman.Sampai pintu gereja terbuka Charity melangkah dengan gugup, dilihat Greed berdiri dengan balutan tuxedo. Dia terlihat tampan seperti biasanya, senyum hangatnya membuat Charity bertambah gugup. Ia tidak dapat melirik siapa pun, yang ia lihat hanya Greed.Humility hanya menyembunyikan kekagetannya saat dia tahu yang menikah adalah gadis remaja, terlihat di mata Humility kalau sahabat Pride—Greed—begitu mencintai gadis yang ada di hadapannya, dalam hati Humility berandai-andai mengenai hal itu. Dalam bayangannya dia memikirkan Pride lah yang ada di sampingnya me
Sekarang Chaste dan Lust sudah berada dalam mobil untuk menuju gereja dan dari tadi Lust sibuk sendiri dengan penampilan Chaste, mulai dari rambut yang dikenakan akan bagaimana dan sebagainya. sesekali Lust akan mengecup pipi dan Chaste dengan senang hati menghapusnya dengan tangan."Sabuk pengaman itu penting, Sweety!" ingat Lust berkali-kali padahal Chaste sudah mengenakannya, dia sendiri yang belum."Kau masih marah soal ... eum malam pertama kita?""Tentu saja!" teriak Chaste, dalam hati namun mengabaikannya, ia sedang malas berdebat dengan Lust."Sudah kubilang aku tidak akan meminta maaf, karena aku tidak menyesalinya," ucapnya saat dia sudah mengendarai mobil. Chaste heran dari mana dia dapat mobil ini?"Jangan terlalu memikirkan kekayaanku, kau bisa menghabisinya jika kau ingin," katanya, Chaste mengabaikan Lust lalu menatap ke depan. Lust sesekali mengelus kepala Chaste seolah tindakannya mengatakan 'aku di sini bersama
"Aku tidak akan menasehatimu lagi, Env. Lakukan apa yang menurutmu benar. Tapi ... Ingat rasa sakit itu tak tampak," jelas Greed. Envy menatap Greed lama lalu menghela napas perlahan."Ini!" Greed memberikan undangan pernikahan pada Envy. Envy menaikkan sebelah alisnya."Aku akan menikah. Tentu saja. Memangnya aku akan hidup sendiri terus. Dan tentu saja dia Charity," jelas Greed langsung. Envy terkekeh pelan."Setahuku di sini hanya Lust yang penyuka di bawah umur. Tapi kenapa bisa kau ikut? Bahkan kau baru dan sudah akan menikah? Tidak memikirkan pendapat orang lain dulu?""Aku bukan penyuka di bawah umur. Aku hanya tertarik pada Charity. Camkan itu! Lagi pula, kau juga 'masih' penyuka di bawah umur!""Dan kurasa Pride akan membaik. Humility akan merubahnya," ucap Greed seketika ingat mengenai Humility."Lihat saja Greed. Kurasa Si Sialan itu akan terus mengirimiku gambar mayat dengan dirinya yang berlumuran darah."
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen