"Itu sangat membantu, aku bisa dengan cepat menyalurkan hasratku."
Tapi, bukan itu yang keluar dari mulut Greed"Tidak perlu!" tolak Greed sopan, padahal ia sangat ingin berada di kamar Charity. Hanya saja, ia takut hasrat gilanya tiba-tiba naik."Halo Mr. Ardour," sapa 2 orang, yang satunya wanita dengan dress selutut yang melekat pada tubuhnya. Dan satunya bocah lelaki berjas yang menatap kagum Greed. Mereka mengambil kursi di depan dan tak lupa mereka berebutan untuk duduk berhadapan dengan Greed."Jadi ada kepentingan apa Mr. Ardo—""Cukup Greed!" pintanya pada salah satu dari mereka. Ia tidak tahu nama mereka, soalnya mereka belum memperkenalkan diri secara resmi."Ngomong-ngomong ... perkenalkan dia Honest dan satunya Prob," ucap Mr. Magnanime memperkenalkannya anak-anaknya yang saat disebut namanya. Mereka tersenyum pada Greed, Greed mengangguk tanda mengerti."Baiklah ... ada apa seorang Greed hendak ke sini? Yang aku tahu, kau tidak mungkin punya banyak waktu, bukan?" tanya Honest."Mengajak seseorang dari keluarga Magnanime untuk menjalani hubungan yang serius. Dia—""Prob, panggil Charity. Masakan telah selesai," ucapan Greed terpotong oleh teriakan Bianca—istri Mr. Magnanime—"Kenapa bukan Honest? Charity pasti akan memakiku, Ma'am!" risik Prob, namun dia tetap berdiri menaiki tangga menuju kamar Charity."Kau ingin menjalani hubungan serius dengan salah satu dri kami?" tanya Honest penuh harap."Hmm. Iya!" jawab Greed kecil, sementara Greg dan Bianca menatapny tak percaya."Charity sialan!" maki seseorang yang kini telah bergabung dengan mereka."Ada apa lagi?" tanya melani malas."Adikmu yang satu itu tidak waras, bagaimana bisa dia melemparku dengan jam weker miliknya, beruntung itu hanya mengenai dinding ... bagaimana jika aku? Bahkan dia, bilang, jika aku mengganggunya lagi. Ia akan memotong juniorku, masa depanku sampai habis," jawab Prob menggebu mengeluarkan kekesalannya."Kau sungguh berisik, Prob!" ucap seseorang dengan suara parau, jantung Greed langsung berdetak cepat dan sesuatu di bawahnya tiba-tiba sedikit bangun. Sialan.Charity berjalan dengan rambut singanya. Sampai menghempaskan bokongnya di samping Greed. Greed bertaruh bahwa Charity tidak menyadari bila musuhnya ada di sampingnya. Dia masih menguap lebar ."Charity. Cuci wajahmu dulu!""Hm." Charity segera bangit dan menuju wastafel dan mencuci wajahnya. Charity berjalan dan duduk di samping Greed, dia masih tidak menyadari kalau ada Greed di sana."Setelah makan. Ada yang ingin Greed sampaikan!" ucap Mr. Magnanime. Dalam hitungan detik, Charity menoleh ke samping dan Greed yang sedari tadi memandang Charity hanya tersenyum lebar, saat dua mata itu bertemu."PULANG!" teriak Charity cepat membuat Greed hampir terjatuh, ia masa bodoh dan mulai memasukkan makanan yang sudah diletakkan di piringnya oleh Mrs. Magnanime. yang dimakannya dengan lahap. Menulikan telinga saat Charity berteriak."Charity, jangan berteriak di meja makan!" ingat Mr. Magnanime yang akhirnya, mungkin tergangu dengan teriakan dan umpatan kasar Charity."Shit! Aku akan pulang," ucap Charity bangkit, tapi Greed dengan cepat menarik tangannya kuat hingga dia duduk kembali."Fu—""Sudah terlalu banyak umpatan, Charity. Apa kau ingin Papa lempar ke Zimbabwe besok?" ancam Mr. Magnanime membuat Charity diam dan melanjutkan makannya."Harusnya Papa benar-benar membuangnya ke Zimbabwe," dengus Prob menyetujui."Ya ... atau tidak, ke tempat yang sedang berperang. Itu sangat berguna untuknya dari pada di sini," sambung Honest."Terserah 2 si bodoh saja!" balas Charity datar, mereka menggeram marah sementara Mr. dan Mrs. Magnanime terkekeh kecil.Setelah perdebatan-perdebatan kecil, akhirnya makan malam selesai, jantung Greed kembali berdetak kencang. Ia takut jika Charity menolaknya ... maksudnya keluarga Charity yang menolaknya.Sekarang mereka semua pindah ke ruang keluarga, kecuali Charity. Ia selesai makan langsung menuju kamarnya."Hah ... saya ke sini bermaksud untuk menjadikan em ...." Greed mendengar suara seseorang menuruni tangga, ia cukup yakin itu Charity. Tangan Greed sudah dingin. Diliriknya Honest yang tersemyum kecil dan Prob yang ber-wah ria, Honest pasti memikirkan, Greed memilihnya."Hmm saya disini untuk meminta izin menjadikan.. Hmm menjadikan Charity sebagai pacar dan calon tunangan saya," ucap Greed lambat membuat Honest dan Prob melotot dan langkah seseorang yang juga berhenti."Oh yes ... fuc—ho ... oh God!" pekik Honest nyaring. Prob menganga, kemudian mengikuti ekspresi Honest."Greed, Charity itu tidak pernah menerima pri—""Si sialan yang benar-benar merusak hidupku, enyah kau dari dunia ini," ucap Charity memotong ucapan Mrs. Magnanime, Charity berdiri di hadapan Greed dan menatapnya datar. Tak berapa lama dia pergi dari hadapannya ... ralat dari rumah tersebut. Greed mengigit bibirnya, melirik Mrs. Magnanime yang memejamkan matanya."Jika dia setuju, aku akan menyetujuinya Greed, kau benar-benar berbahaya untuk ditolak," ucapnya tersenyum kecil.Greed menghela nafas lega setidaknya ia tidak ditolak, Honest dan Prob terlihat sedih."Kenapa Charity selalu begini? Aku pikir cukup mantan pacarku saja yang menyukainya!" ucap Honest sedih. Dari ucapannya ia percaya bahwa Charity pernah disukai pria dewasa lain selain dirinya."Si sialan yang beruntung. Tapi Honest, jika dipikir-pikir itu akan terlihat cute, bukan?" ucap Prob. Mereka berdua menatap Greed dengan senyum kecil."Buat adikku agar dia bisa memilikimu, Greed," mantap mereka membuat Greed bergidik ngeri, pasalnya senyum mereka terlihat mengerikan."Terima kasih, setidaknya aku tidak ditolak. Aku pamit dulu, aku ingin menemui Charity," pamitnya dan setelahnya pergi meninggalkan pekarangan keluarga Mr. Magnanime. Ia meraih ponsel dan menghubungi Thrift.[Kirimi aku alamat apartemen Charity, dan mintai kunci apartemennya. Jika mereka tidak mau memberikanya. Ancam mereka, kalau perlu beli apartemen itu, sekarang juga!]Klik.Setelah memerintahkan Thrift, Greed segera mengirimi anak buahnya pesan untuk menutup semua club yang mungkin akan dikunjungi Charity.Greed mengetikkan text untuk dikirim ke ThriftGreed : Bagaimanapun Charity harus pulang apartemennya!Setelah itu, ia membawa mobil dengan kecepatan sedang menuju apartemen Charity. Hampir 1 jam akhirnya ia sampai di bangunan besar yang Greed yakini tempat Charity tinggal. Setelah memarkirkan mobil di basement, ia segera menuju resepsionis untuk meminta card milik Charity."Charity ... Charity Magnanime," ucap Greed."Maaf Tuan tap—""Jika besok gedung ini sudah kubeli, ucapkan selamat tinggal pada pekerjaanmu!" Greed memotong dengam dingin."Maaf, tapi Tuan—""Sudah Tiara—nama resepsionis—berikan saja kunci kamar Charity pada Si Bodoh ini." Seseorang memotong ucapan Tiara, Greed menatap siapa yang berani mengatakannya, 'Bodoh' dan benar saja, Julien sahabatnya berdiri dengan cengiran bodohnya."Sialan sekali kau Julien, tapi terima kasih atas bantuannya. Ngomong-ngomong passwordnya?" tanya Greed."Aku akan mengirimimu pesan Greed, ini cardnya." Julien memberikan keycard apartemen Charity padanya dan Greed segera mengambilnya. Sebelum sampai di depan apartemen Charity, pesan masuk ke ponselnya. Greed membalas pesan Juliem, mengucapkan terima kasih. Ingatkan ia untuk menanam saham di gedung milik Julien ini.Sampai di depan pintu yang ia yakini tempat Charity, Greed menggesek keycardnya dan memasukkan password yang Julien kirim. Apartemen masih dalam keadaan gelap, itu artinya Charity belum pulang. Greed duduk di sofa dengan keadaan gelap menunggu Charity.Hampir 3 jam ia menungu, barulah ia mendengar suara seseorang yang hendak masuk.Segera Greed berlari menuju depan pintu.Cklek.Pintu terbuka dan tepat saat itu, Grees menghidupkan lampu. Charity terlihat kaget sebentar lalu matanya menatap Greed datar. Tanpa bicara Charity menarik tangan Greed agar keluar, namun Greed menahannya."Tidak semudah itu," ucap Greed pelan dan mendorong tubuh Charity ke didinding."Ke ... lu ... ar," ucapnya pelan."Jika kau bersikap seperti ini. Jangan salahkan aku untuk menidurimu sekarang juga," bisik Greed di telinga Charity."Lepas sial—"Tanpa menunggu lanjutannya, Greed mengecup bibir Charity yang sering tidak sopan padanya, Charity meronta namun ia tidak peduli. Ini bagian dari rencananya. Setelah merasa kehabisan nafas, Greed beralih pada leher Charity, ia bermain pelan di sana dan meninggalkan bekas. Greed melakukannya berulang kali lalu beralih lagi pada bibirnya yang terbuka. Memasukkan lidah ke dalam mulut Charity. Bisa Greed rasakan ada yang menekannya di bagian bawah."Katakan iya. Katakan kau akan bertunangan denganku," ucap Greed membelai wajahnya."Katakan iya!""Tidk ... hh," desau Charity"Aku butuh jawaban iya, Charity!" ucap Greed dan mencerup leher Charity, bisa Greed pastika sekarang Charity menahan desauannya."Kita butuh kamar sekarang!" ucap Greed berbisik dan menyapu daun telinga Charity."Tidak ... pul ... ah.""Jika kau bilang tidak, aku akan membuatmu mendesau dan klimaks saat ini juga, Charity."Setelah mengucapkan hal itu, Greed mengendong Charity menuju kamar, jangan heran sebelum Charity sampai. Ia telah menelusuri semua ruangan yang ada di rumah Charity. Jadi ia tahu di mana kamarnya. Setelah sampai di kamar, Greed hempaskan tubuh Charity di atas kasur dan mulai mengecupnya lebih ganas."Ah ...," desaunya, saat tangan Greed sudah memasuki kaos yang Charity kenakan."Mau bertunangan denganku, Charity?" tanya Greed."Tid ... hh.""Sudah kubilang jika kau bilang tidak, akan aku buat kau terus mendesau tanpa kepuasan," balas Greed, menyapu dar
"Bagaimana aku bisa baik-baik saja," jawab Charity kesal, saat hendak melangkah bagian bawahnya terasa perih."Istirahatlah, aku yang akan melayanimu hari ini," ucap Greed dan segera meraih tubuh Charity untuk ditidurkan di ranjang. Charity menggeram marah."Setidaknya pakai pakaianmu dulu Greed!" Sementara Greed hanya tersenyum malu-malu, meraih baju serta celananya yang berserakan di lantai."Setelah kejadian semalam, kau tidak mungkin bisa berjalan dengan baik, Baby. Kalau kuingatkan saat itu aku menusukmu tanpa pelumas, dan kita melakukannya sampai pukul 5 Pagi. Wow!" detail Greed pada Charity, sementara Charity ingin sekali melempar Greed pakai pisau."Kau meniduriku!" ralat Charity cepat.Greed mencibir, menciptakan raut pengen digampar. "Sungguh? Siapa yang meminta dimasuki lagi setelah mencapai klimaks pertama?"Dan saat itu juga Charity melempar Greed menggunakan ponsel yang kebetulan ada di samping meja lampu tidur."Lempara
Mobil Greed tak beranjak dari basement, ia benar-benar ingin meninggalkan Si Bodoh Charity selamanya. "Tidak bisakah dia hanya menghargaiku? Cih, bocah sialan yang sukses membuat duniaku jungkir balik.""Aku tidak harus menyerah untuk mendapatkan hatimu, Charity," gumam Greed.Sialnya Greed sudah mulai ketergantungan oleh tubuh Charity, tubuhnya selalu bereaksi berlebihan. Ia rasa, ia butuh seseorang untuk mendengarkan keluh kesahnya. Greed tidak mungkin menelepon Thrift, ia jamin Thrift akan sangat menyebalkan nanti. Setelah menimang ponsel, akhirnya Greed menelepon seseorang. Telepon terhubung dan detik berikutnya, Greed langsung bicara.[Pride! Apa kau masih di Amerika?][Ya!][Kau menetap?][Tidak, tapi kurasa akan lama. Aku memiliki majikan sekarang.][Kau jatuh miskin, Pride? Kau kenapa bisa menjadi babu seperti itu?][Tidak sama sekali. Aku mendapat bayaran yang setimpal.][Bayarannya apa?][Tubuhnya.]
"Apa-apaan ini Env, kau tidak perlu—""Bisakah kau tutup mulutmu itu, Greed?" Charity menyela, sekarang Charity sudah telentang dan membuka resleting celananya."Maaf!" mohon Envy sebelum menarik ke bawah celana Charity, sekarang Si Iri Envy sudah melihatnya. Dia mendengus pelan, mengingat milik Kindy."Berapa lama kau memasukinya? Kau ingin dia tak berjalan seminggu. Hah ...?" Envy mengambil kapas yang diberi alkohol."Nghh ....""Charity, jangan mendesau," ujar Greed tak terima dengan suara berat."Sial ... an aku ... tidak ... ngh mendesau. Ini perih, tolol.""Lain kali Charity, jangan biarkan Greed memasukimu seenaknya, beruntung ini tidak terkoyak," gumam Envy, masih mengolesi kapas beralkohol pada milik Charity."Ngh ....""Berhenti meringis, Charity," ucap Greed."Kenapa lagi?""Kau membuatku ingin memakanmu, sekarang," ucap Greed dan terus menatap ke lobang Charity, baik otak Greed memang jorok. sia
Charity sampai di apartemen dengan mengendarai mobil Greed, salah sendiri kenapa Greed lama. Dengan tak berdosanya Charity malah meninggalkan Greed, padahal Charity baru menunggu 2 menit.Sesampainya di apartemen dia segera menduduki sofa. Tak beberapa lama, bel apartemennya berdering Charity sempat mengira itu Greed namun prasangkanya segera ditepis saat salah satu sahabatnya meneleponnya dan memaki Charity.Dengan susah, Charity membuka pintu, sahabat-sahabatnya segera berhamburan masuk."Kenapa tidak masuk, Chare?" tanya Candid pada Charity.Charity mengikuti sahabat-sahabatnya berjalan di belakang mereka, namun Honor berada di belakang Charity."Chare, ada yang beda dari caramu berjalan. Dan kurasa bokongmu sedikit besar sebelah," ujar Honor terang-terangan membuat 2 sahabatnya berhenti dan mundur, mereka memerhatikan Charity."Benarkan?" tanya Honor antusias. Sementara Verice dan Candid mengangguk menyetujuinya."Seberapa gan
"Hahaha ...," tawa Greed membuat jantung Charity semakin aneh sepertinya ...."Greed, aku ada masalah serius,"ujar Charity, tiba-tiba menatap Greed dalam, Greed yang ditatap dalam seperti itu tiba-tiba merasa kikuk."Hmm ... A–Apa?" tanya Greed."Sepertinya aku ...." Charity bingung memulainya."Sepertinya apa, Chare?""Sepertinya aku... Sepertinya aku sakit jantung. Jantungku berdetak kencang tapi tidak menyakitkan? Aku perlu memeriksa jantungku.""Se–sejak kapan?" tanya Greed"Sejak tadi, Greed. Sejak ... Oh lihat sekarang jantungku semakin berdetak. Aku kritis Greed!"seru Charity saat Greed mendekat kenarahnya.Greed meraih telapak tangan Charity, dan meletakkannya tepat di mana jantungnya berdetak."Kau merasakannya, Charity?" tanya Greed tersenyum lembut, Greed bersumpah dia ingin sekali tertawa karena ulah Charity."ASTAGA ... JA–JANTUNGMU, GREED ... KURASA KAU AKAN MATI SEBENTAR LAGI!" teriak Charity heboh,
"Dia hanya bereaksi berlebihan jika dekat denganmu, padahal kau tidak melakukan apapun!" jelas Greed."Apa yang tidak kau percayai dengan perasaanku? Kau tidak terima disukai pria dewasa? Kau tidak menerima perasaanmu ... Begitu? APA MENURUTMU INI SALAH?" teriak Greed di hadapan Charity, Charity menunduk takut. Biasanya Charity akan melawan, tapi kali ini dia hanya diam. Dia takut dengan Greed yang ada di hadapannya."JAWAB!"Charity semakin menunduk.Greed diliputi rasa kesal, amarah dan apapun, ditariknya Charity sampai ke kasur miliknya, dihempaskan tubuh Charity."Kau ingin aku menjadi pria sialan?!" maki Greed pada Charity. "Kau ingin aku menidurimu?!""Anak kecil tak tahu diri!"Charity diam dan berdiri, didorongnya tubuh Greed hingga terjatuh ke lantai."Jika kau berani memaksaku ... aku akan membuat kau menyesal seumur hidupmu, Greed. Kau belum tahu aku sepenuhnya.""Dan kau ... belum tahu aku sepenuhnya," balas
"Masih mengakui tidak mencintaiku?" Greed berbisik di telinga Charity, memberikan tanda baru pada lehernya."Eng ... tidak ... pelan, Sialan!" jawab Charity, Greed membuka bajunya dan menyapu belahan yang mengeras. Tangan Greed menarik pucuk belahan yang tegang milik Charity. Dan yang kosong memainkan bagian bawah Charity dengan cepat."Ah ... hah ... Gre ... ed!" raungnya saat mencapai puncak. Charity mengatur nafasnya."Aku belum selesai, Charity." Dilepasnya seluruh pakaian Greed dan menekuk lutut Charity."Engh ... Engh ...!" Charity menggeram saat tangan Greed menusuk lobangnya."Itu masih s ... sakit Greed. Aku juga tid ... pake sp—uh.""Aku tidak peduli, bercinta satu, dua kali bersama Charity ... tidak akan membuatnya hamil, bukan?"Greed terus menyapu milik Charity, sementara tangan Greed satunya memainkan miliknya sendiri, desauan Charity semakin menggila dan Greed semakin giat melakukannya. Setelah puas, disapunya lobangnya
Tentu saja ini perbuatan dari si Sialan tapi tampan Greed!"Morning Princess Zura!" sapa Charity."Sekarang Zura cuci muka terus gosok gigi ya!" suruh Charity. El segera pergi di hadapan Charity."Dan kamu juga, kamu bau banget tau gak!" ketus Charity. Greed mengecup maunya sendiri lalu mendekat merengkuh Charity dari belakang."Ini kan bau semalam, Sayang," bisik Greed membuat Charity menyikut perut Greed.Haruskan pembahasan itu diungkit dan diceritakan lagi. Walau ingin, tetapi Charity terlalu malu untuk mengungkapkannya."Greed!" panggil Charity."Hm ....""Kau harus lebih sering olahraga, perutmu tak sekeras dulu," ucap Charity membuat Greed melepaskan rengkuhannya lalu mengangkat kaosnya tinggi. Greed menekan perutnya menggunakan tangan."Masih ada kok, Chare!""No. Di sini sudah hilang," gumam Charity lalu menekan bagian tubuh Greed yang sedikit berlemak. Greed mendesau dibuatnya."Dasar otak jorok,"
"Si kembar terlihat sedang menyusu pada kakakku, aku bersyukur ia masih memiliki ASI jadi si kembar tak kekurangan apa pun," bicara Greed yang setiap membersihkan tubuh Charity menggunakan handuk basah."Kau harus iri saat melihat si kembar mereka sangat mirip denganku, apa itu karena kau sering memarahiku? Mereka hanya mewarisi bibirmu, Charity!" beritahu Greed lagi.Greed duduk di samping Charity menggenggam tangannya erat, memanggil hingga 100 kali namun Charity mengingkarinya, tak ada jawaban hanya ada suara monitor di samping Charity yang menandakan masih ada kehidupan. Beberapa keluarga nampak mengintip dari cela pintu membuat mereka mengiba, beberapa sahabat Greed bahkan tak berani sekedar menghiburnya. Greed tak banyak bicara ... dunianya seolah berhenti. Greed hanya akan tersenyum jika berhadapan dengan si kembar jika tidak Greed kembali murung."Aku membutuhkanmu, bukan hanya aku tapi kedua bayi kita," bisik Greed penuh dengan keputusasaan.
[Dan Avarice ... datanglah ke tempat kami, kami akan mengadakan pesta ... mom, dad, papa, mama akan datang, Envy juga, kakak juga dalam perjalanan ke sini. Dan oh iya kau orang terakhir yang kami beritahu. Ketiga sahabatmu sudah tahu jadi kututup teleponnya.]Klik ....Greed menatap Charity lalu mengecupnya"Aku selalu suka bibirmu, lembut dan manis," kata Greed membuat Charity sedikit malu. Mereka kembali ke aktivitas semula. Dan ingatkan Charity untuk tidak membuat Greed menangis karena demi apa pun dia seperti anak kecil.***Bulan ke dua kehamilan ...."Kau butuh sesuatu? Biar kuambilkan."Charity masih bisa memakluminya.***Bulan ke tiga ...."Dokter periksa menyeluruh, apa dia baik-baik saja? Dia baru saja terjatuh di kasur."Charity akan gila jika Greed semakin posesif ... Demi Tuhan Charity hanya terjatuh dan tubuh Charity menghempas kasur. Ck.
Saat diperiksa dokter terlihat terkejut dan segera menyuruh Greed menemuinya, entah apa yang dokter bicarakan Greed datang dengan wajah yang bersalah. Dia seperti menyalahkan dirinya atas sesuatu."Aku hamil lagi ya, Greed?" tanyanya agak bercanda namun Greed mengabaikan. Dia merengkuh Charity yang masih terbaring, dibenamkannya wajahnya pada tengkuk leher, air matanya terasa membasahi bahu Charity."Greed?""Maafkan aku," katanya. Charity semakin heran."Chare!" panggil Greed yang sudah melepaskan rengkuhannya, air mata membasahi kedua pipi Greed membuatnya tergerak untuk menghapusnya."Berjanji kau tidak akan meninggalkanku?"Charity semakin tidak paham? Apa ia terkena penyakit mematikan?"Iya.""Berjanji akan melakukan apa pun yang aku ucapkan.""Ada apa, Greed?""Kabar baiknya kita akan punya baby, kabar buruknya kita akan menghilangkannya," kata Greed. Charity mencerna
Beberapa bulan kemudian ....Charity terbangun saat seseorang tengah mengecupinya berkali-kali.Dibuka matanya perlahan dan mendapati Greed yang tersenyum lebar."Morning, Hubby!" sapanya lalu mengecup bibir si empu, Greed turun dari ranjang dan menuju kamar mandi.Charity melirik jam yang ada di samping tempat tidur dan segera bangkit menuju dapur untuk menyiapkan roti sebagai sarapannya.Hari ini hari Greed pertama bekerja karena mereka melewati 3 bulan untuk bulan madu, Greed yang menyarankannya. Selesai menyiapinya, Charity menuju kamar untuk mandi, sebelum mandi menyiapkan setelan baju yang akan Greed kenakan. Greed keluar dari kamar mandi dan Charity segera masuk."Itu pakaianmu," ucapnya menunjuk baju yang ada di atas kasur.Selesai mandi Charity mendapati Greed yang sudah memulai sarapannya, dia menatap dari atas ke bawah lalu kembali ke mata Charity."Kau ikut aku ke kantor, Chare!" tita
"Kau bisa mengetahui aku 'lain' bagaimana bisa kau mengetahuinya?""Aku hanya tahu," jawab Charity jujur. Diliriknya Humility yang seperti boneka di sampingnya, pandangan mata Humility itu seperti tak hidup, hanya 1 atau 2 persen yang ada di dalamnya, dia kurang bahagia dia seperti kehilangan seseorang yang dia percayai."Humility," panggil Charity entah kenapa."Ya?""Jika kau tidak memercayai seseorang ... percayai lah dirimu sendiri. Wajahmu terlalu bisa dibaca!" ingat Charity padanya. Sementara Greed dia malah merengkuh dari belakang dan dagunya berada di bahu Charity."Kamu terlihat peduli pada mereka," bisik Greed tidak suka."Aku tidak heran kalau kau cemburu.""Itu karena aku sangat-sangat mencintaimu," belanya. Charity merotasi bola mata malas lalu suara heboh Avarice memenuhi telinga, Avarice berlari menuju mereka dan diikuti sahabat-sahabatnya."Yo yo yo kak Lust," suara Avarice yang s
"Chare. Ini waktunya," ucap Mr. Magnanime. Charity berdiri dengan gugup menghampiri Mr. Magnanime. Membenarkan gaun putih panjangnya, rambutnya juga ia rapikan walaupun keadaannya tergerai tapi setidaknya rapi. Charity yakin mereka menyadari kegugupannya, Charity mengambil lengan Mr. Magnanime dan berjalan berdampingan. Mr. Magnanime meremas tangan menenangkan hanya membalasnya dengan senyuman.Sampai pintu gereja terbuka Charity melangkah dengan gugup, dilihat Greed berdiri dengan balutan tuxedo. Dia terlihat tampan seperti biasanya, senyum hangatnya membuat Charity bertambah gugup. Ia tidak dapat melirik siapa pun, yang ia lihat hanya Greed.Humility hanya menyembunyikan kekagetannya saat dia tahu yang menikah adalah gadis remaja, terlihat di mata Humility kalau sahabat Pride—Greed—begitu mencintai gadis yang ada di hadapannya, dalam hati Humility berandai-andai mengenai hal itu. Dalam bayangannya dia memikirkan Pride lah yang ada di sampingnya me
Sekarang Chaste dan Lust sudah berada dalam mobil untuk menuju gereja dan dari tadi Lust sibuk sendiri dengan penampilan Chaste, mulai dari rambut yang dikenakan akan bagaimana dan sebagainya. sesekali Lust akan mengecup pipi dan Chaste dengan senang hati menghapusnya dengan tangan."Sabuk pengaman itu penting, Sweety!" ingat Lust berkali-kali padahal Chaste sudah mengenakannya, dia sendiri yang belum."Kau masih marah soal ... eum malam pertama kita?""Tentu saja!" teriak Chaste, dalam hati namun mengabaikannya, ia sedang malas berdebat dengan Lust."Sudah kubilang aku tidak akan meminta maaf, karena aku tidak menyesalinya," ucapnya saat dia sudah mengendarai mobil. Chaste heran dari mana dia dapat mobil ini?"Jangan terlalu memikirkan kekayaanku, kau bisa menghabisinya jika kau ingin," katanya, Chaste mengabaikan Lust lalu menatap ke depan. Lust sesekali mengelus kepala Chaste seolah tindakannya mengatakan 'aku di sini bersama
"Aku tidak akan menasehatimu lagi, Env. Lakukan apa yang menurutmu benar. Tapi ... Ingat rasa sakit itu tak tampak," jelas Greed. Envy menatap Greed lama lalu menghela napas perlahan."Ini!" Greed memberikan undangan pernikahan pada Envy. Envy menaikkan sebelah alisnya."Aku akan menikah. Tentu saja. Memangnya aku akan hidup sendiri terus. Dan tentu saja dia Charity," jelas Greed langsung. Envy terkekeh pelan."Setahuku di sini hanya Lust yang penyuka di bawah umur. Tapi kenapa bisa kau ikut? Bahkan kau baru dan sudah akan menikah? Tidak memikirkan pendapat orang lain dulu?""Aku bukan penyuka di bawah umur. Aku hanya tertarik pada Charity. Camkan itu! Lagi pula, kau juga 'masih' penyuka di bawah umur!""Dan kurasa Pride akan membaik. Humility akan merubahnya," ucap Greed seketika ingat mengenai Humility."Lihat saja Greed. Kurasa Si Sialan itu akan terus mengirimiku gambar mayat dengan dirinya yang berlumuran darah."