"Masih mengakui tidak mencintaiku?" Greed berbisik di telinga Charity, memberikan tanda baru pada lehernya.
"Eng ... tidak ... pelan, Sialan!" jawab Charity, Greed membuka bajunya dan menyapu belahan yang mengeras. Tangan Greed menarik pucuk belahan yang tegang milik Charity. Dan yang kosong memainkan bagian bawah Charity dengan cepat."Ah ... hah ... Gre ... ed!" raungnya saat mencapai puncak. Charity mengatur nafasnya."Aku belum selesai, Charity." Dilepasnya seluruh pakaian Greed dan menekuk lutut Charity."Engh ... Engh ...!" Charity menggeram saat tangan Greed menusuk lobangnya."Itu masih s ... sakit Greed. Aku juga tid ... pake sp—uh.""Aku tidak peduli, bercinta satu, dua kali bersama Charity ... tidak akan membuatnya hamil, bukan?"Greed terus menyapu milik Charity, sementara tangan Greed satunya memainkan miliknya sendiri, desauan Charity semakin menggila dan Greed semakin giat melakukannya. Setelah puas, disapunya lobangnyaHoek ....Ini sudah kesekian kali Charity berlari menuju kamar mandi memuntahkan isi perutnya, Mrs. Magnanime sudah menyuruhnya ke dokter tapi ia tidak mau, Honest dan Prob bilang ini penyakit putus cinta.Mencuci mulut kemudian berbaring di ranjang, namun beberapa menit kemudian Charity kembali berlari ke kamar mandi. Isi perutnya sudah tidak ada lagi membuatnya sedikit merasa sakit pada lambung.Karena merasa ini batas maksimal, segera Charity telepon mama untuk menemani ke rumah sakit, ia tak sanggup membawa mobil dengan keadaan seperti ini.[Mam, jemput ke apartemen, kurasa ini batas maksimal tubuhku!] ucap Charity berbisik saat Mrs. Magnanime sudah mengangkat panggilan.Bukan segera mematikan sambungan telepon Mrs. Magnanime malah memaki habis-habisan, setelah puas dengan makiannya dia segera menjemput putri bandelnya itu.Huek ....Charity menahan mulut agar tak mengeluarkan apa pun lagi, namun gagal ia memuntahkannya dan mengen
Beberapa bulan terakhir ini, Greed entah kenapa suka memakan makanan yang aneh, seperti ia ingin spaghetti dicampur ice cream coklat. Bukan hanya itu, ia juga ingin teh yang beraromakan kopi membuatnya tak bisa tidur jika belum mengabulkan keinginan itu.Mengenai Charity, ia sudah hampir tidak peduli padanya, move on adalah kata yang baik untuk Greed. Ia membuang ponsel tepat saat ia hendak berangkat ke Jerman dan mengantinya dengan yang baru, Mr. Ardour bahkan tak tahu nomornya, mereka menghubungi melalui perusahaan. Ia bahkan jarang ada di perusahaan.Setiap tidur, Greed selalu membayangkan Charity dan itu membuatnya nyeri. Ia telah melakukan hal yang buruk padanya.Mengenai Voracity—model Jerman—yang Greed kencani itu memang benar, tapi tak lebih untuk menghilangkan Charity dalam benaknya, bahkan sekarang Greed sudah memutuskan semuanya, ia tak bisa berpacaran dengan wanita mana pun.Greed sedang menyiapkan makan malam saat merasakan perasaan tak enak
"Dia kehilangan banyak darah, operasinya tadi ada sedikit kesalahan. Maafkan kami. Jadi, kami butuh darah AB+ stok darah AB+ tinggal 4 kantong kami butuh 8 kantong darah untuknya, kalian belum bisa menjenguknya." Dengan begitu sang dokter meninggalkan mereka, Greed pikir, ia akan kehilangan Charity ... juga."Aku akan memeriksa darahku," ucap salah satu teman Charity."Aku juga.""Aku juga."Pada akhirnya sahabat Charity meninggalkan satu per satu ruang tunggu itu, Avarice tak bisa mendonorkan darahnya karena dia pernah terkena malaria dan Greed sendiri tak bisa karena golongan darahnya A, sampai sekarang ia benar-benar tak berguna."Sudah puas, Greed" ucap Mr. Ardour dingin, Greed menatap sosok mirip dengannya sekilas."Sudahlah, Sayang!" Mrs. Ardour menenangkan. Greed hanya diam sampai akhirnya seseorang merengkuh tubuhnya."Ini bukan salahmu, Greed," tenangnya pada Greed, Mrs. Magnanime tersenyum tulus padanya membuat Greed terisak
Tepat 10 jam mereka mencari akhirnya Pride menemukannya, Pride jatuh tertidur Greed tak akan membangunkannya. Mereka tidak tidur seharian.Ia membaca profile-nya dan menggeram marah. Kenapa bisa Pride tidak tahu mengenai hal ini ... sialan.Ia hanya butuh, siapa majikannya dan binggo."Vanity Swagger." Nama wanita sialan itu membuat darah Greed mendidih dengan cepat.Tanpa menunggu waktu lama, ia segera meninggalkan ruangan Pride, menemui Thrift yang tidur di lobby."Thrift, carikan lokasi Vanity Swagger dan Valor Prowess," ucapnya langsung membuat Thrift terbangun."Valor Prowess, namanya bukan hanya satu," balas Thrift, matanya merem melek menahan kantuknya."Carikan saja semua, ini fotonya." Greed memberikan file yang telah ia copy ke dalam flashdisk. Dengan cekatan Thrift mengambilnya dan segera pergi. Greed juga akan mencari Vanity Swagger.Dengan berjalan ke ruangan Pride dan membangunkannya."Aku butuh anak buahmu
Charity telah berada di ruang perawatan, keadaan Charity membaik dan hanya menyisakan infus, Greed selalu berada di sisi Charity dan tak beranjak sedikitpun."Selamat pagi, Charity," gumam Greed seperti biasa dan mengelus rambut coklat milik Charity.Greed tersenyum saat melihat Charity, dilihatnya leher, bekas cekikannya telah hilang."Apa kau tidak lelah tidur terus-menerus ... hm?" gumamnya mengambil kursi dan duduk di sisi Charity, sambil mengelus pipi yang dingin."Greed, pulang dulu. Biar Mama yang menjaganya!" suruh Mrs. Magnanime."No, aku akan menjaganya, Mama. Aku mau menjadi orang yang pertama dilihatnya saat sadar nanti," gumam Greed, tanpa sadar Greed mengelus pipi Charity lagi."Ini sudah 3 hari Greed.""Dan sampai kapan pun aku akan tetap menjaganya, Ma. Mama pulanglah dulu. Tidur di rumah lebih nyaman ketimbang rumah sakit.""Baik. Mama akan menyuruh Prob mengantar makanan. Jaga dirimu, Greed."Kini hanya
"Yes or ya!" Greed mendesak.Charity menghela nafas. "Bukankah aku tidak punya jawaban selain 'IYA'? Jadi jika aku menolak pun kau akan menyeretku ke gereja, bukan?" jawab Charity dengan malas, Greed tersenyum lebar dan membuka kotak tersebut dipasangkannya cincin polos yang terbuat dari berlian ke jari manis Charity."Sekarang bolehkah aku menciummu?" pinta Greed memelas membuat Avarice menarik tubuh Greed menjauh."Tua bangka tidak tahu malu, cukup sudah drama menjijikkan itu yang kami tonton .... tapi, ya. Harus kuakui cukup romantis!" komentar Avarice, Greed terkekeh sementara Honest dan Prob terlihat bengong dan kedua pipi mereka terlihat memerah."Romantis!" komentar mereka berdua."Not bad, Son!" komentar Mr. Ardour.Melihat itu Charity tersenyum kecil, tak sengaja mata Charity bertemu dengan Greed, Greed tersenyum membuat detakan jantung Charity menggila."Sial!" umpat Charity dan menunduk.Sudah sehari tepat Charit
"Tidak!""Harus iya!""Tidak!"Greed berdecak. "Charity.""Greed." Charity membalas dengan berdecak."Charity," geram Greed tertahan."Fine, kita tinggal bersama ... namun di kamar yang berbeda," final Charity membuat Greed sebal."Kau menang," Greed mengaku."Omong-omong, Greed, kau bau amis?" tanya Charity aneh, sementara Greed masih tersenyum.Greed mendekati telinga Charity. "Kau milikku Charity. SELAMANYA MILIKKU, aku tidak akan memberi ampun pada orang yang berani menyentuh atau bahkan menyakitimu. Yang boleh melakukan hal itu adalah aku dan hanya aku," bisiknya dan setelahnya dia menatap Charity tersenyum."Ja ... di ... siapa yang kau sakiti tadi?" tanya Charity sedikit gugup."Tentu saja yang membunuh anak kita dan hampir membunuhmu," jawab Greed santai, Greed mengelus permukaan perut Charity."Bayaran yang setimpal, Chare," gumam Greed dan menatap Charity sampil terus mengelus perutnya.
Greed melepaskan kecupannya saat merasakan Charity yang sudah hampir kehabisan nafas, sekitaran mulut Charity dipenuhi saliva dan bibir Charity sedikit membengkak serta terbuka membuat Greed menahan sesuatu pada dirinya."Apa kau sangat menginginkannya?" tanya Charity pelan."Aku tidak ingin menyakitimu, masuk lah ke kamarmu dulu," balas Greed dan hendak meninggalkan Charity."Aku ... Aku menginginkannya, Greed," ucap Charity pelan, Charity menggigit bibir bawahnya menahan gugup atau mungkin gairah, kedua kaki Charity sudah tak nyaman."Aku menginginkanmu, Greed," ucap Charity mantap membuat Greed mendekat ke arah Charity dan membawanya menuju kamar."Jangan mendorongku, menamparku, atau bahkan mencambukiku dengan ikat pinggang, saat aku mulai membuka celanamu!" peringat Greed dan dihadiahi anggukan Charity.Greed tersenyum lalu menghempaskan tubuh Charity pada kasurnya, mengecup leher dan menatapi Charity dengan lembut."Mulai sekara
Tentu saja ini perbuatan dari si Sialan tapi tampan Greed!"Morning Princess Zura!" sapa Charity."Sekarang Zura cuci muka terus gosok gigi ya!" suruh Charity. El segera pergi di hadapan Charity."Dan kamu juga, kamu bau banget tau gak!" ketus Charity. Greed mengecup maunya sendiri lalu mendekat merengkuh Charity dari belakang."Ini kan bau semalam, Sayang," bisik Greed membuat Charity menyikut perut Greed.Haruskan pembahasan itu diungkit dan diceritakan lagi. Walau ingin, tetapi Charity terlalu malu untuk mengungkapkannya."Greed!" panggil Charity."Hm ....""Kau harus lebih sering olahraga, perutmu tak sekeras dulu," ucap Charity membuat Greed melepaskan rengkuhannya lalu mengangkat kaosnya tinggi. Greed menekan perutnya menggunakan tangan."Masih ada kok, Chare!""No. Di sini sudah hilang," gumam Charity lalu menekan bagian tubuh Greed yang sedikit berlemak. Greed mendesau dibuatnya."Dasar otak jorok,"
"Si kembar terlihat sedang menyusu pada kakakku, aku bersyukur ia masih memiliki ASI jadi si kembar tak kekurangan apa pun," bicara Greed yang setiap membersihkan tubuh Charity menggunakan handuk basah."Kau harus iri saat melihat si kembar mereka sangat mirip denganku, apa itu karena kau sering memarahiku? Mereka hanya mewarisi bibirmu, Charity!" beritahu Greed lagi.Greed duduk di samping Charity menggenggam tangannya erat, memanggil hingga 100 kali namun Charity mengingkarinya, tak ada jawaban hanya ada suara monitor di samping Charity yang menandakan masih ada kehidupan. Beberapa keluarga nampak mengintip dari cela pintu membuat mereka mengiba, beberapa sahabat Greed bahkan tak berani sekedar menghiburnya. Greed tak banyak bicara ... dunianya seolah berhenti. Greed hanya akan tersenyum jika berhadapan dengan si kembar jika tidak Greed kembali murung."Aku membutuhkanmu, bukan hanya aku tapi kedua bayi kita," bisik Greed penuh dengan keputusasaan.
[Dan Avarice ... datanglah ke tempat kami, kami akan mengadakan pesta ... mom, dad, papa, mama akan datang, Envy juga, kakak juga dalam perjalanan ke sini. Dan oh iya kau orang terakhir yang kami beritahu. Ketiga sahabatmu sudah tahu jadi kututup teleponnya.]Klik ....Greed menatap Charity lalu mengecupnya"Aku selalu suka bibirmu, lembut dan manis," kata Greed membuat Charity sedikit malu. Mereka kembali ke aktivitas semula. Dan ingatkan Charity untuk tidak membuat Greed menangis karena demi apa pun dia seperti anak kecil.***Bulan ke dua kehamilan ...."Kau butuh sesuatu? Biar kuambilkan."Charity masih bisa memakluminya.***Bulan ke tiga ...."Dokter periksa menyeluruh, apa dia baik-baik saja? Dia baru saja terjatuh di kasur."Charity akan gila jika Greed semakin posesif ... Demi Tuhan Charity hanya terjatuh dan tubuh Charity menghempas kasur. Ck.
Saat diperiksa dokter terlihat terkejut dan segera menyuruh Greed menemuinya, entah apa yang dokter bicarakan Greed datang dengan wajah yang bersalah. Dia seperti menyalahkan dirinya atas sesuatu."Aku hamil lagi ya, Greed?" tanyanya agak bercanda namun Greed mengabaikan. Dia merengkuh Charity yang masih terbaring, dibenamkannya wajahnya pada tengkuk leher, air matanya terasa membasahi bahu Charity."Greed?""Maafkan aku," katanya. Charity semakin heran."Chare!" panggil Greed yang sudah melepaskan rengkuhannya, air mata membasahi kedua pipi Greed membuatnya tergerak untuk menghapusnya."Berjanji kau tidak akan meninggalkanku?"Charity semakin tidak paham? Apa ia terkena penyakit mematikan?"Iya.""Berjanji akan melakukan apa pun yang aku ucapkan.""Ada apa, Greed?""Kabar baiknya kita akan punya baby, kabar buruknya kita akan menghilangkannya," kata Greed. Charity mencerna
Beberapa bulan kemudian ....Charity terbangun saat seseorang tengah mengecupinya berkali-kali.Dibuka matanya perlahan dan mendapati Greed yang tersenyum lebar."Morning, Hubby!" sapanya lalu mengecup bibir si empu, Greed turun dari ranjang dan menuju kamar mandi.Charity melirik jam yang ada di samping tempat tidur dan segera bangkit menuju dapur untuk menyiapkan roti sebagai sarapannya.Hari ini hari Greed pertama bekerja karena mereka melewati 3 bulan untuk bulan madu, Greed yang menyarankannya. Selesai menyiapinya, Charity menuju kamar untuk mandi, sebelum mandi menyiapkan setelan baju yang akan Greed kenakan. Greed keluar dari kamar mandi dan Charity segera masuk."Itu pakaianmu," ucapnya menunjuk baju yang ada di atas kasur.Selesai mandi Charity mendapati Greed yang sudah memulai sarapannya, dia menatap dari atas ke bawah lalu kembali ke mata Charity."Kau ikut aku ke kantor, Chare!" tita
"Kau bisa mengetahui aku 'lain' bagaimana bisa kau mengetahuinya?""Aku hanya tahu," jawab Charity jujur. Diliriknya Humility yang seperti boneka di sampingnya, pandangan mata Humility itu seperti tak hidup, hanya 1 atau 2 persen yang ada di dalamnya, dia kurang bahagia dia seperti kehilangan seseorang yang dia percayai."Humility," panggil Charity entah kenapa."Ya?""Jika kau tidak memercayai seseorang ... percayai lah dirimu sendiri. Wajahmu terlalu bisa dibaca!" ingat Charity padanya. Sementara Greed dia malah merengkuh dari belakang dan dagunya berada di bahu Charity."Kamu terlihat peduli pada mereka," bisik Greed tidak suka."Aku tidak heran kalau kau cemburu.""Itu karena aku sangat-sangat mencintaimu," belanya. Charity merotasi bola mata malas lalu suara heboh Avarice memenuhi telinga, Avarice berlari menuju mereka dan diikuti sahabat-sahabatnya."Yo yo yo kak Lust," suara Avarice yang s
"Chare. Ini waktunya," ucap Mr. Magnanime. Charity berdiri dengan gugup menghampiri Mr. Magnanime. Membenarkan gaun putih panjangnya, rambutnya juga ia rapikan walaupun keadaannya tergerai tapi setidaknya rapi. Charity yakin mereka menyadari kegugupannya, Charity mengambil lengan Mr. Magnanime dan berjalan berdampingan. Mr. Magnanime meremas tangan menenangkan hanya membalasnya dengan senyuman.Sampai pintu gereja terbuka Charity melangkah dengan gugup, dilihat Greed berdiri dengan balutan tuxedo. Dia terlihat tampan seperti biasanya, senyum hangatnya membuat Charity bertambah gugup. Ia tidak dapat melirik siapa pun, yang ia lihat hanya Greed.Humility hanya menyembunyikan kekagetannya saat dia tahu yang menikah adalah gadis remaja, terlihat di mata Humility kalau sahabat Pride—Greed—begitu mencintai gadis yang ada di hadapannya, dalam hati Humility berandai-andai mengenai hal itu. Dalam bayangannya dia memikirkan Pride lah yang ada di sampingnya me
Sekarang Chaste dan Lust sudah berada dalam mobil untuk menuju gereja dan dari tadi Lust sibuk sendiri dengan penampilan Chaste, mulai dari rambut yang dikenakan akan bagaimana dan sebagainya. sesekali Lust akan mengecup pipi dan Chaste dengan senang hati menghapusnya dengan tangan."Sabuk pengaman itu penting, Sweety!" ingat Lust berkali-kali padahal Chaste sudah mengenakannya, dia sendiri yang belum."Kau masih marah soal ... eum malam pertama kita?""Tentu saja!" teriak Chaste, dalam hati namun mengabaikannya, ia sedang malas berdebat dengan Lust."Sudah kubilang aku tidak akan meminta maaf, karena aku tidak menyesalinya," ucapnya saat dia sudah mengendarai mobil. Chaste heran dari mana dia dapat mobil ini?"Jangan terlalu memikirkan kekayaanku, kau bisa menghabisinya jika kau ingin," katanya, Chaste mengabaikan Lust lalu menatap ke depan. Lust sesekali mengelus kepala Chaste seolah tindakannya mengatakan 'aku di sini bersama
"Aku tidak akan menasehatimu lagi, Env. Lakukan apa yang menurutmu benar. Tapi ... Ingat rasa sakit itu tak tampak," jelas Greed. Envy menatap Greed lama lalu menghela napas perlahan."Ini!" Greed memberikan undangan pernikahan pada Envy. Envy menaikkan sebelah alisnya."Aku akan menikah. Tentu saja. Memangnya aku akan hidup sendiri terus. Dan tentu saja dia Charity," jelas Greed langsung. Envy terkekeh pelan."Setahuku di sini hanya Lust yang penyuka di bawah umur. Tapi kenapa bisa kau ikut? Bahkan kau baru dan sudah akan menikah? Tidak memikirkan pendapat orang lain dulu?""Aku bukan penyuka di bawah umur. Aku hanya tertarik pada Charity. Camkan itu! Lagi pula, kau juga 'masih' penyuka di bawah umur!""Dan kurasa Pride akan membaik. Humility akan merubahnya," ucap Greed seketika ingat mengenai Humility."Lihat saja Greed. Kurasa Si Sialan itu akan terus mengirimiku gambar mayat dengan dirinya yang berlumuran darah."