[Akhir pekan ini Charity akan meresmikan pertunangannya.] ucapan Avarice membuat Greed tak dapat mencerna apa yang diucapkan Avarice diseberang telepon.
[Jan—]Baru saat Greed hendak menanyakan hal tersebut, panggilan diputus oleh Avarice. Greed menggeram marah dan mencoba menelepon adiknya, namun ponsel Avarice tidak aktif."Sialan," kesal Greed dan menghempaskan dokumen yang ada dihadapannya, pergi keluar ruangan menuju kesiswaan. Dia perlu tahu di mana kelas Charity sekarang."Berikan aku daftar pelajaran yang diikuti oleh Charity ... Charity Magnanime," ucap Greed to the point."Tapi untuk apa Mr. Ardour?" Perempuan paruh baya tersebut bertanya."Berikan saja."Greed menunggu sekitar 5 menit untuk mencari data Charity di database sekolah lalu mencetaknya. Setelah mendapatkan yang diinginkan, Greed langsung menuju kelas Charity."Kelas fisika," Greed menggumam, sekitar 10 menit Greed baru menemukan kelas Charity, Greed masuk tanpa mengetuk pintu membuat si empu yang sedang mengajar hendak memarahinya, tapi urung dilakukan karena dia tahu posisi Greed.Mata tajam Greed menelusuri penjuru ruangan, namun nihil. Dia tidak menemukan Charity. Sedangkan beberapa murid perempuan menaruh perhatian pada Greed."Charity di mana?" tanya Greed menatap sang guru."Dia bolos hari ini ...,"Tanpa menunggu ujaran berikutnya, Greed segera keluar diikuti dengan pintu yang berbunyi dengan keras."Aku harus menemukanmu." Mantap Greed dan menelusuri seluruh penjuru sekolahan.Hampir 40 menit Greed mencari keberadaan Charity namun nihil, tempat terakhir yang belum Greed kunjungi adalah taman. Greed melangkah menuju taman dan tak ada apa apa di sana, mengambil nafas lalu menyenderkan tubuhnya pada pohon besar."Kau sang ... ah ... nikmat, Chare!"Desauan terdengar di telinga Greed. Ia segera melihat apa yang ada di balik pohon tersebut benar saja dia menemukan Charity yang tengah bermesraan dengan seorang pria yang seumuran dengannya. Tangan Greed terkepal di kedua sisi, rahangnya mengeras. Dia tak pernah semarah ini sebelumnya.Greed langsung menarik kerah pria itu, membuatnya terjengkang dan jatuh dengan suara gedebuk yang menyakitkan. Greed menghajarnya, tak lupa menginjak bagian bawah pria itu yang masih tegak dengan cairan khas dengan keras.Pria itu mengeluh. Greed menyapu pandangannya ke belakang, menatap punggung Charity. "Charity Magnanime," panggil Greed dingin, Charity mendengarnya namun pura-pura tak mendengar bahkan Charity tahu siapa yang memanggilnya, sekarang Charity malah bergerak mendekati pria yang tersungkur, berdiri di tengah dan mulai turun untuk memasukkannya lagi.Greed memejamkan matanya lalu menarik Charity menjauh, Charity menaikkan sebelah alisnya lalu membereskan seragamnya."Apa yang sedang kalian lakukan?" tanya Greed menahan amarah."Tentu saja bercinta, tak ada yang salah bukan bercinta dengan tunangan sendiri. Kau pasti juga sudah melihatnya," jawab Charity enteng dan melipat kedua tangannya.Greed melirik name tag pria yang sudah bangkit walau menunduk di hadapannya."Foul Shabby."Greed menarik tangan Charity kasar. Charity tidak meronta dan mengikuti Greed yang tengah menariknya, ia meringis sakit pada pergelangan tangannya namun dia tak akan mengungkapkannya pada Greed."Masuk!" perintah Greed saat sudah sampai di depan mobil miliknya, Greed membukakan pintu untuk Charity. Mau tak mau Charity masuk.Sebelum melajukan kendaraannya, Greed meraih ponsel miliknya dan menelepon Thrift.[Thrift, buatkan aku jadwal dengan Mr. Magnanime sekarang.] Dan setelah mengucapkan hal itu Greed mematikan sambungan teleponnya. Charity yang semula menatap lurus ke depan mengalihkan pandangannya saat mendengar nama orang tuanya disebut."Apa yang ingin kau lakukan?" tanya Charity dingin. Charity menatap Greed tanpa ekspresi."Melamar putrinya, tentu saja!" jawab Greed singkat, bersama dengan melajunya mobil yang tengah mereka kendarai.Charity sempat terkejut namun segera dia kembali memasang ekspresi datarnya, melipat kedua tangan di depan dada dan memejamkan mata. Perjalanan ke perusahaan ayahnya hampir memakan waktu 1 jam dan Charity tak akan menyia-nyiakan waktu 1 jam itu untuk menutup matanya mengabaikan Greed.Greed melirik ke arah Charity, namun yang didapatnya adalah Charity yang tengah tertidur."Bagus. Aku berbicara panjang lebar, kau malah tidur!" Greed kesal dan menatap lurus memfokuskan jalan.Greed mengingat apa yang dilakukannya. Mendengar Charity akan bertunangan, membuat sesuatu dalam dirinya marah, kesal dan perasaan lainnya, sebelumnya Greed tidak pernah berada di luar kendali seperti ini, dia selalu tenang dan tidak peduli pada apapun."Maaf, karena memaksamu untuk menjadi milikku," bisik Greed tulus dan mengelus kepala Charity lembut, Greed menatap lurus dan mengemudi dengan santai. Sesekali Greed melirik Charity yang tertidur, Greed tersenyum kecil. Bagi Greed dia rela memberikan apapun kalau diberikan waktu selamanya untuk memandangi Charity yang tertidur.Tak terasa kini Greed telah sampai di basement perusahaan Mr. Magnanime."Charity, bangun!" panggil Greed pelan dan mengguncang tubuh Charity, namun Charity masih terlelap. Greed melepaskan sabuk pegamannya, menuju pintu sisi sebelah dan membukanya."Charity!" panggil Greed lembut namun Charity tetap terlelap. Greed mendengus, berujar datar dan tegas, "Jika ketiga kalinya kau tidak bangun saat aku bangunkan, jangan salahkan aku membangunkanmu dengan cara lain.""Charity Magnanime, Bangun!" panggilan Greed tak membuat Charity membukanya, senyuman lebar terbingkai di wajah Greed. Jari-jemari Greed menelusuri pipi Charity dan mengusap pelan bibir bawah milik Charity, Charity masih tertidur. Greed mendekatkan wajahnya pada Charity, hingga akhirnya dia mengecup dan merasakan bibir bawah Greed dengan pelan. Semula tak ada reaksi sampai ada sesuatu yang mengigit bibirnya."Sialan!" maki Charity mendorong Greed menjauh hingga bokong Greed terdampar di lantai basement, Charity keluar dan mengelap bibirnya yang baru saja dinodai oleh Greed."Seperti putri tidur saja, akan bangun kalau dicium. Tapi tidak apa-apa, aku sangat suka kalau harus membangunkanmu seperti itu," Greed berucap sambil terkekeh saat Charity berdiri tegak di depannya.Greed berdiri dan merangkul bahu Charity."Lepaskan!" gumam Charity dingin, namun diabaikan Greed. Dengan kasar Charity melepaskan rangkulan Greed, namun Greed masih mencoba merangkul Charity 'lagi' sampai Charity menghela nafas lelah dan membiarkan saja."Aku ingin pulang," gumam Charity kasar saat Greed hendak menariknya menuju lift, sebelumnya Charity berfikir akan lebih mudah kabur kalau dihadapkan dengan lingkungan yang ramai agar Greed tak berani menarik-nariknya. Tapi Charity lupa satu hal, "Greed ... Demon yang tidak tahu malu.""Tidak! Sebelum kita menemui ayahmu," ucap Greed kesal, sementara orang yang berada dalam lift menunduk takut dan ada juga yang mencuri pandang ke arah Charity dan Greed.Siapa yang tidak kenal Greed, wajah Greed sekarang terlalu populer di kalangan pebisnis dan di masyarakat."Pergi sendiri saja ... Aku. Tidak. Mau," kesal Charity berbicara penuh tekanan dan Greed mengabaikan Charity, setelah lift sampai di lantai 26, ia segera menarik Charity."Ck." Charity berdecak lalu menghempaskan tangan Greed, Greed menatap Charity penuh kekesalan sementara Charity berjalan mendahului Greed dan menuju ruangan di mana orang tuanya berada."Jangan biarkan siapapun menemui Mr. Magnanime!" ingat Charity saat menemui Mercy—sekretaris Mr. Magnanime—yang dibalas anggukan patuh.Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Charity segera memasuki ruangan Mr. Magnanime, dilihatnya sekeliling ruangan dia tidak menemukan Mr. Magnanime, Charity segera menuju pintu yang merupakan ruang istirahat yang sering digunakan papanya.Sementara itu"Sialan ... sialan," batin Greed, Greed kini berdiri di depan sekretaris Mr. Magnanime dan Charity tidak mengizinkan Greed masuk."Maaf Tuan, tapi atas perintah anak dri Mr. Magnanime siapapun tidak boleh masuk," ucap Mercy lembut."Iya aku mengerti, tapi aku ini perlu masuk." Greed kesal, sementara Mercy tetap pada keputusannya tidak memperbolehkan siapapun masuk. Setelah sekian lama berdebat dan tidak mendapatkan izin juga, Greed langsung berjalan melewati meja sekretaris itu dan duduk di lantai depan pintu ruangan Mr. Magnanime. Dia tidak peduli bagaimana pandangan orang terhadapnya, Greed menunduk memainkan ponselnya. Sampai seorang pria berdiri di hadapan Greed, Greed mendongkakkan kepala dan menatap pria berumur sekitar 40 tahun."Mr. Magnanime?" Greed bertanya yang kini telah berdiri. Mr. Magnanime mengiyakan, buru-buru Greed mengelap tangannya pada kedua sisi jas yang dia kenakan dan menyalami Mr. Magnanime."Greed. Greed Ardour," ucap Greed memperkenalkan diri. Mr. Magnanime mengerutkan keningnya bingung, pasalnya baru kali ini dia bertemu dengan pria yang jadi perbincangan akhir tahun ini."Asistenku baru memberi tahu bahwa kau akan menemuiku, sebaiknya kita ke ruanganku sekarang." Greed mengangguk dan mengikuti dari belakang."Kalimat apa yang harus kuucapkan pertama?" tanya Greed dalam hati, telapak tangannya dingin ini pertama kalinya dia merasakan kegugupan yang luar biasa. Setelah sampai di ruangan Mr. Magnanime, Greed menatap penjuru ruangan namun dia tak melihat keberadaan Charity."Apa yang Anda ingin bicarakan?" tanya Mr. Magnanime duduk berhadapan dengan Greed, Greed gugup setengah mati."Em ... itu ... Em ... se–sebenarnya sa–saya ... em ingin mela–mar an—""Mr. Ardour." Mr. Magnanime merasakan kegugupan Greed.Greed menarik nafas dalam, meneguhkan hatinya, "Cukup Greed.""Em. Greed apa yang ingin kau bicarakan?" tanyanya yang sudah tidak formal lagi."Mengenai anak Anda Mr. Magnanime," ucap Greed pelan namun Mr. Magnanime tetap bisa mendengarnya."Ada apa dengan putra-putriku?""AkuinginmelamaranakAnda," ucap Greed cepat."Bisa kau ulangi, Greed?" pinta Mr. Magnanime.Greed mengambil nafas dalam, mulutnya terbuka hendak mengucapkan sesuatu sampai seorang gadis keluar dari pintu sudut ruangan menghentikan ucapan yang hendak Greed bicarakan.Mr. Magnanime mengalihkan pandangannya pada sosok itu. "Charity, kapan kau ke sini?""Baru saja," jawab Charity acuh dan melipat kedua tangany
"Itu sangat membantu, aku bisa dengan cepat menyalurkan hasratku."Tapi, bukan itu yang keluar dari mulut Greed"Tidak perlu!" tolak Greed sopan, padahal ia sangat ingin berada di kamar Charity. Hanya saja, ia takut hasrat gilanya tiba-tiba naik."Halo Mr. Ardour," sapa 2 orang, yang satunya wanita dengan dress selutut yang melekat pada tubuhnya. Dan satunya bocah lelaki berjas yang menatap kagum Greed. Mereka mengambil kursi di depan dan tak lupa mereka berebutan untuk duduk berhadapan dengan Greed."Jadi ada kepentingan apa Mr. Ardo—""Cukup Greed!" pintanya pada salah satu dari mereka. Ia tidak tahu nama mereka, soalnya mereka belum memperkenalkan diri secara resmi."Ngomong-ngomong ... perkenalkan dia Honest dan satunya Prob," ucap Mr. Magnanime memperkenalkannya anak-anaknya yang saat disebut namanya. Mereka tersenyum pada Greed, Greed mengangguk tanda mengerti."Baiklah ... ada apa seorang Greed hendak ke sini? Yang aku tahu, ka
"Katakan iya!""Tidk ... hh," desau Charity"Aku butuh jawaban iya, Charity!" ucap Greed dan mencerup leher Charity, bisa Greed pastika sekarang Charity menahan desauannya."Kita butuh kamar sekarang!" ucap Greed berbisik dan menyapu daun telinga Charity."Tidak ... pul ... ah.""Jika kau bilang tidak, aku akan membuatmu mendesau dan klimaks saat ini juga, Charity."Setelah mengucapkan hal itu, Greed mengendong Charity menuju kamar, jangan heran sebelum Charity sampai. Ia telah menelusuri semua ruangan yang ada di rumah Charity. Jadi ia tahu di mana kamarnya. Setelah sampai di kamar, Greed hempaskan tubuh Charity di atas kasur dan mulai mengecupnya lebih ganas."Ah ...," desaunya, saat tangan Greed sudah memasuki kaos yang Charity kenakan."Mau bertunangan denganku, Charity?" tanya Greed."Tid ... hh.""Sudah kubilang jika kau bilang tidak, akan aku buat kau terus mendesau tanpa kepuasan," balas Greed, menyapu dar
"Bagaimana aku bisa baik-baik saja," jawab Charity kesal, saat hendak melangkah bagian bawahnya terasa perih."Istirahatlah, aku yang akan melayanimu hari ini," ucap Greed dan segera meraih tubuh Charity untuk ditidurkan di ranjang. Charity menggeram marah."Setidaknya pakai pakaianmu dulu Greed!" Sementara Greed hanya tersenyum malu-malu, meraih baju serta celananya yang berserakan di lantai."Setelah kejadian semalam, kau tidak mungkin bisa berjalan dengan baik, Baby. Kalau kuingatkan saat itu aku menusukmu tanpa pelumas, dan kita melakukannya sampai pukul 5 Pagi. Wow!" detail Greed pada Charity, sementara Charity ingin sekali melempar Greed pakai pisau."Kau meniduriku!" ralat Charity cepat.Greed mencibir, menciptakan raut pengen digampar. "Sungguh? Siapa yang meminta dimasuki lagi setelah mencapai klimaks pertama?"Dan saat itu juga Charity melempar Greed menggunakan ponsel yang kebetulan ada di samping meja lampu tidur."Lempara
Mobil Greed tak beranjak dari basement, ia benar-benar ingin meninggalkan Si Bodoh Charity selamanya. "Tidak bisakah dia hanya menghargaiku? Cih, bocah sialan yang sukses membuat duniaku jungkir balik.""Aku tidak harus menyerah untuk mendapatkan hatimu, Charity," gumam Greed.Sialnya Greed sudah mulai ketergantungan oleh tubuh Charity, tubuhnya selalu bereaksi berlebihan. Ia rasa, ia butuh seseorang untuk mendengarkan keluh kesahnya. Greed tidak mungkin menelepon Thrift, ia jamin Thrift akan sangat menyebalkan nanti. Setelah menimang ponsel, akhirnya Greed menelepon seseorang. Telepon terhubung dan detik berikutnya, Greed langsung bicara.[Pride! Apa kau masih di Amerika?][Ya!][Kau menetap?][Tidak, tapi kurasa akan lama. Aku memiliki majikan sekarang.][Kau jatuh miskin, Pride? Kau kenapa bisa menjadi babu seperti itu?][Tidak sama sekali. Aku mendapat bayaran yang setimpal.][Bayarannya apa?][Tubuhnya.]
"Apa-apaan ini Env, kau tidak perlu—""Bisakah kau tutup mulutmu itu, Greed?" Charity menyela, sekarang Charity sudah telentang dan membuka resleting celananya."Maaf!" mohon Envy sebelum menarik ke bawah celana Charity, sekarang Si Iri Envy sudah melihatnya. Dia mendengus pelan, mengingat milik Kindy."Berapa lama kau memasukinya? Kau ingin dia tak berjalan seminggu. Hah ...?" Envy mengambil kapas yang diberi alkohol."Nghh ....""Charity, jangan mendesau," ujar Greed tak terima dengan suara berat."Sial ... an aku ... tidak ... ngh mendesau. Ini perih, tolol.""Lain kali Charity, jangan biarkan Greed memasukimu seenaknya, beruntung ini tidak terkoyak," gumam Envy, masih mengolesi kapas beralkohol pada milik Charity."Ngh ....""Berhenti meringis, Charity," ucap Greed."Kenapa lagi?""Kau membuatku ingin memakanmu, sekarang," ucap Greed dan terus menatap ke lobang Charity, baik otak Greed memang jorok. sia
Charity sampai di apartemen dengan mengendarai mobil Greed, salah sendiri kenapa Greed lama. Dengan tak berdosanya Charity malah meninggalkan Greed, padahal Charity baru menunggu 2 menit.Sesampainya di apartemen dia segera menduduki sofa. Tak beberapa lama, bel apartemennya berdering Charity sempat mengira itu Greed namun prasangkanya segera ditepis saat salah satu sahabatnya meneleponnya dan memaki Charity.Dengan susah, Charity membuka pintu, sahabat-sahabatnya segera berhamburan masuk."Kenapa tidak masuk, Chare?" tanya Candid pada Charity.Charity mengikuti sahabat-sahabatnya berjalan di belakang mereka, namun Honor berada di belakang Charity."Chare, ada yang beda dari caramu berjalan. Dan kurasa bokongmu sedikit besar sebelah," ujar Honor terang-terangan membuat 2 sahabatnya berhenti dan mundur, mereka memerhatikan Charity."Benarkan?" tanya Honor antusias. Sementara Verice dan Candid mengangguk menyetujuinya."Seberapa gan
"Hahaha ...," tawa Greed membuat jantung Charity semakin aneh sepertinya ...."Greed, aku ada masalah serius,"ujar Charity, tiba-tiba menatap Greed dalam, Greed yang ditatap dalam seperti itu tiba-tiba merasa kikuk."Hmm ... A–Apa?" tanya Greed."Sepertinya aku ...." Charity bingung memulainya."Sepertinya apa, Chare?""Sepertinya aku... Sepertinya aku sakit jantung. Jantungku berdetak kencang tapi tidak menyakitkan? Aku perlu memeriksa jantungku.""Se–sejak kapan?" tanya Greed"Sejak tadi, Greed. Sejak ... Oh lihat sekarang jantungku semakin berdetak. Aku kritis Greed!"seru Charity saat Greed mendekat kenarahnya.Greed meraih telapak tangan Charity, dan meletakkannya tepat di mana jantungnya berdetak."Kau merasakannya, Charity?" tanya Greed tersenyum lembut, Greed bersumpah dia ingin sekali tertawa karena ulah Charity."ASTAGA ... JA–JANTUNGMU, GREED ... KURASA KAU AKAN MATI SEBENTAR LAGI!" teriak Charity heboh,
Tentu saja ini perbuatan dari si Sialan tapi tampan Greed!"Morning Princess Zura!" sapa Charity."Sekarang Zura cuci muka terus gosok gigi ya!" suruh Charity. El segera pergi di hadapan Charity."Dan kamu juga, kamu bau banget tau gak!" ketus Charity. Greed mengecup maunya sendiri lalu mendekat merengkuh Charity dari belakang."Ini kan bau semalam, Sayang," bisik Greed membuat Charity menyikut perut Greed.Haruskan pembahasan itu diungkit dan diceritakan lagi. Walau ingin, tetapi Charity terlalu malu untuk mengungkapkannya."Greed!" panggil Charity."Hm ....""Kau harus lebih sering olahraga, perutmu tak sekeras dulu," ucap Charity membuat Greed melepaskan rengkuhannya lalu mengangkat kaosnya tinggi. Greed menekan perutnya menggunakan tangan."Masih ada kok, Chare!""No. Di sini sudah hilang," gumam Charity lalu menekan bagian tubuh Greed yang sedikit berlemak. Greed mendesau dibuatnya."Dasar otak jorok,"
"Si kembar terlihat sedang menyusu pada kakakku, aku bersyukur ia masih memiliki ASI jadi si kembar tak kekurangan apa pun," bicara Greed yang setiap membersihkan tubuh Charity menggunakan handuk basah."Kau harus iri saat melihat si kembar mereka sangat mirip denganku, apa itu karena kau sering memarahiku? Mereka hanya mewarisi bibirmu, Charity!" beritahu Greed lagi.Greed duduk di samping Charity menggenggam tangannya erat, memanggil hingga 100 kali namun Charity mengingkarinya, tak ada jawaban hanya ada suara monitor di samping Charity yang menandakan masih ada kehidupan. Beberapa keluarga nampak mengintip dari cela pintu membuat mereka mengiba, beberapa sahabat Greed bahkan tak berani sekedar menghiburnya. Greed tak banyak bicara ... dunianya seolah berhenti. Greed hanya akan tersenyum jika berhadapan dengan si kembar jika tidak Greed kembali murung."Aku membutuhkanmu, bukan hanya aku tapi kedua bayi kita," bisik Greed penuh dengan keputusasaan.
[Dan Avarice ... datanglah ke tempat kami, kami akan mengadakan pesta ... mom, dad, papa, mama akan datang, Envy juga, kakak juga dalam perjalanan ke sini. Dan oh iya kau orang terakhir yang kami beritahu. Ketiga sahabatmu sudah tahu jadi kututup teleponnya.]Klik ....Greed menatap Charity lalu mengecupnya"Aku selalu suka bibirmu, lembut dan manis," kata Greed membuat Charity sedikit malu. Mereka kembali ke aktivitas semula. Dan ingatkan Charity untuk tidak membuat Greed menangis karena demi apa pun dia seperti anak kecil.***Bulan ke dua kehamilan ...."Kau butuh sesuatu? Biar kuambilkan."Charity masih bisa memakluminya.***Bulan ke tiga ...."Dokter periksa menyeluruh, apa dia baik-baik saja? Dia baru saja terjatuh di kasur."Charity akan gila jika Greed semakin posesif ... Demi Tuhan Charity hanya terjatuh dan tubuh Charity menghempas kasur. Ck.
Saat diperiksa dokter terlihat terkejut dan segera menyuruh Greed menemuinya, entah apa yang dokter bicarakan Greed datang dengan wajah yang bersalah. Dia seperti menyalahkan dirinya atas sesuatu."Aku hamil lagi ya, Greed?" tanyanya agak bercanda namun Greed mengabaikan. Dia merengkuh Charity yang masih terbaring, dibenamkannya wajahnya pada tengkuk leher, air matanya terasa membasahi bahu Charity."Greed?""Maafkan aku," katanya. Charity semakin heran."Chare!" panggil Greed yang sudah melepaskan rengkuhannya, air mata membasahi kedua pipi Greed membuatnya tergerak untuk menghapusnya."Berjanji kau tidak akan meninggalkanku?"Charity semakin tidak paham? Apa ia terkena penyakit mematikan?"Iya.""Berjanji akan melakukan apa pun yang aku ucapkan.""Ada apa, Greed?""Kabar baiknya kita akan punya baby, kabar buruknya kita akan menghilangkannya," kata Greed. Charity mencerna
Beberapa bulan kemudian ....Charity terbangun saat seseorang tengah mengecupinya berkali-kali.Dibuka matanya perlahan dan mendapati Greed yang tersenyum lebar."Morning, Hubby!" sapanya lalu mengecup bibir si empu, Greed turun dari ranjang dan menuju kamar mandi.Charity melirik jam yang ada di samping tempat tidur dan segera bangkit menuju dapur untuk menyiapkan roti sebagai sarapannya.Hari ini hari Greed pertama bekerja karena mereka melewati 3 bulan untuk bulan madu, Greed yang menyarankannya. Selesai menyiapinya, Charity menuju kamar untuk mandi, sebelum mandi menyiapkan setelan baju yang akan Greed kenakan. Greed keluar dari kamar mandi dan Charity segera masuk."Itu pakaianmu," ucapnya menunjuk baju yang ada di atas kasur.Selesai mandi Charity mendapati Greed yang sudah memulai sarapannya, dia menatap dari atas ke bawah lalu kembali ke mata Charity."Kau ikut aku ke kantor, Chare!" tita
"Kau bisa mengetahui aku 'lain' bagaimana bisa kau mengetahuinya?""Aku hanya tahu," jawab Charity jujur. Diliriknya Humility yang seperti boneka di sampingnya, pandangan mata Humility itu seperti tak hidup, hanya 1 atau 2 persen yang ada di dalamnya, dia kurang bahagia dia seperti kehilangan seseorang yang dia percayai."Humility," panggil Charity entah kenapa."Ya?""Jika kau tidak memercayai seseorang ... percayai lah dirimu sendiri. Wajahmu terlalu bisa dibaca!" ingat Charity padanya. Sementara Greed dia malah merengkuh dari belakang dan dagunya berada di bahu Charity."Kamu terlihat peduli pada mereka," bisik Greed tidak suka."Aku tidak heran kalau kau cemburu.""Itu karena aku sangat-sangat mencintaimu," belanya. Charity merotasi bola mata malas lalu suara heboh Avarice memenuhi telinga, Avarice berlari menuju mereka dan diikuti sahabat-sahabatnya."Yo yo yo kak Lust," suara Avarice yang s
"Chare. Ini waktunya," ucap Mr. Magnanime. Charity berdiri dengan gugup menghampiri Mr. Magnanime. Membenarkan gaun putih panjangnya, rambutnya juga ia rapikan walaupun keadaannya tergerai tapi setidaknya rapi. Charity yakin mereka menyadari kegugupannya, Charity mengambil lengan Mr. Magnanime dan berjalan berdampingan. Mr. Magnanime meremas tangan menenangkan hanya membalasnya dengan senyuman.Sampai pintu gereja terbuka Charity melangkah dengan gugup, dilihat Greed berdiri dengan balutan tuxedo. Dia terlihat tampan seperti biasanya, senyum hangatnya membuat Charity bertambah gugup. Ia tidak dapat melirik siapa pun, yang ia lihat hanya Greed.Humility hanya menyembunyikan kekagetannya saat dia tahu yang menikah adalah gadis remaja, terlihat di mata Humility kalau sahabat Pride—Greed—begitu mencintai gadis yang ada di hadapannya, dalam hati Humility berandai-andai mengenai hal itu. Dalam bayangannya dia memikirkan Pride lah yang ada di sampingnya me
Sekarang Chaste dan Lust sudah berada dalam mobil untuk menuju gereja dan dari tadi Lust sibuk sendiri dengan penampilan Chaste, mulai dari rambut yang dikenakan akan bagaimana dan sebagainya. sesekali Lust akan mengecup pipi dan Chaste dengan senang hati menghapusnya dengan tangan."Sabuk pengaman itu penting, Sweety!" ingat Lust berkali-kali padahal Chaste sudah mengenakannya, dia sendiri yang belum."Kau masih marah soal ... eum malam pertama kita?""Tentu saja!" teriak Chaste, dalam hati namun mengabaikannya, ia sedang malas berdebat dengan Lust."Sudah kubilang aku tidak akan meminta maaf, karena aku tidak menyesalinya," ucapnya saat dia sudah mengendarai mobil. Chaste heran dari mana dia dapat mobil ini?"Jangan terlalu memikirkan kekayaanku, kau bisa menghabisinya jika kau ingin," katanya, Chaste mengabaikan Lust lalu menatap ke depan. Lust sesekali mengelus kepala Chaste seolah tindakannya mengatakan 'aku di sini bersama
"Aku tidak akan menasehatimu lagi, Env. Lakukan apa yang menurutmu benar. Tapi ... Ingat rasa sakit itu tak tampak," jelas Greed. Envy menatap Greed lama lalu menghela napas perlahan."Ini!" Greed memberikan undangan pernikahan pada Envy. Envy menaikkan sebelah alisnya."Aku akan menikah. Tentu saja. Memangnya aku akan hidup sendiri terus. Dan tentu saja dia Charity," jelas Greed langsung. Envy terkekeh pelan."Setahuku di sini hanya Lust yang penyuka di bawah umur. Tapi kenapa bisa kau ikut? Bahkan kau baru dan sudah akan menikah? Tidak memikirkan pendapat orang lain dulu?""Aku bukan penyuka di bawah umur. Aku hanya tertarik pada Charity. Camkan itu! Lagi pula, kau juga 'masih' penyuka di bawah umur!""Dan kurasa Pride akan membaik. Humility akan merubahnya," ucap Greed seketika ingat mengenai Humility."Lihat saja Greed. Kurasa Si Sialan itu akan terus mengirimiku gambar mayat dengan dirinya yang berlumuran darah."