Greed mematikan sambungan telepon dan langsung menarik Charity keluar dengan paksa, sementara pengunjung dan para pekerja yang mendengar apa yang diucapkan Greed segera menghambur keluar.
"Lepas atau kau akan kubuat menyesal," Charity berucap dingin ketika Greed masih saja menggiring tangannya paksa.Greed menggubris dan terus menarik Charity hingga hampir sampai dimana mobil yang diparkirkan, Charity menarik paksa tangannya yang ditarik Greed dan Charity hendak melayangkan tinju ke wajah Greed namun dengan mudah menangkap gumpalan tangan itu. Sekarang Greed malah mendorong tubuh Charity pada mobilnya menatapnya dingin."Kau mungkin kuat, tapi aku jauh lebih kuat!" ujar Greed. "Jadi Charity ... lihatlah dengan siapa kau berhadapan, siapapun yang menyentuh milikku akan kubuat hancur," Greed mengancam, sorot matanya menunjukkan keseriusan,"Sudah kukatakan. Aku bukan milikmu," ucap Charity datar, mendorong Greed yang diam terkesiap dengan kuat, hingga ia terbebas dan berjalan meninggalkan Greed.Cukup lama Greed terdiam, matanya menatap punggung Charity yang semakin lama semakin menghilang di penglihatannya."Awalnya aku juga bukan milikmu. Aku tidak pernah semarah ini jika seseorang menyentuh apa yang harus menjadi milikku, dan kau Charity ... kau pengecualian dari semua itu. Dan sialnya lagi harga diriku kau injak-injak," batin Greed dan pergi meninggalkan lokasi, Greed menghela nafas berulang kali dan kembali ke rumahnya. Beberapa hari lagi dia akan pergi ke sekolah sialan itu.***Greed bangun dari tidurnya dan segera mandi, hari ini dia akan ke sekolah sialan itu. Memikirkannya saja membuat Greed muak. Tak perlu waktu lama Greed sudah selesai mandi dan bersiap siap. Greed menggunakan kemeja hitam yang memperlihatkan sedikit bentuk tubuhnya dan juga menggunakan jeans agak longgar. Tanpa sarapan pagi, Greed langsung pergi menuju kesialannya—sekolah—Kurang lebih 1 jam, Greed baru sampai ke Ardour High School, dan segera memarkirkan mobil mewahnya di parkiran yang sudah dikhususkan untuk guru, sekarang sudah pukul 9 Pagi dan wajar jika sekolah ini sudah ramai, Greed keluar dari mobil menuju ruangannya. Ia tak perlu meminta izin atau memberitahu guru disini, toh semua orang disini telah mengenalnya.Perjalanan menuju ruangan Greed melewati koridor dan tak sengaja Greed melihat siswa yang ... sedang bermesraan."Baiklah Dad, ini sekolah yang kau bilang memiliki anak baik." batin Greed dan melewati sepasang kekasih itu, namun wangi yang dikeluarkan wanita itu tidak asing. Wangi tubuh,"Sialan kau, Charity!" Greed memaki dan segera menarik kerah belakang wanita tersebut hingga mereka menghentikan kecupan dalam mereka, ia menggerutu."Sialan kau!" makinya, dilihatnya Greed yang meringis dan mendengus."Sial, aku pikir dia Charity," ucap Greed dalam hati.Greed berdehem. "Datang ke ruangan saya, ini masih jam pelajaran dan kalian malah berciuman di koridor. Memalukan," ucap Greed datar, sejujurnya dia tidak peduli mereka ingin melakukan apapun, hanya saja Greed ingin kelihatan berwibawa saat dia salah mengenali orang."Memangnya Anda siapa?" tanya wanita yang ternyata bukan Charity."Saya Guru Konseling yang baru." Greed pergi meninggalkan mereka yang pucat pasi."Pak ... anu ... sa—saya bisa jelaskan tentang kejadian tadi!" Sang Wanita mencoba menjelaskan, namun digubris Greed."Ah, tidak ... tidak. Jngan ke ruanganku. Kalian masuk saja dan siap-siap menerima surat keluar atau pemindahan sekolah!""Pak! Anda tidak bis—""Saya bisa, bahkan saya bisa membakar sekolah ini. Perkenalkan saya Greed Ardour," ucap Greed dengan senyum setannya.Wanita itu berusaha menelan salivanya. Dia terbata, "Say—""Silakan menuju ruangan Anda, atau ah ... silakan lanjutkan apa yang kalian lakukan. Gudang belakang sekolah bisa kalian pakai untuk bermesraan," dengan ucapan itu Greed pergi meninggalkan mereka."Hari yang menyenangkan," ucap Greed menghela nafas dan terkekeh pelan.***Charity berangkat ke sekolah pukul 10 Pagi dan mustahil satpam membukakannya gerbang, dengan segala trik Charity menaiki pagar yang tinggi dan dia lolos seperti biasa, tanpa menunggu waktu lama Charity menuju kantin karena sekarang adalah jam istirahat dan tentu sebagai manusia normal, Charity juga lapar."Hey, terlambat lagi?" tanya Verice pada Charity. Charity hanya mengangguk."Kalian sudah memesan makanan?" tanya Charity."Belum, kau ingin apa?" tanya Candid."Burger dengan ukuran jumbo, dan cola dengan ukuran large.""Nah, sekarang Honor. Pergilah memesan makanan kita." Candid mengangguk dan memindahkan pandangannya pada Honor."Aku malas kalian saja!"tolak Honor."Honor, hari ini giliranmu," gumam Verice. Benar, setiap hari mereka selalu memiliki shift yang berbeda untuk melakukan sesuatu. Sekarang adalah giliran Honor, besok giliran Verice. Hanya Charity yang tidak mendapat shift itu. Entah apa maksudnya."baiklah ... baik."Akhirnya Honor memesan makanan. Mereka—Charity, Verice, Candid dan Honor—tipe murid populer yang menempati meja yang ada di tengah walaupun Charity tidak menyukainya apa boleh buat temannya tiap hari mengajaknya duduk disni."Halo Baby Hunny!" pekik seseorang pada Charity dengan girang, dia adalah tunangannya."Apa?" ucap Charity ketus."Huh, kenapa ketus begitu." Foul kesal. "Aku merindukanmu," ujarnya manja membuat 3 wanita yang ada di hadapan Charity jijik seketika."Sedangkan aku tidak sama sekali," jawab Charity."Huh sungguh? Bagaimana kalau nanti kau ke apartemenku dan membuktikan kau merindukanku atau tidak?" tawar Foul. Charity melepaskan tangan Foul yang ada di pinggangnya."Oh sungguh? Menggelikan sekali kau Foul. Sayangnya tubuhku bahkan tak pernah merindukan sentuhanmu," Charity berujar datar dan dingin. Kantin yang mendadak sepi mendengar pertengkaran sepasang tunangan itu. Pertunangan Charity dan Foul diumumkan Foul dengan heboh tak heran seluruh sekolah mengetahuinya."Chare—""Dan ah ... sahabatmu itu lebih memuaskan ketimbang dirimu." Tersenyum miring, sementara Foul menatap Charity bingung."Rotten sahabatmu, dia menemuiku kemarin dan kau tahu tubuhnya benar-benar sexy, lebih mengairahkan dari pada kau dan yap ... kalian sama-sama tidak bisa membuatku merindukan sentuhan menjijikan kalian pada tubuhku."Bukan hanya Foul yang terdiam kaku. Seisi kantin pun juga demikian, sampai akhirnya seorang wanita menarik kerah baju Charity."Sialan kau, Magnanime!" maki wanita itu menarik kerah Charity hingga berdiri."Lepaskan!" ucap Charity datar."Sialan kau mengatai adikku dengan begitu." Wanita itu marah, di hadapan Charity berdiri wanita yang merupakan kakak Foul bernama Filthy."Fil. Aku tidak mengada-ngada tentang adikmu, adikmu itu memiliki sifat jalang. Kau tahu? Dia datang ke apartemenku dan—" Charity mendekat dan membisikkan sesuatu ke telinga Filthy, "dan dia menggauliku, dia melepaskan seluruh pakaianku. Dia dengan percaya dirinya menggodaku. Adikmu benar benar seperti seorang sundal murahan," Charity berbisik datar dan akhirnya tamparan demi tamparan melayang pada wajah Charity, Filthy seperti kesetanan hingga Charity merasa pipinya bengkak dan merah."Sialan kau Fil," maki Charity dingin dan meraih kerah lehernya dan menonjok mukanya.Ia baru akan melayangkan pukulan kedua, tapi orang-orang sudah menghentikannya."Lepaskan aku," ucap Charity dingin namun sahabat Charity tetap memeganginya."Charity ... Filthy pergi ke ruangan konseling sekarang juga!" teriak seorang guru pada mereka, Charity menatap datar dan Filthy meringgis menahan sakit."Sebelumnya bawa Charity ke ruang kesehatan, wajahnya sungguh memprihatinkan dan Filthy segera menuju ruangan konseling."Greed datang, menatap seorang siswa yang di hadapannya, ada darah segar yang mengalir di sudut bibirnya."Jadi Filthy, mana orang yang berkelahi denganmu?" tanya Greed, sebenarnya Greed tidak tertarik dengan perkelahian antar siswi. Paling juga seorang pria yang tidur dari salah satu mereka atau jabatan ketua club yang tiba-tiba diberikan kepada salah satu dari mereka, selalu banyak kemungkinan."Di ruang kesehatan, dia mungkin sekarat dan akan mati," ucap Filthy datar, Greed menaikkan sebelah alisnya. Mungkin surat peringatan cukup untuknya. Greed hendak menuliskan surat peringatan pertama Filthy, namun seseorang masuk dan duduk di hadapannya. Greed yang sedang menulis tiba-tiba melihat siapa teman berkelahi yang Filthy maksud."Charity Magnanime dipanggil menghadap," Charity berujar datar, sebenarnya Charity terkejut melihat pria yang ada di hadapannya, hanya saja Charity pura-pura tak terkejut"Charity Magnanime dipanggil menghadap," Charity berujar datar, sebenarnya Charity terkejut melihat pria yang ada di hadapannya, hanya saja Charity pura-pura tak terkejut.Greed berdehem saat keterkejutan menguasai dirinya, mengembalikan sikap berwibawanya. "Filthy, kau bisa kembali nanti," ucap Greed datar namun terdengar menahan amarah, tangannya terkepal.Jika wanita itu tidak pergi dari hadapannya dipastikan ia yang akan mati di tangannya."Baik."Greed merogoh ponselnya di saku dan segera menelepon seseorang.[Siapkan aku ruangan VIP di rumah sakit, siapkan dokter segala ahli. Jika 30 menit mereka belum ada, akan aku pecat mereka!] maki Greed marah, lalu menatap Charity."Berdiri! Kau perlu dirawat," Greed memekik, menarik Charity. Namun Charity menghempaskan tangannya."Tidak—""Kau harus Charity! Bisa saja tulangmu patah, atau mungkin lambungmu bergeser!" Greed marah, atau mungkin dia mulai gila.Charity merotasik
Charity membaringkan dirinya di kasur king size kamarnya, matanya terpejam namun tak tertidur, ia memikirkan bagaimana caranya menjauh dari seorang om-om lebay yang membuat Charity ingin membunuhnya setiap kali bertemu. Charity menarik nafas lalu menghembuskannya, dalam hidupnya dia memang sering dikejar-kejar, mulai dari seumurannya, pria dewasa, bahkan yang sudah lanjut usia. Tapi, kenapa harus yang, 'lebay'? Ini adalah mimpi terburuk bagi Charity."Aku sekarang percaya karma itu ada, dan sialannya seorang pria lebay yang serakah malah mengejarku," batin Charity kesal.Dengan ogah-ogahan, ia meraih ponselnya dan menelepon seseorang. Panggilan terangkat pada dering pertama.[Pa, aku harus pindah sekolah,] ucap Charity mantap.[Kenapa?][Jika Papa masih ingin melihatku, segera pindahkan aku dari sekolah sialan itu.]Butuh 30 detik Mr. Magnanime membalas. Itupun dengan nada tidak mengerti. [Daddy butuh alasan yang bagus,][Pa kali ini—
[Akhir pekan ini Charity akan meresmikan pertunangannya.] ucapan Avarice membuat Greed tak dapat mencerna apa yang diucapkan Avarice diseberang telepon.[Jan—]Baru saat Greed hendak menanyakan hal tersebut, panggilan diputus oleh Avarice. Greed menggeram marah dan mencoba menelepon adiknya, namun ponsel Avarice tidak aktif."Sialan," kesal Greed dan menghempaskan dokumen yang ada dihadapannya, pergi keluar ruangan menuju kesiswaan. Dia perlu tahu di mana kelas Charity sekarang."Berikan aku daftar pelajaran yang diikuti oleh Charity ... Charity Magnanime," ucap Greed to the point."Tapi untuk apa Mr. Ardour?" Perempuan paruh baya tersebut bertanya."Berikan saja."Greed menunggu sekitar 5 menit untuk mencari data Charity di database sekolah lalu mencetaknya. Setelah mendapatkan yang diinginkan, Greed langsung menuju kelas Charity."Kelas fisika," Greed menggumam, sekitar 10 menit Greed baru menemukan kelas Charity, Greed masuk
"Apa yang Anda ingin bicarakan?" tanya Mr. Magnanime duduk berhadapan dengan Greed, Greed gugup setengah mati."Em ... itu ... Em ... se–sebenarnya sa–saya ... em ingin mela–mar an—""Mr. Ardour." Mr. Magnanime merasakan kegugupan Greed.Greed menarik nafas dalam, meneguhkan hatinya, "Cukup Greed.""Em. Greed apa yang ingin kau bicarakan?" tanyanya yang sudah tidak formal lagi."Mengenai anak Anda Mr. Magnanime," ucap Greed pelan namun Mr. Magnanime tetap bisa mendengarnya."Ada apa dengan putra-putriku?""AkuinginmelamaranakAnda," ucap Greed cepat."Bisa kau ulangi, Greed?" pinta Mr. Magnanime.Greed mengambil nafas dalam, mulutnya terbuka hendak mengucapkan sesuatu sampai seorang gadis keluar dari pintu sudut ruangan menghentikan ucapan yang hendak Greed bicarakan.Mr. Magnanime mengalihkan pandangannya pada sosok itu. "Charity, kapan kau ke sini?""Baru saja," jawab Charity acuh dan melipat kedua tangany
"Itu sangat membantu, aku bisa dengan cepat menyalurkan hasratku."Tapi, bukan itu yang keluar dari mulut Greed"Tidak perlu!" tolak Greed sopan, padahal ia sangat ingin berada di kamar Charity. Hanya saja, ia takut hasrat gilanya tiba-tiba naik."Halo Mr. Ardour," sapa 2 orang, yang satunya wanita dengan dress selutut yang melekat pada tubuhnya. Dan satunya bocah lelaki berjas yang menatap kagum Greed. Mereka mengambil kursi di depan dan tak lupa mereka berebutan untuk duduk berhadapan dengan Greed."Jadi ada kepentingan apa Mr. Ardo—""Cukup Greed!" pintanya pada salah satu dari mereka. Ia tidak tahu nama mereka, soalnya mereka belum memperkenalkan diri secara resmi."Ngomong-ngomong ... perkenalkan dia Honest dan satunya Prob," ucap Mr. Magnanime memperkenalkannya anak-anaknya yang saat disebut namanya. Mereka tersenyum pada Greed, Greed mengangguk tanda mengerti."Baiklah ... ada apa seorang Greed hendak ke sini? Yang aku tahu, ka
"Katakan iya!""Tidk ... hh," desau Charity"Aku butuh jawaban iya, Charity!" ucap Greed dan mencerup leher Charity, bisa Greed pastika sekarang Charity menahan desauannya."Kita butuh kamar sekarang!" ucap Greed berbisik dan menyapu daun telinga Charity."Tidak ... pul ... ah.""Jika kau bilang tidak, aku akan membuatmu mendesau dan klimaks saat ini juga, Charity."Setelah mengucapkan hal itu, Greed mengendong Charity menuju kamar, jangan heran sebelum Charity sampai. Ia telah menelusuri semua ruangan yang ada di rumah Charity. Jadi ia tahu di mana kamarnya. Setelah sampai di kamar, Greed hempaskan tubuh Charity di atas kasur dan mulai mengecupnya lebih ganas."Ah ...," desaunya, saat tangan Greed sudah memasuki kaos yang Charity kenakan."Mau bertunangan denganku, Charity?" tanya Greed."Tid ... hh.""Sudah kubilang jika kau bilang tidak, akan aku buat kau terus mendesau tanpa kepuasan," balas Greed, menyapu dar
"Bagaimana aku bisa baik-baik saja," jawab Charity kesal, saat hendak melangkah bagian bawahnya terasa perih."Istirahatlah, aku yang akan melayanimu hari ini," ucap Greed dan segera meraih tubuh Charity untuk ditidurkan di ranjang. Charity menggeram marah."Setidaknya pakai pakaianmu dulu Greed!" Sementara Greed hanya tersenyum malu-malu, meraih baju serta celananya yang berserakan di lantai."Setelah kejadian semalam, kau tidak mungkin bisa berjalan dengan baik, Baby. Kalau kuingatkan saat itu aku menusukmu tanpa pelumas, dan kita melakukannya sampai pukul 5 Pagi. Wow!" detail Greed pada Charity, sementara Charity ingin sekali melempar Greed pakai pisau."Kau meniduriku!" ralat Charity cepat.Greed mencibir, menciptakan raut pengen digampar. "Sungguh? Siapa yang meminta dimasuki lagi setelah mencapai klimaks pertama?"Dan saat itu juga Charity melempar Greed menggunakan ponsel yang kebetulan ada di samping meja lampu tidur."Lempara
Mobil Greed tak beranjak dari basement, ia benar-benar ingin meninggalkan Si Bodoh Charity selamanya. "Tidak bisakah dia hanya menghargaiku? Cih, bocah sialan yang sukses membuat duniaku jungkir balik.""Aku tidak harus menyerah untuk mendapatkan hatimu, Charity," gumam Greed.Sialnya Greed sudah mulai ketergantungan oleh tubuh Charity, tubuhnya selalu bereaksi berlebihan. Ia rasa, ia butuh seseorang untuk mendengarkan keluh kesahnya. Greed tidak mungkin menelepon Thrift, ia jamin Thrift akan sangat menyebalkan nanti. Setelah menimang ponsel, akhirnya Greed menelepon seseorang. Telepon terhubung dan detik berikutnya, Greed langsung bicara.[Pride! Apa kau masih di Amerika?][Ya!][Kau menetap?][Tidak, tapi kurasa akan lama. Aku memiliki majikan sekarang.][Kau jatuh miskin, Pride? Kau kenapa bisa menjadi babu seperti itu?][Tidak sama sekali. Aku mendapat bayaran yang setimpal.][Bayarannya apa?][Tubuhnya.]
Tentu saja ini perbuatan dari si Sialan tapi tampan Greed!"Morning Princess Zura!" sapa Charity."Sekarang Zura cuci muka terus gosok gigi ya!" suruh Charity. El segera pergi di hadapan Charity."Dan kamu juga, kamu bau banget tau gak!" ketus Charity. Greed mengecup maunya sendiri lalu mendekat merengkuh Charity dari belakang."Ini kan bau semalam, Sayang," bisik Greed membuat Charity menyikut perut Greed.Haruskan pembahasan itu diungkit dan diceritakan lagi. Walau ingin, tetapi Charity terlalu malu untuk mengungkapkannya."Greed!" panggil Charity."Hm ....""Kau harus lebih sering olahraga, perutmu tak sekeras dulu," ucap Charity membuat Greed melepaskan rengkuhannya lalu mengangkat kaosnya tinggi. Greed menekan perutnya menggunakan tangan."Masih ada kok, Chare!""No. Di sini sudah hilang," gumam Charity lalu menekan bagian tubuh Greed yang sedikit berlemak. Greed mendesau dibuatnya."Dasar otak jorok,"
"Si kembar terlihat sedang menyusu pada kakakku, aku bersyukur ia masih memiliki ASI jadi si kembar tak kekurangan apa pun," bicara Greed yang setiap membersihkan tubuh Charity menggunakan handuk basah."Kau harus iri saat melihat si kembar mereka sangat mirip denganku, apa itu karena kau sering memarahiku? Mereka hanya mewarisi bibirmu, Charity!" beritahu Greed lagi.Greed duduk di samping Charity menggenggam tangannya erat, memanggil hingga 100 kali namun Charity mengingkarinya, tak ada jawaban hanya ada suara monitor di samping Charity yang menandakan masih ada kehidupan. Beberapa keluarga nampak mengintip dari cela pintu membuat mereka mengiba, beberapa sahabat Greed bahkan tak berani sekedar menghiburnya. Greed tak banyak bicara ... dunianya seolah berhenti. Greed hanya akan tersenyum jika berhadapan dengan si kembar jika tidak Greed kembali murung."Aku membutuhkanmu, bukan hanya aku tapi kedua bayi kita," bisik Greed penuh dengan keputusasaan.
[Dan Avarice ... datanglah ke tempat kami, kami akan mengadakan pesta ... mom, dad, papa, mama akan datang, Envy juga, kakak juga dalam perjalanan ke sini. Dan oh iya kau orang terakhir yang kami beritahu. Ketiga sahabatmu sudah tahu jadi kututup teleponnya.]Klik ....Greed menatap Charity lalu mengecupnya"Aku selalu suka bibirmu, lembut dan manis," kata Greed membuat Charity sedikit malu. Mereka kembali ke aktivitas semula. Dan ingatkan Charity untuk tidak membuat Greed menangis karena demi apa pun dia seperti anak kecil.***Bulan ke dua kehamilan ...."Kau butuh sesuatu? Biar kuambilkan."Charity masih bisa memakluminya.***Bulan ke tiga ...."Dokter periksa menyeluruh, apa dia baik-baik saja? Dia baru saja terjatuh di kasur."Charity akan gila jika Greed semakin posesif ... Demi Tuhan Charity hanya terjatuh dan tubuh Charity menghempas kasur. Ck.
Saat diperiksa dokter terlihat terkejut dan segera menyuruh Greed menemuinya, entah apa yang dokter bicarakan Greed datang dengan wajah yang bersalah. Dia seperti menyalahkan dirinya atas sesuatu."Aku hamil lagi ya, Greed?" tanyanya agak bercanda namun Greed mengabaikan. Dia merengkuh Charity yang masih terbaring, dibenamkannya wajahnya pada tengkuk leher, air matanya terasa membasahi bahu Charity."Greed?""Maafkan aku," katanya. Charity semakin heran."Chare!" panggil Greed yang sudah melepaskan rengkuhannya, air mata membasahi kedua pipi Greed membuatnya tergerak untuk menghapusnya."Berjanji kau tidak akan meninggalkanku?"Charity semakin tidak paham? Apa ia terkena penyakit mematikan?"Iya.""Berjanji akan melakukan apa pun yang aku ucapkan.""Ada apa, Greed?""Kabar baiknya kita akan punya baby, kabar buruknya kita akan menghilangkannya," kata Greed. Charity mencerna
Beberapa bulan kemudian ....Charity terbangun saat seseorang tengah mengecupinya berkali-kali.Dibuka matanya perlahan dan mendapati Greed yang tersenyum lebar."Morning, Hubby!" sapanya lalu mengecup bibir si empu, Greed turun dari ranjang dan menuju kamar mandi.Charity melirik jam yang ada di samping tempat tidur dan segera bangkit menuju dapur untuk menyiapkan roti sebagai sarapannya.Hari ini hari Greed pertama bekerja karena mereka melewati 3 bulan untuk bulan madu, Greed yang menyarankannya. Selesai menyiapinya, Charity menuju kamar untuk mandi, sebelum mandi menyiapkan setelan baju yang akan Greed kenakan. Greed keluar dari kamar mandi dan Charity segera masuk."Itu pakaianmu," ucapnya menunjuk baju yang ada di atas kasur.Selesai mandi Charity mendapati Greed yang sudah memulai sarapannya, dia menatap dari atas ke bawah lalu kembali ke mata Charity."Kau ikut aku ke kantor, Chare!" tita
"Kau bisa mengetahui aku 'lain' bagaimana bisa kau mengetahuinya?""Aku hanya tahu," jawab Charity jujur. Diliriknya Humility yang seperti boneka di sampingnya, pandangan mata Humility itu seperti tak hidup, hanya 1 atau 2 persen yang ada di dalamnya, dia kurang bahagia dia seperti kehilangan seseorang yang dia percayai."Humility," panggil Charity entah kenapa."Ya?""Jika kau tidak memercayai seseorang ... percayai lah dirimu sendiri. Wajahmu terlalu bisa dibaca!" ingat Charity padanya. Sementara Greed dia malah merengkuh dari belakang dan dagunya berada di bahu Charity."Kamu terlihat peduli pada mereka," bisik Greed tidak suka."Aku tidak heran kalau kau cemburu.""Itu karena aku sangat-sangat mencintaimu," belanya. Charity merotasi bola mata malas lalu suara heboh Avarice memenuhi telinga, Avarice berlari menuju mereka dan diikuti sahabat-sahabatnya."Yo yo yo kak Lust," suara Avarice yang s
"Chare. Ini waktunya," ucap Mr. Magnanime. Charity berdiri dengan gugup menghampiri Mr. Magnanime. Membenarkan gaun putih panjangnya, rambutnya juga ia rapikan walaupun keadaannya tergerai tapi setidaknya rapi. Charity yakin mereka menyadari kegugupannya, Charity mengambil lengan Mr. Magnanime dan berjalan berdampingan. Mr. Magnanime meremas tangan menenangkan hanya membalasnya dengan senyuman.Sampai pintu gereja terbuka Charity melangkah dengan gugup, dilihat Greed berdiri dengan balutan tuxedo. Dia terlihat tampan seperti biasanya, senyum hangatnya membuat Charity bertambah gugup. Ia tidak dapat melirik siapa pun, yang ia lihat hanya Greed.Humility hanya menyembunyikan kekagetannya saat dia tahu yang menikah adalah gadis remaja, terlihat di mata Humility kalau sahabat Pride—Greed—begitu mencintai gadis yang ada di hadapannya, dalam hati Humility berandai-andai mengenai hal itu. Dalam bayangannya dia memikirkan Pride lah yang ada di sampingnya me
Sekarang Chaste dan Lust sudah berada dalam mobil untuk menuju gereja dan dari tadi Lust sibuk sendiri dengan penampilan Chaste, mulai dari rambut yang dikenakan akan bagaimana dan sebagainya. sesekali Lust akan mengecup pipi dan Chaste dengan senang hati menghapusnya dengan tangan."Sabuk pengaman itu penting, Sweety!" ingat Lust berkali-kali padahal Chaste sudah mengenakannya, dia sendiri yang belum."Kau masih marah soal ... eum malam pertama kita?""Tentu saja!" teriak Chaste, dalam hati namun mengabaikannya, ia sedang malas berdebat dengan Lust."Sudah kubilang aku tidak akan meminta maaf, karena aku tidak menyesalinya," ucapnya saat dia sudah mengendarai mobil. Chaste heran dari mana dia dapat mobil ini?"Jangan terlalu memikirkan kekayaanku, kau bisa menghabisinya jika kau ingin," katanya, Chaste mengabaikan Lust lalu menatap ke depan. Lust sesekali mengelus kepala Chaste seolah tindakannya mengatakan 'aku di sini bersama
"Aku tidak akan menasehatimu lagi, Env. Lakukan apa yang menurutmu benar. Tapi ... Ingat rasa sakit itu tak tampak," jelas Greed. Envy menatap Greed lama lalu menghela napas perlahan."Ini!" Greed memberikan undangan pernikahan pada Envy. Envy menaikkan sebelah alisnya."Aku akan menikah. Tentu saja. Memangnya aku akan hidup sendiri terus. Dan tentu saja dia Charity," jelas Greed langsung. Envy terkekeh pelan."Setahuku di sini hanya Lust yang penyuka di bawah umur. Tapi kenapa bisa kau ikut? Bahkan kau baru dan sudah akan menikah? Tidak memikirkan pendapat orang lain dulu?""Aku bukan penyuka di bawah umur. Aku hanya tertarik pada Charity. Camkan itu! Lagi pula, kau juga 'masih' penyuka di bawah umur!""Dan kurasa Pride akan membaik. Humility akan merubahnya," ucap Greed seketika ingat mengenai Humility."Lihat saja Greed. Kurasa Si Sialan itu akan terus mengirimiku gambar mayat dengan dirinya yang berlumuran darah."