Part 38 (Dia, Lah?)****Tak berselang lama taksi yang kupesan datang. Bergegas aku masuk, dan duduk di jok belakang. Tanganku bergerak menyeka buliran bening yang membasahi pipi. Aku tidak menyangka, kalau Ayahku lah penyebab kecelakaan Atarik 5 tahun yang lalu. Pantas saat itu Ayah menemuiku, dan mengatakan, jika aku tidak akan pernah bertemu dengan Atarik lagi. Bodoh, harusnya aku peka! Harusnya aku mencari tahu keberadaan Atarik. Bukannya malah diam, dan berlabuh pada hati yang salah. Dan ini lah yang kudapatkan. Aku dibuat menyesal akibat ulah ayahku sendiri. Lucu bukan?"Bu Nana ya?" tanya sopir sembari menatapku. Aku mengangguk pelan, jantungku masih berdegup kencang. Sesak ini kian mendera dada. Apa salahku? Kenapa tidak ada yang mau menjelaskan di mana letak kesalahanku. Kenapa mereka membenciku Tuhan? Kenapa?"Sudah siap Bu?""Sudah, Pak," jawabku lagi. Perlahan-lahan taksi yang kutumpangi mulai berjalan meninggalkan parkiran kantor, aku pergi tanpa seizin Zeen. Tidak bisa
Part 38 (Dia, Lah?)***Apa ini ada hubungannya dengan kecelakaan Atarik. "Beri saya waktu tuan!" ucap Pria itu. Ayah beranjak dari kursi, buru-buru kukeluarkan ponselku. Segera aku meluncur ke kamera, dan mencoba mengambil video percakapan mereka. Jangan tanya bagaimana jantungku? Meski takut ketahuan. Aku tidak akan mundur. Terlebih ini menyangkut Atarik. "Saya tidak suka dibantah! Pria yang kau sabotase mobilnya sekarang sedang memburumu! Kau tak mau kan membusuk di penjara!"Aku terlonjak, pupil mataku membesar.Jadi dia orang yang mesabotase mobil Atarik. "Bukan kah kasus itu sudah berakhir Tuan!""Apanya yang berakhir, pria itu masih hidup! Jangan banyak tanya, tinggalkan saja rumah ini. Pergi jauh dari sini!"Rona padam terlihat jelas di wajah Ayah. Napasku tak terasa tersengal-sengal. Buru-buru aku menundukkan kepala saat anak buah ayah melempar tatapan ke arah jendela. "Kita harus pergi ke mana Tuan!""C'k! Itu urusanmu, yang saya mau. Kamu tinggalkan kota ini! Atau tid
Part 39 (Menginterogasi!)****"Siapa itu?" teriak Ayah, suaranya membuatku terperangah. Detik itu juga aku kelabakan. "Van, buruan kamu periksa!" titah Ayah pada anak buahnya. Gawat, bagaimana ini? Aku panik bukan main, berulangkali aku celingukan, tidak ada tempat persembunyian yang aman. Tiba-tiba saja ada yang membekap mulutku dari belakang. Belum usai keterjutanku. Kini aku di seret mundur. Dan bersembunyi di balik pohon mangga."Hmmpp."Aku melawan dengan mencoba melepaskan tangan itu dari mulutku, namun upayaku gagal, kucoba menoleh. Aksiku berhenti saat seorang pria tiba-tiba saja muncul, ia berdiri di samping rumah. Persis seperti posisiku tadi saat menguping. "Tidak ada siapa-siapa, apa mungkin tadi suara kucing." Pikir pria itu, ia menatap sekeliling sembari garuk-garuk kepala. Matanya menelisik sekitar, sepi. "Siapa Van?" Refleks Van menoleh, ia menatap Ayah yang berdiri di belakangnya. "Tidak ada siapa-siapa, Tuan,""Apa mungkin ada yang membuntuti kita?""Tidak mun
Part 40 (Harga Dari Sebuah Kejujuran!)****"Baiklah kalau Anda tidak mau jujur. Saya akan hubungi polisi, dan meminta mereka datang ke sini," ancam Zeen.Mereka berdua tak hanya tegang, melainkan juga ketakutan. Bisa kutangkap beberapa kali wanita di sebelah pria itu meneguk Saliva getir. Tangan kanannya tampak gemetar. Dan parahnya, bocah kecil yang tidak tahu apa-apa itu ikut merasakannya. Ada rasa iba yang diam-diam menyusup, aku seperti melihat diriku saat kecil dulu. Betapa aku sangat takut kala Ibu mendekatiku. Terlalu banyak kenangan buruk yang terekam di kepala ini. Setiap sudut, setiap inci hal yang kualami membekas dalam ingatan. Aku selalu dihantui masa lalu, padahal aku sudah berdamai dengan takdir."Mas, tolong, jangan bawa-bawa polisi. Lebih baik kalian pergi dari sini!""Saya tidak akan mundur, sebelum saya mendapatkan jawaban. Pilihan ada di tangan kalian, berkata jujur atau hancur!" ucap Zeen tenang, meski begitu nada bicaranya terdengar tegas dan jelas. Ini masala
Part 41 (Kegilaan Idro!)****POV IdroSepulangnya dari rumah Aji, aku duduk termenung menghadap jendela, dan mulai bergelut dengan pikiranku sendiri.Aku sudah mengirim seseorang untuk memata-matai Atarik. Pria itu tidak sebod*h yang kukira. Ia bertindak dua langkah di depanku. Hal yang tak pernah kuduga kini ada di depan mata, saat Atarik mulai mengungkap kembali kasus kecelakaan yang terjadi padanya. Bahaya, kalau sampai bukti yang ia punya ia serahkan ke polisi. Aku bisa masuk penjara, dan mungkin akan jadi buronan. Aku meminta Van untuk melacak keberadaannya. Van sendiri adalah kaki kananku, semua masalah yang kuhadapi ini tak akan selesai tanpa bantuannya. Ia menyimpan semua rahasiaku. 5 tahun yang lalu, aku mencoba membunuh Atarik. Ia sahabat putriku. Sudah bertahun-tahun aku mencampakkan anak itu. Dan kini, Nana mulai menemukan kebahagiaannya. Ia mendapatkan kasih sayang penuh dari keluarga Atarik. Itu membuatku cemburu. Pertanyaannya. Apa aku ikut bahagia melihat putriku b
Part 42 (Rencanamu Sudah Tercium!)****POV Zeen. "Informasi apa yang kau dapatkan?" Aku bertemu Haris di kafe yang tak jauh dari apartemen. Katanya, ada hal penting yang ingin ia bahas. "Kita tunggu dulu Ex," jawabnya. "Masih lama dia?" tanyaku sambil menyalakan ponsel Nana. "Sebentar lagi dia sampai,""Memangnya kabar apa yang ingin kau sampaikan? Kenapa harus menunggu Ex?"Usai memeriksa ponsel Nana, kumasukkan kembali benda pipih itu ke dalam saku celana, lalu beralih pada ponsel milikku. Tidak ada pesan yang mencurigakan. Nana menepati janjinya tidak akan lagi berhubungan dengan Reza. Lagi pula aku sudah membelikannya ponsel baru. Hanya ada kontakku dan Mama. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan terjadi."Ini penting Bung,""Kau ini hobi sekali membuatku penasaran.""Sabar Bung, kita tunggu Ex, aku sudah pesankan kopi untukmu.""Jangan lama-lama," ucapku lagi. Aroma khas kopi langsung menyeruak ke rongga hidung. Dengan asap yang masih mengepul aku menyeruputnya
Part 43 (Berjalan Mulus!)****[Jangan minum kopi itu kalau kamu tidak mau berakhir dengan sampah.] Kukirim pesan itu pada Haris, mewanti-wanti agar dia tidak meminum kopi yang dipesankan Salma. Aku menyuruhnya untuk mengelabuhi perempuan tersebut. Berharap, semesta berpihak pada rencanaku. Alih-alih akan curiga, Salma justru bersikap manja, dan sesekali mencoba menggoda Haris dengan tatapan genitnya. Pasti Salma berpikir pria yang ada di depannya itu adalah Zeen Atarik. Bermodal Cctv yang ada di kafe ini aku memantau Haris dan Salma. Ex, dan Pak Sam berjaga di hotel BMI. Mereka belum memberiku kabar mengenai Idro. Pasti Idro akan datang lebih dulu ke sana. Lagi pula hotel itu sudah dikepung polisi. Idro tidak akan bisa kabur setelah terjebak di sana. Banyak hal yang Salma bicarakan, perempuan itu mencoba mencairkan suasana. Sesekali Haris menanggapinya dengan anggukan kepala. Pria itu tidak berani melepas masker.Dari tatapannya, bisa kulihat Haris sudah muak dengan sandiwara Sal
Part 44 (Penyesalan Ini Terlambat!)****POV Reza. Dahiku membentuk sebuah kerutan. Ini sudah keenam kalinya aku mencoba menghubungi Salma. Namun, selalu berada di luar jangkauan. Aku khawatir terjadi sesuatu padanya. Kucoba lagi telepon Salma, siapa tahu kali ini terhubung. "Nomor yang ada tuju sedang berada di luar jangkauan. Silakan hubungi beberapa saat lagi." Lagi-lagi suara operator yang kudengar. Sejak kemarin sore sampai pagi ini tidak ada tanda-tanda Salma akan pulang, minimal, memberiku kabar. Aku mendesah panjang, meratapi nasibku yang malang. Entah sampai kapan aku bisa mempertahankan rumah tanggaku ini. Cinta yang dulu menggebu, kini nyatanya telah luntur. Tak lagi kurasakan getaran itu setiap kali berada di dekatnya. Semuanya terasa hampar.Apa yang terjadi padaku, apa aku telah menyesal? Sejenak kupejamkan mata, detik berikutnya bayang-bayang Nana sudah menari di benak ini. Aku telah terjebak dalam rasa bersalah, hingga yang kurasakan hanya kepedihan yang bagai para