Part 45 (Sah!)****Pov Zeen"Kupikir tadi kamu bakalan rujuk sama Reza." Mendengar ucapanku, Nana seketika menoleh. Kami berjalan meninggalkan butik usai selesai fitting baju pengantin. Tak dapat kupungkiri, kejadian beberapa jam yang lalu sungguh mengusik benak ini. Ada keraguan yang coba kutepis jauh-jauh kala ingatan itu terus menghantuiku."Kamu cemburu? Atau—" Nana mengantungkan ucapannya kala mendapatiku mencibik tidak suka. "Aku tidak cemburu," potongku cepat. Dari samping kulihat ia tersenyum tipis, sangat tipis, aku hanya takut patah hati lagi dan tidak tahu caranya bangkit."Zeen."Aku berhenti, dengan pelan Nana memutar tubuhku. Sentuhannya pada lenganku berhasil membuat jantung ini berdetak lambat. "Kau mencintaiku?" Kesekian kalinya pertanyaan itu terlontar dari mulutku. Nana dan Reza sudah berumah tangga selama hampir tiga tahun. Banyak hal yang mereka lalui berdua. Tidak mudah bagi Nana melupakannya, dan kini ia membuka hatinya untukku. Untuk pria yang ia temui di m
Part 46 (Hancur Sampai Ke Tulang!)****POV Reza.Para tamu undangan tampak antusias mencicipi hidangan yang sudah disediakan. Berbeda denganku, sedikitpun aku tidak bisa melepaskan tatapan mataku dari Nana, perempuan berparas cantik itu kini telah resmi menjadi istri Abangku. Tampak keduanya terlihat bahagia. Senyum mengembang terus terpancar di wajah mereka. Hidupku terasa berhenti berputar, langit dan bumi serasa menimpa kepalaku. Rasa penyesalan yang kurasakan ini tak kunjung surut. Yang ada, semakin hari semakin menjadi-jadi. Berkembang menjadi parasit yang menyiksaku dalam kerinduan yang tak terobati.Kukira dengan belajar mencintai Salma. Aku akan dengan mudah melupakan Nana. Tapi itu dusta, kenyataannya aku terlambat menyadari kesalahanku. Saat semuanya sudah berakhir, aku justru baru sadar. Betapa berharganya Nana dalam hidupku. Apa yang kurasakan ini, adalah akibat dari perbuatanku sendiri. Tanpa aba-aba air mata jatuh membasahi pipi, tidak sanggup lagi kubendung kesedihan
Part 47 (Melebur Menjadi Satu)****POV NanaTak terasa waktu begitu cepat berlalu, matahari pun sudah bergulir ke ufuk barat, dan diganti dengan rembulan. Dinginnya udara malam terasa menusuk tulang. Zeen menggendongku ala bridal style, membawaku masuk ke dalam kamar hotel. Setelah itu, ia menendang pintu sampai tertutup. Ah, entahlah, melihat tatapan matanya aku menemukan cinta di sana. Aku memekik kaget, saat Zeen dengan tiba-tiba menghempaskan tubuh kecilku ke ranjang. Aku melototinya tidak terima. "Aku bukan barang yang bisa kau hempaskan, Zeen. Aku ini istrimu, apa tidak ada cara yang lebih halus menurunkanku," ujarku mengerucutkan bibir."Aku tidak akan mengulanginya lagi, tadi kulihat kakimu lecet."Aku mengerutkan kening. Zeen berjalan ke arah ranjang, ia menyeringai tipis membuatku beringsut mundur. Sulit sekali kutebak kepribadiannya. Ia bisa berubah dingin, dan judes dalam hitungan detik. "Kau mau apa?" tanyaku gugup. Aku menelan ludah kasar membahasi tenggorokanku y
Part 48 (Telepon Dari Papa!)****Mentari sudah menampakkan diri. Cahayanya yang berwarna keemasan itu menerobos masuk melalui celah-celah jendela kamar bernuansa putih ini. Udara yang terasa sejuk membuatku dan Zeen masih bergelut dalam selimut. Akibat perbuatannya semalam seluruh tubuhku kini terasa remuk. "Banana, ayo bangun, ini sudah pagi," bisik Zeen di telingaku. Aku melenguh pelan, kemudian memeluk lengan kekarnya. Mata ini enggan terbuka, meski sinar mentari terasa menerpa wajahku. "Sayang," panggil Zeen, ia membisikkan kata-kata bualan yang membuatku ingin mual. Aku tak pernah bosan mengatakan bahwa aku berutung memilikinya. "Aku tahu ini sudah pagi, tapi aku masih mengantuk, baby."Aku mengerucutkan bibir, kemudian menarik selimut yang menutupi tubuh polosku."Mandi dulu, baru itu kembali tidur.""Malas," jawabku membuatnya mencibik. "C'k, kau ini, buruan bangun."Zeen bersandar pada ranjang, tangannya terangkat mengusap lembut rambutku. Beberapa kali ia mendaratkan ke
Part 49 (Aku Bukan Saudaramu!)****"Jangan bicara seperti itu Reza, Mama sayang sama kamu. Kamu anak Mama Nak!""Ah Basi! Apa yang keluar dari mulut kalian itu omong kosong! Apa salahku sampai kalian tega membohongiku!""Orang tua macam apa kalian ini, hah! Kalian telah menyembunyikan hal sebesar ini dariku!" Segera Zeen membuka pintu tatkala mendengar suara keributan dari dalam rumah. Kami baru tiba beberapa menit yang lalu, dan langsung dikejutkan dengan suara teriakan Mas Reza yang menggelegar. Pintu dibuka lebar, aku seketika terperangah melihat kondisi rumah yang berantakan. Serpihan kaca berserakan di mana-mana, belum lagi Mama yang tampak ketakutan. Apa yang Mas Reza lakukan pada kedua orang tuanya?"Jawab pertanyaanku, kenapa kalian berdua tega melakukan hal ini, kenapa kalian malah diam saja hah!" Suara Mas Reza melengking tinggi. Kakiku mendadak sulit digerakkan, aku terpaku di depan pintu dengan pikiran yang bercabang. Banyak pertanyaan yang tiba-tiba muncul di benakku.
Part 50 (Tragedi Menuju Karma!)****POV SalmaRasa benci yang tak pernah tumbuh, kini telah bersarang dalam hatiku. Aku sendiri tidak tahu mengapa aku begitu membenci Nana, banyak hal yang tak kusukai darinya, menurutku perempuan itu munafik. Sok baik, sok kuat. Dan satu lagi yang membuatku begitu muak padanya. Ia selalu saja dikelilingi oleh orang-orang baik yang menyayanginya. Berbeda denganku, aku acap kali dicap buruk. Apalagi dengan pekerjaanku sehari-hari sebagai kupu-kupu malam.Kala itu Om Idro datang ke rumahku, lelaki paruh baya itu menawarkan pekerjaan dengan upah yang menggeliurkan. Siapa yang tak tergoda, hanya cukup dengan menggoda suami Nana. Aku bisa mendapatkan uang miliyar. Dan uang itu sudah habis kugunakan foya-foya bersama Ibu."Salma, bagaimana, kamu sudah sewa pengacara belum buat bantu Ibu? Dari kemarin kok suruh Ibu sabar terus?" Lamunanku seketika buyar, suara Ibu membuatku kembali tersandar. Ia menghubungiku sambil marah-marah tidak jelas. "Belum, Bu,""Ap
Part 51 (Karma Untuk Salma!)****Perlahan aku membuka mata, dan mulai mengerjapkan mataku. Gelap, itulah yang pertama kali kurasakan. Tidak ada cahaya di tempat ini. Di mana aku sekarang? Kepalaku terasa sakit, perasaanku mulai tak enak, jantung ini terasa berpacu lebih cepat. Bau obat-obatan terasa begitu mendominasi Indra penciumanku. Aku mengedarkan pandangan. Hasilnya masih sama, gelap. Meski sudah kuulang berkali-kali. Tunggu ... Sepertinya ada yang tidak beres denganku.Kenapa aku tidak bisa melihat?Berbagai pertanyaan langsung muncul dibenakku. Kupejamkan mata, kemudian kembali membukanya. Dan nihil, hanya kegelapan yang dapat kurasakan. Kenapa tidak ada cahaya di tempat ini. Apa listrik sedang padam? Aku terus menelan Saliva, merasakan sesuatu yang mengganjal di tenggorokan, tidak kutemukan orang lain selain diriku. Aku sedang berbaring di mana?Aku mengingat betul kejadian sore itu, saat aku dan Mas Reza berada di dalam mobil. Hujan deras mengguyur kota. Aku mengendarai
Part 52 (Semua Ada Balasannya!)****Pov AuthorBaru berjalan beberapa langkah dari rumah, ponsel Mama Reni sudah kembali berdering, bergegas wanita itu merogoh tasnya. Melihat nama Nana terpampang di sana, senyum tipis pun terukir dari bibirnya. "Siapa Ma?" tanya Papa Erick, mereka akan pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Reza. "Nana, Pa.""Buruan Mama angkat, Papa tunggu di mobil," ujar Papa Erick. "Iya Pa."Setelah kepergian Papa Erick, Mama Reni mengusap tombol berwarna hijau tersebut, lalu mendekatkan benda pipih itu pada telinganya. "Halo Ma, ini aku Nana," sapa Nana dari seberang sana. Ia begitu mengkhawatirkan keadaan mertuanya."Halo Na," jawab Mama Reni. "Ma, bagaimana kondisi Mas Reza sekarang? Apa sudah ada perkembangan? Maksudku Mas Reza apa sudah sadar?" tanya Nana melalui sambungan telepon. Ia menghubungi mertuanya usai mendapatkan kabar dari Haris jika Reza kecelakaan. Selama berada di sana Nana maupun Zeen tidak ada yang mengaktifkan ponsel, mereka berdua menikm