Part 41 (Kegilaan Idro!)****POV IdroSepulangnya dari rumah Aji, aku duduk termenung menghadap jendela, dan mulai bergelut dengan pikiranku sendiri.Aku sudah mengirim seseorang untuk memata-matai Atarik. Pria itu tidak sebod*h yang kukira. Ia bertindak dua langkah di depanku. Hal yang tak pernah kuduga kini ada di depan mata, saat Atarik mulai mengungkap kembali kasus kecelakaan yang terjadi padanya. Bahaya, kalau sampai bukti yang ia punya ia serahkan ke polisi. Aku bisa masuk penjara, dan mungkin akan jadi buronan. Aku meminta Van untuk melacak keberadaannya. Van sendiri adalah kaki kananku, semua masalah yang kuhadapi ini tak akan selesai tanpa bantuannya. Ia menyimpan semua rahasiaku. 5 tahun yang lalu, aku mencoba membunuh Atarik. Ia sahabat putriku. Sudah bertahun-tahun aku mencampakkan anak itu. Dan kini, Nana mulai menemukan kebahagiaannya. Ia mendapatkan kasih sayang penuh dari keluarga Atarik. Itu membuatku cemburu. Pertanyaannya. Apa aku ikut bahagia melihat putriku b
Part 42 (Rencanamu Sudah Tercium!)****POV Zeen. "Informasi apa yang kau dapatkan?" Aku bertemu Haris di kafe yang tak jauh dari apartemen. Katanya, ada hal penting yang ingin ia bahas. "Kita tunggu dulu Ex," jawabnya. "Masih lama dia?" tanyaku sambil menyalakan ponsel Nana. "Sebentar lagi dia sampai,""Memangnya kabar apa yang ingin kau sampaikan? Kenapa harus menunggu Ex?"Usai memeriksa ponsel Nana, kumasukkan kembali benda pipih itu ke dalam saku celana, lalu beralih pada ponsel milikku. Tidak ada pesan yang mencurigakan. Nana menepati janjinya tidak akan lagi berhubungan dengan Reza. Lagi pula aku sudah membelikannya ponsel baru. Hanya ada kontakku dan Mama. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan terjadi."Ini penting Bung,""Kau ini hobi sekali membuatku penasaran.""Sabar Bung, kita tunggu Ex, aku sudah pesankan kopi untukmu.""Jangan lama-lama," ucapku lagi. Aroma khas kopi langsung menyeruak ke rongga hidung. Dengan asap yang masih mengepul aku menyeruputnya
Part 43 (Berjalan Mulus!)****[Jangan minum kopi itu kalau kamu tidak mau berakhir dengan sampah.] Kukirim pesan itu pada Haris, mewanti-wanti agar dia tidak meminum kopi yang dipesankan Salma. Aku menyuruhnya untuk mengelabuhi perempuan tersebut. Berharap, semesta berpihak pada rencanaku. Alih-alih akan curiga, Salma justru bersikap manja, dan sesekali mencoba menggoda Haris dengan tatapan genitnya. Pasti Salma berpikir pria yang ada di depannya itu adalah Zeen Atarik. Bermodal Cctv yang ada di kafe ini aku memantau Haris dan Salma. Ex, dan Pak Sam berjaga di hotel BMI. Mereka belum memberiku kabar mengenai Idro. Pasti Idro akan datang lebih dulu ke sana. Lagi pula hotel itu sudah dikepung polisi. Idro tidak akan bisa kabur setelah terjebak di sana. Banyak hal yang Salma bicarakan, perempuan itu mencoba mencairkan suasana. Sesekali Haris menanggapinya dengan anggukan kepala. Pria itu tidak berani melepas masker.Dari tatapannya, bisa kulihat Haris sudah muak dengan sandiwara Sal
Part 44 (Penyesalan Ini Terlambat!)****POV Reza. Dahiku membentuk sebuah kerutan. Ini sudah keenam kalinya aku mencoba menghubungi Salma. Namun, selalu berada di luar jangkauan. Aku khawatir terjadi sesuatu padanya. Kucoba lagi telepon Salma, siapa tahu kali ini terhubung. "Nomor yang ada tuju sedang berada di luar jangkauan. Silakan hubungi beberapa saat lagi." Lagi-lagi suara operator yang kudengar. Sejak kemarin sore sampai pagi ini tidak ada tanda-tanda Salma akan pulang, minimal, memberiku kabar. Aku mendesah panjang, meratapi nasibku yang malang. Entah sampai kapan aku bisa mempertahankan rumah tanggaku ini. Cinta yang dulu menggebu, kini nyatanya telah luntur. Tak lagi kurasakan getaran itu setiap kali berada di dekatnya. Semuanya terasa hampar.Apa yang terjadi padaku, apa aku telah menyesal? Sejenak kupejamkan mata, detik berikutnya bayang-bayang Nana sudah menari di benak ini. Aku telah terjebak dalam rasa bersalah, hingga yang kurasakan hanya kepedihan yang bagai para
Part 45 (Sah!)****Pov Zeen"Kupikir tadi kamu bakalan rujuk sama Reza." Mendengar ucapanku, Nana seketika menoleh. Kami berjalan meninggalkan butik usai selesai fitting baju pengantin. Tak dapat kupungkiri, kejadian beberapa jam yang lalu sungguh mengusik benak ini. Ada keraguan yang coba kutepis jauh-jauh kala ingatan itu terus menghantuiku."Kamu cemburu? Atau—" Nana mengantungkan ucapannya kala mendapatiku mencibik tidak suka. "Aku tidak cemburu," potongku cepat. Dari samping kulihat ia tersenyum tipis, sangat tipis, aku hanya takut patah hati lagi dan tidak tahu caranya bangkit."Zeen."Aku berhenti, dengan pelan Nana memutar tubuhku. Sentuhannya pada lenganku berhasil membuat jantung ini berdetak lambat. "Kau mencintaiku?" Kesekian kalinya pertanyaan itu terlontar dari mulutku. Nana dan Reza sudah berumah tangga selama hampir tiga tahun. Banyak hal yang mereka lalui berdua. Tidak mudah bagi Nana melupakannya, dan kini ia membuka hatinya untukku. Untuk pria yang ia temui di m
Part 46 (Hancur Sampai Ke Tulang!)****POV Reza.Para tamu undangan tampak antusias mencicipi hidangan yang sudah disediakan. Berbeda denganku, sedikitpun aku tidak bisa melepaskan tatapan mataku dari Nana, perempuan berparas cantik itu kini telah resmi menjadi istri Abangku. Tampak keduanya terlihat bahagia. Senyum mengembang terus terpancar di wajah mereka. Hidupku terasa berhenti berputar, langit dan bumi serasa menimpa kepalaku. Rasa penyesalan yang kurasakan ini tak kunjung surut. Yang ada, semakin hari semakin menjadi-jadi. Berkembang menjadi parasit yang menyiksaku dalam kerinduan yang tak terobati.Kukira dengan belajar mencintai Salma. Aku akan dengan mudah melupakan Nana. Tapi itu dusta, kenyataannya aku terlambat menyadari kesalahanku. Saat semuanya sudah berakhir, aku justru baru sadar. Betapa berharganya Nana dalam hidupku. Apa yang kurasakan ini, adalah akibat dari perbuatanku sendiri. Tanpa aba-aba air mata jatuh membasahi pipi, tidak sanggup lagi kubendung kesedihan
Part 47 (Melebur Menjadi Satu)****POV NanaTak terasa waktu begitu cepat berlalu, matahari pun sudah bergulir ke ufuk barat, dan diganti dengan rembulan. Dinginnya udara malam terasa menusuk tulang. Zeen menggendongku ala bridal style, membawaku masuk ke dalam kamar hotel. Setelah itu, ia menendang pintu sampai tertutup. Ah, entahlah, melihat tatapan matanya aku menemukan cinta di sana. Aku memekik kaget, saat Zeen dengan tiba-tiba menghempaskan tubuh kecilku ke ranjang. Aku melototinya tidak terima. "Aku bukan barang yang bisa kau hempaskan, Zeen. Aku ini istrimu, apa tidak ada cara yang lebih halus menurunkanku," ujarku mengerucutkan bibir."Aku tidak akan mengulanginya lagi, tadi kulihat kakimu lecet."Aku mengerutkan kening. Zeen berjalan ke arah ranjang, ia menyeringai tipis membuatku beringsut mundur. Sulit sekali kutebak kepribadiannya. Ia bisa berubah dingin, dan judes dalam hitungan detik. "Kau mau apa?" tanyaku gugup. Aku menelan ludah kasar membahasi tenggorokanku y
Part 48 (Telepon Dari Papa!)****Mentari sudah menampakkan diri. Cahayanya yang berwarna keemasan itu menerobos masuk melalui celah-celah jendela kamar bernuansa putih ini. Udara yang terasa sejuk membuatku dan Zeen masih bergelut dalam selimut. Akibat perbuatannya semalam seluruh tubuhku kini terasa remuk. "Banana, ayo bangun, ini sudah pagi," bisik Zeen di telingaku. Aku melenguh pelan, kemudian memeluk lengan kekarnya. Mata ini enggan terbuka, meski sinar mentari terasa menerpa wajahku. "Sayang," panggil Zeen, ia membisikkan kata-kata bualan yang membuatku ingin mual. Aku tak pernah bosan mengatakan bahwa aku berutung memilikinya. "Aku tahu ini sudah pagi, tapi aku masih mengantuk, baby."Aku mengerucutkan bibir, kemudian menarik selimut yang menutupi tubuh polosku."Mandi dulu, baru itu kembali tidur.""Malas," jawabku membuatnya mencibik. "C'k, kau ini, buruan bangun."Zeen bersandar pada ranjang, tangannya terangkat mengusap lembut rambutku. Beberapa kali ia mendaratkan ke