Share

Ternyata Levin

Author: Purwa ningsih
last update Last Updated: 2022-06-27 01:10:55

Sopir mengantarkan mereka berdua perempuan cantik berbeda usia itu ke alamat Elindra florist sudah di tangan. Toko bunga yang mengirim bunga kemarin. Mobil berbelok di parkiran toko bunga itu, mereka berdua turun dan memilih bunga. Sembari menunggu waktu luang karena pengunjung toko bunga ini sangat ramai sekali. Aroma wangi bunga-bunga ini menyambut saat Arum masuk ke dalam toko. Begitu sejuk juga bunga-bunga yang begitu fresh tentunya.

Seorang pegawai pria itu tersenyum, lalu menghampiri, ke arah Arum juga mamanya. "Pagi, Mbak. Ada yang bisa saya bantu?" Sapanya wanita cantik itu ramah.

"Iya, saya pesan bunga Lili."

"Baik, di sebelah sana, Mbak."

"Maaf, Mas. Bisakah saya bertemu dengan pemilik toko ini." Arum berusaha bicara dengan hati-hati.

"Oh, bisa. Sebentar ya, saya panggilkan."

"Baik."

Lelaki itu segera masuk ke dalam. Ke ruangan yang terlihat wanita cantik sedang sibuk menulis. Arum menunggu sambil mengamati sekeliling dengan dada berdebar-debar. Apakah Elang ataukah Damar.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Saat Istri Memilih Pergi   Bu Fatma bertindak

    Rongga dada Arum kembali terbakar. Dengan kesedihan, ia menghabiskan satu porsi bakso hangat, bahkan saat ini ia tak pernah bisa menyingkirkan bara di dalam dadanya dengan apa yang terjadi saat ini. Arum tak percaya ini, saat senyumnya lagi-lagi berputar di kepala. Tak pernah terbayang bahwa kenangan indah itu, kini menjadi hal paling menyakitkan."Kita lihat dulu, Rum. Bagaimana sikap Levin.""Arum takut, apa sehina ini Arum. Hingga beberapa kali harus tersakiti lagi.""Hus ga boleh ngomong begitu, sayang! lagian kalian belom menikah ini.""Mama yang akan turun tangan, Rum. Maaf jika Mama dan Papa memaksamu untuk menikahi, Levin. Nak. Mama pastikan akan membongkar semuanya."Arum mengangguk. Di luar hujan turun, mereka mengambil payung lalu melangkah hingga tiba di dekat mobil. Mereka masuk dan memberitahukan sopir untuk pulang ke rumah. Dari balik kaca yang ditimpa rintik hujan, Arum masih berpikir tak mengerti. Sementara Bu Fatma mengambil ponsel dari tas kecil. Dan menghububgi

    Last Updated : 2022-06-27
  • Saat Istri Memilih Pergi   Cinta tak harus memiliki

    "Kami pulang dulu ya Naura, kapan-kapan jika kangen mainlah ke rumah, Tante ya.""Emangnya boleh, Tante?""Ya boleh dong, rumah Tante terbuka untukmu sayang.""Terima kasih, Tante.""Iya sama-sama."Elang tersenyum menatap wajah ayu Arum, entah saat ini hatinya penuh dengan kebahagiaan. Setidaknya ia bersyukur bisa melihat senyum Arum lagi. Mencintai tak harus memiliki, bukan. Terkadang, Elang menertawakan dirinya sendiri atas segala kenaifannya. Kenapa ia tidak memperjuangkan cintanya pada Arum dan hanya pasrah pada keadaan yang membuatnya terjerumus dalam pernikahan yang konyol dengan Zhia. Sering kali cinta yang ia punya membuat logikanya tak dapat mencerna, saat ini hanya ada sesal yang menggumpal di dalam dadanya. Hanya bisa melihat tanpa bisa memiliki. Lelaki tampan itu menghela napas, sesekali jemarinya mengelus rambut putrinya dan menatap wajah cantik itu. Karena hanya itu yang bisa ia lakukan untuk mengurai sesak yang menyiksa dadanya."Mas," panggil Arum pelan."Eh, iya."

    Last Updated : 2022-06-27
  • Saat Istri Memilih Pergi   Terbongkar

    Bu Fatma mengangguk dan memberi tahu Elang. Sementara Arum mengambil jaket dan jilbab instannya memakai flatshoes dan tas kecil. Ia tahu jika sang Papa, mengetahui sesuatu. Mobil keluar dari rumah mewah milik pak Dibyo. Semua tegang dan di dalam mobil begitu hening. Seperti mimpi buruk bagi Arum. Ya semoga saja ini mimpi buruk, seberapa hinakah Arum disakiti seperti ini. Pantaskah dan adilkah ini bagi Arum. Entahlah ... sepertinya Levin menghilang tanpa jejak. Bu Fatma menengakan Arum, wanita paruh baya itu mengusap wajah putrinya yang keluar keringat dingin. Dalam hati Bu Fatma menjerit, tak sanggup melihat putrinya tersiksa seperti ini. Hanya penyesalan yang dirasakan sang mama. Mobil melaju cepat hingga sampai ke lokasi rumah mewah bercat abu-abu dan sekilas terlihat indah. Mereka turun dan Elang sudah di depan dengan mobilnya bersama temannya. Mereka masuk, pelan-pelan mereka berjalan, terlihat begitu sepi. Namun orang yang di sewa pak Dibyo mengirimkan sebuah vidio mereka sedan

    Last Updated : 2022-06-27
  • Saat Istri Memilih Pergi   Penjaga Hati

    "Anakku.... ""Iya, ma. Ini Angga," jawab pemuda itu mendekat. "Astaga ... ini Mas Angga, yang menolong Arum waktu itu. Pemuda itu mengangguk. " Iya, Rum. Akulah kakak kandungmu.""Maksud Papa, jadi papa yang atur semuanya?" Lelaki paruh baya itu mengangguk. "iya Papa tidak benar-benar meninggalkanmu Rum, demi keselamatanmu, Papa selalu menjagamu juga Elang dari jauh. Namun entah Levin sama Zhia. Papa kecolongan." Jelasnya pasa Arum dan istrinya. Arum hanya bisa menangis, karena Angga pernah menolongnya beberapa kali. Arum memeluk kakaknya dengan erat, tak tahu harus bersedih atau apa yang jelas ia sangat bahagia. Begitu pula sang mama menangis dan memeluk tubuh pemuda itu. "Elang, bawalah Naura ke sini untuk sementara waktu. Percayalah Naura aman disini."Sejenak Elang berpikir dan mengangguk. "Baiklah, Pak.""Lebih cepat lebih baik. Jangan sampai kau menyesal kehilangan putrimu," jelas pak Dibyo. "Baik, Pak."Elang menelepon rekan kerjanya secepat mungkin ia menyuruh Bibi juga

    Last Updated : 2022-06-28
  • Saat Istri Memilih Pergi   Luka tak berdarah

    Elang menikmati sebatang rokok yang menyala. Langit terlihat mendung, udara masih terasa dingin dan lembab karena hujan dan gerimis yang baru saja mereda. Di taman rumah Arum ia ditemani secangkir kopi hangat juga sebatang rokok ditangan. Namun rasa sesak merelungi jiwanya. Elang menghembuskan asap rokoknya ke udara. Membuat sosok yang baru saja mendekat ke arahnya terbatuk."Elang...." Elang menoleh dan mematikan rokok dan menarunya di dalam asbak. Rengga berjalan menghampiri Elang. "Eh, mas Angga," sapa Elang, buru buru bangkit dari senderan di kursi. Angga yang melihat Elang sedih, lalu ia ikut duduk di sampingnya. "Kenapa, sedih begitu?" celetuk Angga. "Iya, aku lagi tidak baik-baik saja," sahut Elang menatap Angga sekilas lalu kembali lagi menunduk. "Kuatlah demi, Naura." "Iya, kau benar, Mas."Hening, mereka terbungkam dan terdiam sejenak menikmati embusan angin selepas hujan. Menikmati dengan perasaannya juga pikiran mereka masing masing. Elang tak tahu harus berkata apa

    Last Updated : 2022-06-28
  • Saat Istri Memilih Pergi   Hitam, putih kehidupan

    Arum memijit pelipis merasakan kepalanya begitu berat saat membuka mata. Mungkin, karena ia kurang tidur. Besarnya kecewa yang kian menumpuk di hatinya, membuat Arum tak sanggup lagi bertahan dari rasa sakit yang menderanya. Jika waktu bisa diulang kembali, tentu tak ada yang perlu Arum sesali.Ingin rasanya dia menjelajah waktu dan berhenti di saat masa kecilnya bersama Elang kakaknya. Telah banyak cobaan yang Arum terima, saat ini Arum sendiri, bahkan Elang telah menghilang beberapa purnama bersama kakaknya Rengga. Mereka bekerja ke luar negeri. Wanita itu ingin menghapus kenangan buruk tentang perjalanan kisah pernikahannya. Ketika semua kisah tentang hal yang begitu menyakitkan Harusnya ia membuang semua tentang kenangan-kenangan buruk tentang masa lalunya. Mungkin benar Tuhan sedang menguji imannya melalui rasa itu. Rasa yang begitu menyakitkan hingga Arum tak mampu lagi untuk menopangnya. "Rum.... " Panggil sang Mama membuat Arum terkejut. Arum menoleh ke arah sang Mama yan

    Last Updated : 2022-06-29
  • Saat Istri Memilih Pergi   Kekalahan Levin

    Levin mengempaskan tubuh di atas ranjang kamar dan tak lama dia pun dibuai mimpi. Levin terbangun beberapa saat kemudian karena ketukan di pintu dari luar kamarnya. "Lev, sudah makan apa belum? Mama sudah siapin makan buatmu?" tanya Lastri pada anaknya. "Ya, Ma. Levin mau cuci muka dulu," sahutnya. "Cepat ya, Mama tunggu!""Iya."Wanita paruh baya itu menemani Levin makan malam. Sesaat Levin hanya memandang makanan di piring, tanpa memakannya, ia hanya mengaduk makanan dan pikirannya kosong. Lastri menatap heran Levin. Padahal biasanya anaknya itu langsung memakannya dengan sangat lahab. Wanita paruh baya itu curiga akhir-akhir ini Levin begitu murung. Merasa ada sesuatu yang janggal, wanita paruh baya itu menghela nafas lalu bertanya, "Lev, kamu kenapa? Sakit?" tanyanya cemas. Levin hanya diam lalu menggeleng."Maafkan Mama, Lev," ucapnya lirih."Maaf? Untuk apa, Ma?" "Memisahkanmu dari Arum, Mama tahu kau begitu mencintainya, bukan. Tapi ingatlah tujuan kita menghancurkan kel

    Last Updated : 2022-06-29
  • Saat Istri Memilih Pergi   Sesal tak berujung

    Arum dan Naura melangkahkan kaki menyusuri jalanan komplek perumahan bersama Naura. Angin pagi mengiringi perjalanan mereka, mereka berdua melihat beberapa ekor burung-burung berkicau hinggap di pemohonan yang mungkin saja mencari makan. Mereka melewati trotoar di sebelah kiri jalan menuju pertigaan. Suara kicau burung terdengar merdu di pepohonan rindang pinggir jalan. Angin pagi ini, membuainya. Menebarkan damai di penjuru hati.Mata Arum menyisir sekeliling, mengurutkan nomor rumah yang berukuran besar dan luas. Mungkin karena masih agak jarang penduduknya terlihat pemandangan juga begitu asri. Di ujung sana, rumah yang terletak di pinggir jalan terdapat deretan rumah yang sama, sekilas Arum menatap rumah itu sangat besar dan berlantai dua, terlihat paling bagus. Tiang-tiang yang menjulang tinggi menambah kesan kokoh rumah mewah itu. Sepertinya baru direnovasi, indah sekali. Arum dan Naura terus berjalan menuju taman komplek, Seulas senyum tersungging di bibir Naura saat melihat b

    Last Updated : 2022-06-29

Latest chapter

  • Saat Istri Memilih Pergi   Indah pada akhirnya End

    Cakrawala memancarkan warna, dan tiba-tiba matahari muncul berada diantara percakapan Erlan dan Reni. Sejenak Erlan bernafas lega melihat wajah gadis itu, lalu menunduk lagi tangannya mencekeram kuat ujung kursi roda yang ia duduki. Seolah harinya begitu ragu akan ketulusan hati Reni. "Karena wanita itu, yang bernama Kamila, kau jadi kecelakaan, Pak?"Reni mendecih, sedangkan Erlan tidak melakukan tindakan apapun. Tidak mengiyakan tidak pula menentang. Merasa ucapan Reni tepat dia mengujar lagi, pertanyaan yang diluar dugaan. "Sudah kubilang, tidak karena siapa-siapa. Kenapa kau bertanya seperti itu? Sudahlah.""Bisa-bisanya kau menghilang dariku, Pak. Terus mengapa jadi begini? Kenapa jadi lumpuh dikursi roda, Pak?"Erlan meremas rambutnya dengan kasar. Agar Reni mau menghentikan ocehannya. Ia begitu kesal oleh sikap Reni yang tidak menghargainya. "Sudahlah Ren, bukan urusanmu."Reni tersenyum jahat. "Maksudku aku akan menikah lagi. Pak"Kali ini Erlan membulatkan matanya, bahk

  • Saat Istri Memilih Pergi   menuju bahagia

    "Mas, kenapa tak memberi tahu Mbak Reni, padahal dia sudah kesini beberapa kali mencari, Mas."Erlan terdiam. Merasakan detak jantung yang meningkat cepat. Kenapa Dimas tiba-tiba bertanya itu?"Apa aku pantas untuk sekedar dicintai, bahkan untuk berjalan saja aku tak bisa, Dim."Dimas mengehela nafas berat. " Ga boleh putus asa begitu, Mas. Bukankah dokter Reyga juga memberi tahu bahwa untuk kesembuhan, Mas sangatlah besar."Erlan menatap jendela dari balik kamarnya. "Entahlah Dimas, aku merindukan Alifa."Dimas tersenyum, sejak kapan kakaknya ini berubah baik. Bahkan ia tahu jika sang kakak selama ini tak pernah peduli dengan Alifa sang keponakan. "Iya, kapan-kapan kita ke sana ya.""Tidak, Dimas. Aku tak mau membuat Kamila susah dengan hadirku."Dimas tersenyum. "Mas, pikir mbak Kamila orangnya pendendam. Satu hal, Mas. Hati Mbak Kamila itu bagaikan sutra sangat lembut, jadi kayaknya ga ada masalah kalau kita menemui Alifa. Lagian bukankah Alifa adalah masih tanggung jawab Mas Erla

  • Saat Istri Memilih Pergi   mencintaimu

    Ponsel di tangan Dimas hampir terjatuh saat melihat wanita yang tengah melintas di depannya. Dimas sambil mendorong kursi roda sang kakak Erlan. Mudah-mudahan kakaknya tak mengetahuinya. Namun, sepertinya ia tahu jika Kamila berjalan bersama seorang dokter yang tak lain adalah suaminya. Erlan terdiam, seketika ingatannya tertarik jauh ke masa lalu. Ia pikir selama sepuluh tahun adalah waktu yang cukup untuk melupakan sosok Kamila. Ternyata, Erlan salah dan salah. Ia begitu terluka saat melihat ke arah sang mantan istri yang terlihat begitu cantik. Bagaimanapun pedihnya luka yang pernah ditorehkannya dulu, tetap saja kenangan indah sebelum luka itu ada, kembali hadir. Dengan cepatnya rasa itu muncul menembus batas pertahanan yang selama ini mereka pertahankan. Namun pecah dihantam gelombang perceraian. Memakai pashmina hitam dan masih sama, wajahnya tampak lebih sangat cantik dan begitu dewasa. Berbagai pikiran berkecamuk antara ingin menegur juga tak ingin bertemu dengannya. Untung

  • Saat Istri Memilih Pergi   Bayangan semu

    "Pak, meeting sudah mau dimulai.""Baiklah, ayo."Dengan hitungan langkah Erlan menuju tempat yang telah disediakan oleh Reni. Hati Erlan terasa berkeping-keping melirik Kamila yang tak melepas genggaman suaminya, Erlan terlihat kesal tidak dapat berdusta jika hatinya belum pulih sepenuhnya melupakan Kamila.Angin senja menerbak membelai wajah Erlan,yang menerpa angin berganti dengan semburat kuning di ujung langit. Ia telah selesai meeting hari hampir magrib. Entah mengapa Erlan begitu sibuk hingga tidak sedikitpun melirik jam di pergelangan tangannya. Saat menoleh Kamila dan suaminya telah pergi dari kafe itu. Dan sudah tak terlihat lagi. Kalaupun saat ini dia berkerja keras hanya untuk memenuhi kebutuhan sang Ibu. Semenjak kejadian itu Erlan tak pernah pulang ke rumah. Tak sekalipun dia melihat ponsel sejak kejadian itu, untuk sekedar menjawab panggilan dari adiknya. Hal yang tidak pernah absen dilakukan Erlan selama ini, menuruti perintah sang Ibu. Duh, hari ini rasanya rindu d

  • Saat Istri Memilih Pergi   Penyesalan

    Brakk! Erlan membanting pintu rumah Reni. "Pak sabarlah, mungkin Ibu Pak Erlan masih bergabung. Sudahlah jangan marah-marah terus.""Aku malas selalu dipojokkan, Ren.""Iya aku tahu Pak. Sabar ya." Reni menenangkan Erlan. Erlan berjalan ke arah kamar, sedangkan Reni ke dapur membuat kopi. Terdengar suara barang jatuh cukup keras dari arah kamar, disusul suara dentingan beberapa alat yang berjatuhan, membuat Reni terkejut."Pak ...!"Reni memanggilnya, namun, tak ada jawaban, seketika kamar terasa hening membuat perasaan Reni mulai tidak enak.Khawatir terjadi sesuatu pada Erlan, Reni berjalan cepat kearah kamar, tampak tubuh Erlan yang tersungkur dilantai, dengan mata tertutup."Ya Tuhan, Pak Erlan!"Reni menghampirinya, langsung meraih kepalanya dan meletakkannya di atas pangkuan, Reni berusaha tenang ia tahu jika Erlan lagi banyak masalah. Meskipun hati sangat cemas. "Pak! Ayo ke ranjang." Panggilnya pelan.Ia hanya mengangguk. "Kau sakit, Pak?" tanya Reni lagiErlan memegang ke

  • Saat Istri Memilih Pergi   Kesalahan

    Erlan berjalan melewati jalanan yang sudah sangat ia hapal tiap kelokannya. Beberapa motor melintas mendahului mobil Erlan di sepanjang jalan ia hanya terpaku tak percaya oleh Kamila dan Alifa bersama lelaki itu yang baru sama terlihat sari pandangannya. Perasaannya yang semakin hancur tatakala menginggat semua kejadian saat pernikahaannya dengan wanita yang sangat ia sayangi yang kini sudah hancur. Entah apa yang terjadi dengannya saat ini, Erlan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan cepat. Mobil berjalan di depan rumah Kamila. Seperti dulu, saat masih kecil, Erlan mencuri waktu untuk bertemu Kamila. Dulu, Ayah Kamila sering terlihat marah karena Erlan menemuinya. Sekarang semuanya sudah berbeda, Ayah Kamila telah pergi, dan saat sang Ibu sudah memberi kebebasan, namun Erlan menghianatinya dan beliau mungkin sudah tidak berdaya. Lucunya, tak pernah sekalipun Erlan meminta maaf pada wanita yang sangat ia sayangi itu. Ah, Erlan mendengus kesal sambil membanting setir mobilnya, kadan

  • Saat Istri Memilih Pergi   Mencintaimu

    Malam semakin larut, sunyi sepi setelah anak-anak tertidur, Kamila langsung menuju kamar. Reyga sudah menunggu di dalam kamar."Sayang, sudah tidur jangan kecapekan," pinta Reyga pada Kamila untuk beristirahat."Iya Mas, aku baru saja nemenin anak-anak tidur," jawabnya ikut duduk di samping sang suami. "Oh, Mama sudah tidur?""Sudah, Mas." "Sayang terima kasih ya sudah mau menjadi ibu untuk anak-anakku," ucapnya pada Kamila. Kamila saat ini berada pada dada bidang Reyga. Ia menikmati wangi tubuh sang suami, entah akhir-akhir ini Kamila lebih suka berada di bawah ketiak sang suami. Kamila menarik tangan Reyga lalu meletakkan telapak tangan di atas perutnya."Mama sepertinya betah disini, sayang." Kamila mengangkat kepalanya, lalu menumpu dagunya di bahu sang suami. Reyga mengusap pelan perut yang mulai membuncit. Menikmati keanehan yang terasa di dalam perut Kamila saat tangan Reyga berada di sana."Alhamdulillah, itu yang Kamila harapkan, Mas."Reyga mengangguk. "Mungkin, ini aka

  • Saat Istri Memilih Pergi   Arum melahirkan

    Angga berteriak, Elang dan Bu Fatma panik. Elangengbil akih Arum dan menggendongnya ke dalam mobil sedangkan Angga berlari menyetir mobil. Dan mobil meninggalkan rumah milik. arum Dan Elang."Ya Allah, Arum! bangun, Nak! jangan tidur buka matamu, Rum!" Bu Ftama begitu cemas. Elang menepuk-nepuk pelan pipi istrinya. "Mama Arum, ga apa-apa kan, Bu?" tanya Elang.Bu Fatma tak sanggup menjawab, hanya mampu memeluk kepala putrinya itu dengan erat. "Arum, kenapa, Elang?" tanya Angga dari depan."Tadi juga ga papa kok, Mas Angga," jawab Elang ketakutan dengan suara bergetar."Ya Allah ... sabar dikit lagi kita sampai. Bismillah ... mudahkan ya Allah ...." Angga terus memacu mobilnya menembus jalanan kota yang ramai. Motor-motor didepan masih terus merangsek membelah jalanan yang dipenuhi kendaraan yang padat. Lalu lintas ibu kota yang tau sendirilah padatnya seperti apa.Bu Fatma terus berdzikir benar-benar berada dalam titik pasrah kepada Allah. Pengharapan tertinggi saat ini hanya mem

  • Saat Istri Memilih Pergi   Berlibur

    "Bangun, Mila. Sudah aku masakan air hangat untukmu."Kamila masih menggeliat dan mengucek matanya yang masih terpejam. "Harusnya ga usah repot masakin air segala, Rey," tukas Kamila. "Ya sekali-kali ga papa kan, kan selama ini kamu yang mengurusku. Apa mau aku gendong?"Pagi buta Kamila mendengar gombalan romantis dari suaminya, tiba-tiba bibir Kamila tersenyum kecut mendengarnya."Ayo sudah keburu dingin air hangatnya.""Iya... iya." Gerutu Kamila malas. Kamila menghela nafas pelan. Sekali lagi tersenyum dan melangkah keluar kamar mandi dan bersiap menjadi makmum untuk menjalankan salat Subuh berjamaaah dengan suaminya. Di akhiri dengan doa sebagai penutup, Kamila melipat mukena dan kembali menaruhnya di atas nakas. Ia berjalan ke dekat jendela dan menyibak gorden kamarnya. Saat buka pintu jendela suasana masih gelap. Di langit timur nampak semburat warna jingga menebar dari balik bukit nan jauh di sana. Membuat Kamila tersenyum lalu menatap suaminya yang masih bertilawah. "Kami

DMCA.com Protection Status