Part 14b
"Kenapa kita ke sini, Mas? Ini dimana?" tanya Damay, heran."Kau akan tahu sebentar lagi," jawab Saga sambil tersenyum misterius.Ketika mereka masuk ke dalam, anak-anak jalanan itu menyambut mereka dengan hangat. Menyanyikan sebuah lagu. Dan dda sebuah kalimat yang dituliskan di sebuah kertas panjang yang dipegang oleh beberapa anak.*Selamat datang matahari kami, terima kasih sudah menyinari kami*"Selamat datang Kak Saga!" Mereka tersenyum cerah dan berteriak riuh. Saga tersenyum lebar melihatnya."Apa yang sedang terjadi, Mas?" tanya Damay, matanya berbinar-binar."Kau ingat, bukan? Aku ingin memperkenalkanmu pada keluarga. Mereka lah keluargaku, Damay. Anak-anak yang kurang beruntung ini, sudah mewarnai hari-hariku sejak dulu. Maaf mungkin ini di luar ekspektasimu. Tapi beginilah hidupku."Damay menoleh menatap anak-anak yang ekspresinya terlihat antusias. 'Jadi Mas Saga tinggal di sini? Tinggal bPart 15a"Ayo kita pulang, atau mau nginep di sini?" tanya Saga. Saat itu, waktu menujukkan pukul 21.00 WIB."Iya, kita pulang saja, Mas, takut bapak khawatir.""Harusnya sih gak khawatir ya, kan pergi sama suami sendiri," sahut Saga dengan nada meledek.Damay hanya bisa mengulum senyum. Saga mampu mencairkan suasana, meski kesan pertama waktu melihatnya ia terlihat begitu menyeramkan.Setelah berpamitan dengan semuanya, mereka pergi melesat dengan motornya. Di tengah perjalanan, Saga menghentikan motornya di depan minimarket. "Kenapa berhenti, Mas?""Ayo kita belanja!""Belanja?""Iya, ambil apapun yang kamu suka ya!""Serius?""Dua rius malah!""Yeee ....!"Saga langsung menggandeng tangan Damay dan membawanya masuk ke dalam minimarket yang buka sampai jam 10 malam."Ayo, kenapa ragu-ragu? Ambillah apapun yang kamu suka!"Mau tak mau akhirnya Dama
Part 15b Ibu terdiam kali ini tak banyak ocehan yang keluar dari mulutnya. Ternyata ada Saga yang memperhatikan mereka. Melihat hal itu, ibu melenggang pergi meninggalkan anak dan menantunya. "Mas mau aku buatkan teh atau kopi?" "Hmmm tidak usah, May. Bukankah kita mau sarapan bersama? Kamu sudah memasaknya bukan? Aku menghirup aroma lezat di sini." Damay mengangguk lalu membawa masakannya ke meja makan. Dan mulai menikmati sarapan bersama keluarga. Namun sayangnya, pagi itu Mega tampak berbeda, ia langsung pergi kerja begitu saja tanpa sarapan dan tanpa ocehan julidnya. "Mega, kamu tidak sarapan dulu, Nak?" tanya ibu yang hanya dijawab lambaian tangannya. *** Sore yang cerah usai pulang dari kantor. Mega langsung berlari ke arah mobil yang hendak pergi dari area parkir. Brak brak brak, gadis itu menggedor kaca jendela mobil membuat sang empunya be
Part 16a"Apa? Kok cuma segini? Uang 7 juta cukup untuk apa? Biaya hajatan aja nyampe puluhan juta! Astaga, pelit sekali calonmu itu, Mega!" Ibu shock, seakan tak percaya kalau calon menantu yang dibangga-banggakan justru tak sesuai ekspektasinya.Mega terdiam. Ia juga tak menyangka, Guntur hanya memberikan uang 7 juta saja. Dia memang bilang keuangannya sedang menipis, tapi seenggaknya bisa diusahakan bukan?"Bu, kata Mas Gun keuangannya sedang menipis, kemarin orang tuanya habis kena tipu jadi mereka habis kehilangan banyak uang," kilah Mega berbohong. "Halah itu paling akal-akalan mereka saja yang gak mau ngasih uang banyak! Kalau dia beneran cinta ama kamu, dia pasti akan mengusahakan yang terbaik! Bagaimana mungkin dia menghargai kamu hanya dengan jumlah sekecil ini?!" Bu Siti hampir berteriak. Mega yang duduk di sampingnya, terlihat bingung."Bu, sudah, Bu. Mungkin Nak Gun memang sedang tidak ada uang, sudah terima saja,
Part 16b Kali ini Mega bersimpuh di hadapan bapak tirinya. "Pak ...." "Tapi semuanya sudah terjadi, maka kamu harus menghadapinya. Bapak akan bantu bujuk ibu. Dan bapak mohon kamu jangan lakukan kesalahan yang lain ya!" "Iya, Pak," sahut Mega sambil terisak. *** Sementara itu di belakang, Damay dan Saga masih berbincang santai. "Ternyata kita memang punya kesamaan ya, sudah kehilangan ibu sejak kecil. Jadi aku tahu gimana rasanya saat sedih gak ada yang menghibur, saat down gak ada yang menyemangati," ucap Saga seraya tersenyum getir. "Tapi sekarang aku sudah mulai berdamai dengan keadaan. Kau juga kan?" Damay mengangguk. "Kita hanya bisa berharap agar hari-hari yang dijalani dipenuhi kebahagiaan dan keberkahan hidup. Oh iya, Damay, kapan kau libur kerja? Hari minggu?" "Tidak, Mas. Kalau hari minggu justru banyak pelanggan yang datang
Part 17a"Kamu butuh uang berapa? Aku akan memberikannya untukmu. 10 juta? 50 juta atau 100 juta?""Aku tidak tahu apa maksud Tante mengatakan hal itu.""Tidak usah pura-pura bodoh, Damay. Katakan saja berapa maumu, akan kupenuhi semua. Tapi tinggalkanlah Saga, berpisahlah dengannya!" ujar Nova tanpa basa-basiDeg! Jantung Damay berdebar lebih kencang. Bisa-bisanya wanita asing yang tiba-tiba datang, tiba-tiba juga menyuruhnya berpisah dengan sang suami. "Apa alasannya? Kenapa aku harus meninggalkan Mas Saga, kami--""Sudah sangat jelas bukan? Kau tidak cocok dengannya. Keluarga kita sangat berbeda. Saga dilahirkan dari keluarga kaya dan terhormat." Nova memotong ucapan Damay. Hati Damay terasa begitu perih mendengar hinaan wanita cantik itu. Begitu hinakah dirinya karena miskin tak punya harta?"Lalu, hanya karena keluarga kita berbeda, Tante bisa seenaknya ngomong begini?" sahut Damay dengan mata berkaca-kac
Part 17bDamay mencoba tersenyum. "Tidak, bukan apa-apa, Mas. Tadi hanya masalah kecil saja.""Benar kamu tidak apa-apa?""Iya, Mas.""Baiklah kalau kamu tidak mau cerita. Basuh wajahmu ya, Damay. Tetap tenang dan terus semangat ya!"Damay mengangguk sambil tersenyum kecil. "Terima kasih, Mas."***Nova duduk di belakang kemudi, matanya menatap lurus ke depan tetapi pikirannya melayang jauh dari jalanan yang ia lewati. Mobil Honda BRV warna hitam yang ia kendarai melaju pelan di sepanjang jalan raya yang sepi. Langit siang yang begitu panas menyengat membuat suasana hatinya makin gundah."Jauh-jauh datang dari kota agar masalah ini cepat selesai tapi gadis itu sombong dan belagu sekali! Cih! Kupikir masalah akan selesai dalam sekali rencana ini saja, tapi ternyata jauh lebih sulit dari dugaan!"Ya, pertemuan yang awalnya diharapkan Nova akan berjalan lancar tanpa hambatan, tapi ternyata berubah menjadi
Part 18a Mata Damay tampak berkaca-kaca. Ia merasa terharu dengan ucapan sang suami. Spontanitas, wanita itu langsung memeluk Saga. "Terima kasih, Mas, sudah meyakinkanku. Aku akan percaya padamu." Jantung Saga berdebar kencang saat tiba-tiba Damay memeluknya. Ia terdiam sejenak, seolah detik jarum jam berhenti. Tapi sesaat kemudian, dia tersenyum kecil dan mengusap punggung istrinya dengan lembut. Ia pun mencium puncak kepala Damay dengan hangat. Sejak mengenal Damay, ia merasa berbeda. Lebih tenang bila ada sang istri di dekatnya. "Kau sudah lebih baik sekarang?" tanya Saga. Damay mengangguk pelan. "Ayo ikut!" "Kemana?" "Ayo ikut saja!" Lelaki itu mengajak Damay berkeliling, menyusuri tiap sudut rumah itu. "Rumahnya bersih dan rapi ya, Mas," puji Damay saat melihat ke bagian belakang rumah, menatap taman mini yang dihiasi tanaman
Part 18b "Emmh, maksudku, istirahat di sini dulu, pulangnya nanti. Tadi aku dah suruh Pak Tom beli makan malam." "Oh, iya, Mas." Damay duduk di sofa ruang tamu. Sebenarnya ada perasaan canggung sekaligus salah tingkah, terlebih saat sang suami menatapnya. "Tunggu sebentar di sini, ada yang ingin kutunjukkan padamu," ucap Saga. Lelaki itu beranjak meninggalkan istrinya. Tak lama, ia kembali lagi membawa sebuah album foto. Album foto itu ia tunjukkan pada Damay. "Ini adalah album foto masa kecilku. Aku ingin menunjukkan foto yang sangat berarti bagiku." Damay merasa tertarik dan mendekat ke Saga. Mereka membuka album itu bersama-sama. Halaman demi halaman memperlihatkan foto-foto dan momen-momen penting dalam kehidupan Saga. Ada foto ulang tahun, liburan keluarga, dan banyak momen kecil yang penuh kenangan. Saga berhenti pada sebuah foto. Foto yang menampilkan seorang anak laki-la