Part 69
"Mas, katakan padaku apa kamu yang sudah mencelakakan Saga?" tanya Nova tiba-tiba datang ke kantornya.Pria itu melepas pandangannya dari layar komputer. Ia menatap wanita itu dengan penuh tanya. "Apa maksudmu? Datang-datang langsung marah-marah?"Nova berdiri di depan meja Arif dengan wajah penuh kemarahan. "Jangan pura-pura tidak tahu, Mas! Kamu kan yang bikin Saga celaka? Mereka jadi menuduhku gara-gara ini!""Saga celaka? Oh anak si Biru yang penampilannya seperti berandalan itu?""Kamu tahu betul apa yang terjadi pada Saga. Karena masalah itu, aku justru dijadikan kambing hitam. Apakah ini semua memang rencanamu?"Arif mengerutkan dahi dan meletakkan pulpen yang dipegangnya di meja. Pria itu membuang napas kasar. "Bagus dong kalau begitu, bukankah itu yang kamu inginkan?""Ck! Justru gara-gara itu aku jadi makin jauh sama Mas Biru! Mas Biru menuduhku dia bahkan ingin me---"Tiba-tiba pria yang bernaPart 69BDamay tertawa kecil. "Hmmm jadi seperti itu ya?""Iya, senyummu juga bikin aku senang."Damay tertawa lagi sekarang ia sudah terbiasa kadang suaminya punya jurus jitu untuk membuatnya tersipu. Ia segera bangkit, mencium pipi suaminya dengan lembut dan berjalan menuju dapur.Damay mulai sibuk di dapur, mengolah bahan-bahan yang tersedia. Hatinya begitu riang mengolah ikan gurame juga sayur kangkung sesuai permintaan sang suami. Aroma bawang putih dan bumbu-bumbu lain untuk menumis di wajan, tercium begitu harum dan memenuhi dapur.Setelah selesai menghidangkan gurame asam manis dan tumis kangkung, Damay memanggil Saga dengan riang."Mas, makanannya sudah siap, ayo makan dulu!"Damay membangunkan Saga dan menundanya dengan lembut. Mereka berjalan bersama dengan langkah pelan."Mas, kalau ikan guramenya rasanya lezat dan mantap. Kamu harus siap-siap nambah ya!"Saga menjawab dengan sema
Part 70"Aaarghh perutkuuu ....!" erang Mega kesakitan.Guntur segera berhenti dan berbalik, melihat Mega terjatuh dengan tubuh tersungkur di lantai. Wajahnya tampak pucat dan kesakitan. Tanpa pikir panjang, Guntur berlari kembali ke arah Mega dan dengan cepat berjongkok di sampingnya."Mega, kamu baik-baik saja?" tanya Guntur cemas.Wanita itu tampak kesakitan, meremas perutnya dengan tangan. "Perutku... sangat sakit," ucapnya dengan suara lemah.Beberapa pengunjung mall saling berbisik dan beberapa yang lain meminta bantuan kepada pihak mall. Guntur mencoba menunda Mega dan menatapnya dengan rasa bersalah. "Aku minta maaf, Mega. Aku tidak bermaksud...," ucapnya dengan suara penuh penyesalan.Mega menatapnya nanar, rasanya ia ingin sekali maki-maki lelaki itu, tapi rasa sakit itu membuatnya tak mampu berbuat banyak.Sementara wanita yang bersama Guntur menatap mereka dari kejauhan dengan tatapan tak
Part 70BBu Siti berjalan tergopoh-gopoh usai turun dari ojek. Ia menggedor pintu rumah mewah itu dengan kencang."Damay! Saga! Buka pintunya, Nak!" teriak Bu Siti. Damay yang tengah merawat luka sang suami menoleh sejenak. "Mas, sepertinya ada orang di depan. Biar aku lihat dulu ya, Mas.""Jangan langsung buka pintu, lihat dulu dari tirai siapa yang datang!" ujar Saga."Iya, Mas."Damay membereskan kembali kotak P3K usai menempelkan perban baru pada suaminya itu.Ia berjalan ke depan membuka tirai jendela, melihat ibu tirinya mondar-mandir di teras. Damay segera membuka pintu."Bu? Ada apa? Ayo masuk dulu, Bu!" ajak Damay."Damay, Mega---""Ada apa dengan Mega, Bu?" Mendadak Bu Siti menangis ia terduduk di sofa. "Dari tadi pagi, dia gak pulang-pulang! Ibu takut terjadi sesuatu padanya. Karena dia sedang bermasalah dengan Guntur. Ibu khawatir, Damay ....""Mega pergi kemana
Part 71Hari selanjutnya ...."Alhamdulillah, luka kamu udah mulai kering, Mas," ujar Damay saat melepas perban itu. Ia juga mengompres lukanya dengan air hangat. "Iya, terima kasih, Sayang udah bantu merawatku.""Ini nanti mau dipakein perban lagi apa gak usah, Mas?""Gak usah Sayang, biar aja kering seperti itu.""Baiklah, aku olesin salep aja ya.""Iya."Dengan lembut, Damay mengoleskan salep ke luka Saga. Sètelah selesai, Saga mengenakan kaos singlet warna hitamnya."Aku mau treadmill dulu ya, Sayang." Saga bangkit berdiri."Lari-lari?""Hmm ... udah lama gak olah raga, badanku pada kaku gini.""Tapi lukamu ...""Gak apa-apa, pelan-pelan aja kok. Buat melatih fisikku lagi biar kuat kalau lagi sama kamu.""Ih, dasar kamu, Mas!" sahut Damay sambil tertawa pelan menyadari sang suami tengah menggodanya.Saga berjalan keluar kamar menuju ruang olah
Part 71bSaga menoleh sejenak, memberikan senyuman yang meyakinkan. "Tenang saja, Sayang. Aku akan berhati-hati. Ini juga bagian dari latihan tanganku."Perjalanan mereka terasa menyenangkan, dengan setiap detik menjadi lebih berharga. Saga dan Damay menikmati kebersamaan mereka, berbincang ringan sepanjang perjalanan. Mereka mampir di toko buah dan membeli parcel buah-buahan serta roti dan susu juga beberapa cemilan lainnya.Mereka sampai di Rumah Sakit.Damay dan Saga berjalan beriringan melewati koridor menuju ke ruang perawatan Mega. Ibu dan Mega tampak senang saat Damay dan Saga masuk ke dalam ruangan.Damay dan Saga mendekat, menyalami tangan Bu Siti. Lalu menaruh parcel buah itu di meja."Mas, Mbak, kalian datang? Kupikir sudah tidak ada yang peduli lagi sama aku," sambut Mega dengan suara bergetar.Damay tersenyum. "Gimana keadaanmu, Mega, apa sudah lebih baik?"Mega mengangguk. "Iya, Mbak, sud
Part 72"Ibu juga minta maaf sudah selalu merepotkan kalian. Ibu minta maaf ya, Damay, Saga ... Kalian memang anak-anak yang baik," ucap Bu Siti tiba-tiba dengan suara gemetar."Iya, Bu, sudah tidak apa-apa, Bu. Kami juga minta maaf kalau punya kesalahan."Bu Siti ikut menyeka air mata yang jatuh di pipinya. "Damay, meski kamu bukan anak kandung ibu, tapi terima kasih kamu tidak lupa sama kami. Bapak benar-benar hebat punya anak baik seperti kamu."Butiran bening yang sedari di tahan akhirnya luruh juga. Damay menangis penuh haru. Ia tak menyangka dari kejadian ini bisa mengambil hikmahnya. Ibu dan adik tirinya berubah menjadi lebih baik. Benar kata orang-orang, kita bisa mengambil pelajaran dan hikmah dari setiap masalah yang ada. Bukankah hal itu yang paling istimewa?Damay beralih memeluk ibu tirinya dengan sangat erat. Seolah menumpahkan perasaan sekaligus unek-unek yang selama ini mengganjal hatinya."Bu, tolong sa
Part 72b"Katakan saja, Bu.""Emmh, ini tentang masalah biaya perawatan Mega. Ibu kepikiran terus dari kemarin. Pastinya Guntur tidak mau bertanggung jawab. Padahal ibu sama sekali tak pegang uang, hanya sisa uang dari kamu buat makan sehari-hari, Nak. Ibu yakin biaya perawatan di sini pasti tidak sedikit."Damay menatap Saga sejenak. "Ibu gak usah khawatir, biar aku yang nanggung biaya perawatan Mega, nanti dibantu sama Pak Jerry. Yang penting Mega cepat pulih," ucap Saga tak ingin membuat mereka khawatir.Ibu tirinya terlihat sangat terharu dan mengangguk dengan penuh rasa syukur. "Terima kasih banyak, Nak. Ibu benar-benar tidak tahu harus bagaimana tanpa bantuanmu.""Iya, Bu, bukankah keluarga itu saling mendukung?"Ibu tirinya mengusap air mata yang mengalir di pipinya. "Ibu merasa sangat bersyukur memiliki kamu dan Saga. Semoga Mega cepat sembuh dan kita semua bisa melalui masa sulit ini bersama."***
Part 73"Pelakunya sudah ketemu? Si-siapa?""Saya akan bicara langsung sama Bos.""Baiklah, aku tunggu di sini.""Siap, Bos."Setelah panggilan berakhir, Saga mulai memikirkan berbagai kemungkinan tentang siapa pelakunya. Dia merasa cemas, tetapi juga lega mengetahui bahwa kasus ini akhirnya menemukan titik terang. "Ada apa, Mas? Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Damay membuyarkan lamunannya."Pak Tom sudah mengantongi info pelaku yang menusukku tempo hari."Damay menutup mulut saking terkejutnya. "Kira-kira siapa ya, Mas?""Entahlah.""Tapi syukurlah kalau memang pelakunya sudah ketemu. Dia harus dihukum karena sudah mencelakai suamiku."Saga mencapit hidung Damay dan tersenyum. "Benar, Sayang. Sekarang kita tinggal menunggu proses hukum berjalan."Damay mengangguk, masih terlihat khawatir. "Aku hanya ingin tahu siapa dia dan alasan di balik semua ini."Saga mer