Part 66
Dia duduk di samping tempat tidur, memeluk tangan suaminya dengan erat sambil berbisik, "Aku di sini, Mas. Aku di sini bersamamu."Tak ada sahutan apapun, Saga masih belum sadarkan diri, hanya terbaring lemah tak berdaya membuat hati Damay makin pilu.Damay mencium kening suaminya sembari membelai kepalanya pelan dengan tangan gemetar."Mas sayang, padahal aku punya kejutan untukmu. Tapi sekarang aku yang justru dikejutkan oleh kondisimu. Cepat sadar ya, Mas, cepat sembuh, aku akan tetap setia menunggumu, Mas."Damay terus membelai rambut Saga dengan lembut, butiran bening itu tak berhenti mengalir.Di luar ruangan, hujan mulai turun dengan deras, menciptakan suara gemericik yang lembut, seolah menambah suasana suram di ruangan rumah sakit. Damay merasa seakan semua cahaya di dunia ini meredup, menyisakan hanya bayangan kesedihan di dalam hatinya."Nak Damay ..." panggilan lembut ayah mertuanya membuatnya sadarPart 66b"Tugas sudah beres, saya minta pelunasan pembayarannya!" sergah sebuah suara di seberang telepon."Sudah kau pastikan bagaimana kondisinya?" timpal pria berkaca mata."Tentu, dia terluka parah.""Kau tidak memastikan dia masih hidup atau tidak?""Aaarrggh! Jangan banyak ba**t! Kau kan menyuruhku untuk melukainya saja bukan menghabisinya! Berikan bayaran yang kau janjikan sekarang, atau aku akan---""Tunggu, tunggu! Temui aku di Cafe. Ingat jangan sampe mencurigakan.""Oke!"Lelaki berjaket hitam itu segera bergegas menuju lokasi yang ditentukan, sebuah kafe yang terletak di sudut jalan. Sesampainya di sana, dia berhenti sejenak memperhatikan sekitar. Setelah merasa aman, dia masuk ke dalam kafe.Tak butuh waktu lama, tatapannya terpaku pada seorang pria berkacamata yang duduk di sudut dekat jendela, dengan secangkir kopi di meja di depannya. Pria itu tampak tenang dan sabar, seolah menunggu ked
Part 67"Kapan Pak Tua itu akan datang?" gumamnya bertanya sendiri sesekali melihat jam di ponselnya. "Sampai sore begini Pak Tua itu belum datang, mana aku gak boleh masuk sama pembantu belagu itu! Cih! Mentang-mentang aku sudah diusir dari rumah ini, para pembantu itu semena-mena terhadapku. Awas saja kalau aku berhasil rujuk dengan Pak Tua lagi. Akan kupecat semua yang ada di sini diganti dengan orang baru!" gerutunya lagi, masih kesal.Nova duduk di kursi teras yang empuk, menunggu dengan penuh harap. Saat ini, dia mengenakan dress selutut tanpa lengan yang menonjolkan kulit putih bersihnya, dengan make-up yang sempurna dan bibir merah menggoda.Tak berapa lama, mobil mewah berwarna silver memasuki halaman. Klakson mobil berbunyi, mengisi suasana senja yang sepi.Sopir mobil turun dan membuka bagasi, mengeluarkan kursi roda dengan hati-hati. Ia lalu membantu Pak Biru, sang majikan untuk duduk di kursi roda. Dengan hati-hati, ia mendo
Part 67bPak Biru tetap diam, tatapannya tetap tajam. Nova berbalik dan berjalan menjauh dengan langkah berat, meninggalkan Pak Biru dalam kebisuan penuh amarah.Setelah Nova menghilang dari pandangan Pak Biru, ia berusaha menenangkan diri. Keberanian Nova untuk bersumpah tidak cukup untuk mengubah keyakinannya. Ia tahu betul, Nova memiliki kemampuan untuk berbohong dengan sangat meyakinkan. Namun, saat ini, yang terpenting adalah keselamatan keluarga dan menemukan pelaku sebenarnya.Pak Biru memutuskan untuk segera menghubungi pihak berwajib. Ia menghubungi asisten Heri yang bertanggung jawab atas kasus penusukan Saga dan memberikan informasi yang ada padanya. Dalam percakapan itu, Pak Biru mengungkapkan kekhawatirannya bahwa Nova mungkin terlibat, meskipun ia tidak memiliki bukti yang kuat.Sementara itu, Nova kembali ke rumahnya dengan pikiran kacau. Ia merasa terpojok dan bingung. Selama ini, ia mungkin telah membuat banyak musuh, tetapi ia be
Part 68Tok tok tok .... terdengar suara pintu ruang perawatan itu diketuk. Tak lama pintu ruang perawatan terbuka, dan sosok yang sangat familiar muncul di ambang pintu.Wanita itu tersenyum dan berjalan mendekat sembari membawa parcel buah dan bingkisan. "Hai Saga, bagaimana keadaanmu?" tanyanya dengan ramah.Saga dan Damay agak shock melihat kedatangannya. "Tante Nova ..." "Ya, tante tahu dari ayahmu, makanya tante datang kesini. Bagaimana dengan perawatanmu? Sudah ada perkembangan?" sahut Nova yang sepertinya tahu apa yang mereka pikirkan."Aku baik-baik saja, cuma masih sedikit lemas," jawabnya datar. Damay, yang terlihat lebih tenang meski masih terkejut, berusaha mengalihkan perhatian. "Terima kasih sudah datang, Tante. Kami tidak menyangka Tante akan datang ke sini."Nova meletakkan parcel dan bingkisan di meja samping tempat istirahat Saga. "Aku hanya ingin memastikan kalau kamu mendapatkan pelayanan yang terb
Part 68bGuntur mencoba menenangkan suaranya, "Aku tahu ini semua tidak adil. Tapi, aku ingin kamu tahu, keputusan ini bukan karena aku tidak peduli. Aku benar-benar berharap kita bisa menemukan jalan terbaik, meskipun sulit."Mega terisak, "Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku sendirian, hamil, dan kamu ingin pergi begitu saja. Kau benar-benar jahat!""Sekali lagi maafkan aku, Mega, tapi aku harus tegaskan sekali lagi. Kita cerai.""Aisshh! Jangan hanya bicara pada telepon, temui aku sekarang juga! Dasar laki-laki pecundang!" pungkas Mega kesal. Mega menutup telepon dengan perasaan campur aduk. Ia tahu, keputusan ini bukanlah akhir dari segalanya, tetapi awal dari perjalanan baru yang harus ia jalani.Mega berteriak histeris sembari membuang ponselnya. Hatinya benar-benar hancur. Ia tak menyangka, hubungan dan pernikahan yang ia agung-agungkan dari awal justru berakhir perih.Mega duduk di tepi tempat tidur, kepala
Part 69"Mas, katakan padaku apa kamu yang sudah mencelakakan Saga?" tanya Nova tiba-tiba datang ke kantornya.Pria itu melepas pandangannya dari layar komputer. Ia menatap wanita itu dengan penuh tanya. "Apa maksudmu? Datang-datang langsung marah-marah?"Nova berdiri di depan meja Arif dengan wajah penuh kemarahan. "Jangan pura-pura tidak tahu, Mas! Kamu kan yang bikin Saga celaka? Mereka jadi menuduhku gara-gara ini!""Saga celaka? Oh anak si Biru yang penampilannya seperti berandalan itu?""Kamu tahu betul apa yang terjadi pada Saga. Karena masalah itu, aku justru dijadikan kambing hitam. Apakah ini semua memang rencanamu?"Arif mengerutkan dahi dan meletakkan pulpen yang dipegangnya di meja. Pria itu membuang napas kasar. "Bagus dong kalau begitu, bukankah itu yang kamu inginkan?""Ck! Justru gara-gara itu aku jadi makin jauh sama Mas Biru! Mas Biru menuduhku dia bahkan ingin me---"Tiba-tiba pria yang berna
Part 69BDamay tertawa kecil. "Hmmm jadi seperti itu ya?""Iya, senyummu juga bikin aku senang."Damay tertawa lagi sekarang ia sudah terbiasa kadang suaminya punya jurus jitu untuk membuatnya tersipu. Ia segera bangkit, mencium pipi suaminya dengan lembut dan berjalan menuju dapur.Damay mulai sibuk di dapur, mengolah bahan-bahan yang tersedia. Hatinya begitu riang mengolah ikan gurame juga sayur kangkung sesuai permintaan sang suami. Aroma bawang putih dan bumbu-bumbu lain untuk menumis di wajan, tercium begitu harum dan memenuhi dapur.Setelah selesai menghidangkan gurame asam manis dan tumis kangkung, Damay memanggil Saga dengan riang."Mas, makanannya sudah siap, ayo makan dulu!"Damay membangunkan Saga dan menundanya dengan lembut. Mereka berjalan bersama dengan langkah pelan."Mas, kalau ikan guramenya rasanya lezat dan mantap. Kamu harus siap-siap nambah ya!"Saga menjawab dengan sema
Part 70"Aaarghh perutkuuu ....!" erang Mega kesakitan.Guntur segera berhenti dan berbalik, melihat Mega terjatuh dengan tubuh tersungkur di lantai. Wajahnya tampak pucat dan kesakitan. Tanpa pikir panjang, Guntur berlari kembali ke arah Mega dan dengan cepat berjongkok di sampingnya."Mega, kamu baik-baik saja?" tanya Guntur cemas.Wanita itu tampak kesakitan, meremas perutnya dengan tangan. "Perutku... sangat sakit," ucapnya dengan suara lemah.Beberapa pengunjung mall saling berbisik dan beberapa yang lain meminta bantuan kepada pihak mall. Guntur mencoba menunda Mega dan menatapnya dengan rasa bersalah. "Aku minta maaf, Mega. Aku tidak bermaksud...," ucapnya dengan suara penuh penyesalan.Mega menatapnya nanar, rasanya ia ingin sekali maki-maki lelaki itu, tapi rasa sakit itu membuatnya tak mampu berbuat banyak.Sementara wanita yang bersama Guntur menatap mereka dari kejauhan dengan tatapan tak