Part 66b
"Tugas sudah beres, saya minta pelunasan pembayarannya!" sergah sebuah suara di seberang telepon."Sudah kau pastikan bagaimana kondisinya?" timpal pria berkaca mata."Tentu, dia terluka parah.""Kau tidak memastikan dia masih hidup atau tidak?""Aaarrggh! Jangan banyak ba**t! Kau kan menyuruhku untuk melukainya saja bukan menghabisinya! Berikan bayaran yang kau janjikan sekarang, atau aku akan---""Tunggu, tunggu! Temui aku di Cafe. Ingat jangan sampe mencurigakan.""Oke!"Lelaki berjaket hitam itu segera bergegas menuju lokasi yang ditentukan, sebuah kafe yang terletak di sudut jalan. Sesampainya di sana, dia berhenti sejenak memperhatikan sekitar. Setelah merasa aman, dia masuk ke dalam kafe.Tak butuh waktu lama, tatapannya terpaku pada seorang pria berkacamata yang duduk di sudut dekat jendela, dengan secangkir kopi di meja di depannya. Pria itu tampak tenang dan sabar, seolah menunggu kedPart 67"Kapan Pak Tua itu akan datang?" gumamnya bertanya sendiri sesekali melihat jam di ponselnya. "Sampai sore begini Pak Tua itu belum datang, mana aku gak boleh masuk sama pembantu belagu itu! Cih! Mentang-mentang aku sudah diusir dari rumah ini, para pembantu itu semena-mena terhadapku. Awas saja kalau aku berhasil rujuk dengan Pak Tua lagi. Akan kupecat semua yang ada di sini diganti dengan orang baru!" gerutunya lagi, masih kesal.Nova duduk di kursi teras yang empuk, menunggu dengan penuh harap. Saat ini, dia mengenakan dress selutut tanpa lengan yang menonjolkan kulit putih bersihnya, dengan make-up yang sempurna dan bibir merah menggoda.Tak berapa lama, mobil mewah berwarna silver memasuki halaman. Klakson mobil berbunyi, mengisi suasana senja yang sepi.Sopir mobil turun dan membuka bagasi, mengeluarkan kursi roda dengan hati-hati. Ia lalu membantu Pak Biru, sang majikan untuk duduk di kursi roda. Dengan hati-hati, ia mendo
Part 67bPak Biru tetap diam, tatapannya tetap tajam. Nova berbalik dan berjalan menjauh dengan langkah berat, meninggalkan Pak Biru dalam kebisuan penuh amarah.Setelah Nova menghilang dari pandangan Pak Biru, ia berusaha menenangkan diri. Keberanian Nova untuk bersumpah tidak cukup untuk mengubah keyakinannya. Ia tahu betul, Nova memiliki kemampuan untuk berbohong dengan sangat meyakinkan. Namun, saat ini, yang terpenting adalah keselamatan keluarga dan menemukan pelaku sebenarnya.Pak Biru memutuskan untuk segera menghubungi pihak berwajib. Ia menghubungi asisten Heri yang bertanggung jawab atas kasus penusukan Saga dan memberikan informasi yang ada padanya. Dalam percakapan itu, Pak Biru mengungkapkan kekhawatirannya bahwa Nova mungkin terlibat, meskipun ia tidak memiliki bukti yang kuat.Sementara itu, Nova kembali ke rumahnya dengan pikiran kacau. Ia merasa terpojok dan bingung. Selama ini, ia mungkin telah membuat banyak musuh, tetapi ia be
Part 68Tok tok tok .... terdengar suara pintu ruang perawatan itu diketuk. Tak lama pintu ruang perawatan terbuka, dan sosok yang sangat familiar muncul di ambang pintu.Wanita itu tersenyum dan berjalan mendekat sembari membawa parcel buah dan bingkisan. "Hai Saga, bagaimana keadaanmu?" tanyanya dengan ramah.Saga dan Damay agak shock melihat kedatangannya. "Tante Nova ..." "Ya, tante tahu dari ayahmu, makanya tante datang kesini. Bagaimana dengan perawatanmu? Sudah ada perkembangan?" sahut Nova yang sepertinya tahu apa yang mereka pikirkan."Aku baik-baik saja, cuma masih sedikit lemas," jawabnya datar. Damay, yang terlihat lebih tenang meski masih terkejut, berusaha mengalihkan perhatian. "Terima kasih sudah datang, Tante. Kami tidak menyangka Tante akan datang ke sini."Nova meletakkan parcel dan bingkisan di meja samping tempat istirahat Saga. "Aku hanya ingin memastikan kalau kamu mendapatkan pelayanan yang terb
Part 68bGuntur mencoba menenangkan suaranya, "Aku tahu ini semua tidak adil. Tapi, aku ingin kamu tahu, keputusan ini bukan karena aku tidak peduli. Aku benar-benar berharap kita bisa menemukan jalan terbaik, meskipun sulit."Mega terisak, "Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku sendirian, hamil, dan kamu ingin pergi begitu saja. Kau benar-benar jahat!""Sekali lagi maafkan aku, Mega, tapi aku harus tegaskan sekali lagi. Kita cerai.""Aisshh! Jangan hanya bicara pada telepon, temui aku sekarang juga! Dasar laki-laki pecundang!" pungkas Mega kesal. Mega menutup telepon dengan perasaan campur aduk. Ia tahu, keputusan ini bukanlah akhir dari segalanya, tetapi awal dari perjalanan baru yang harus ia jalani.Mega berteriak histeris sembari membuang ponselnya. Hatinya benar-benar hancur. Ia tak menyangka, hubungan dan pernikahan yang ia agung-agungkan dari awal justru berakhir perih.Mega duduk di tepi tempat tidur, kepala
Part 69"Mas, katakan padaku apa kamu yang sudah mencelakakan Saga?" tanya Nova tiba-tiba datang ke kantornya.Pria itu melepas pandangannya dari layar komputer. Ia menatap wanita itu dengan penuh tanya. "Apa maksudmu? Datang-datang langsung marah-marah?"Nova berdiri di depan meja Arif dengan wajah penuh kemarahan. "Jangan pura-pura tidak tahu, Mas! Kamu kan yang bikin Saga celaka? Mereka jadi menuduhku gara-gara ini!""Saga celaka? Oh anak si Biru yang penampilannya seperti berandalan itu?""Kamu tahu betul apa yang terjadi pada Saga. Karena masalah itu, aku justru dijadikan kambing hitam. Apakah ini semua memang rencanamu?"Arif mengerutkan dahi dan meletakkan pulpen yang dipegangnya di meja. Pria itu membuang napas kasar. "Bagus dong kalau begitu, bukankah itu yang kamu inginkan?""Ck! Justru gara-gara itu aku jadi makin jauh sama Mas Biru! Mas Biru menuduhku dia bahkan ingin me---"Tiba-tiba pria yang berna
Part 69BDamay tertawa kecil. "Hmmm jadi seperti itu ya?""Iya, senyummu juga bikin aku senang."Damay tertawa lagi sekarang ia sudah terbiasa kadang suaminya punya jurus jitu untuk membuatnya tersipu. Ia segera bangkit, mencium pipi suaminya dengan lembut dan berjalan menuju dapur.Damay mulai sibuk di dapur, mengolah bahan-bahan yang tersedia. Hatinya begitu riang mengolah ikan gurame juga sayur kangkung sesuai permintaan sang suami. Aroma bawang putih dan bumbu-bumbu lain untuk menumis di wajan, tercium begitu harum dan memenuhi dapur.Setelah selesai menghidangkan gurame asam manis dan tumis kangkung, Damay memanggil Saga dengan riang."Mas, makanannya sudah siap, ayo makan dulu!"Damay membangunkan Saga dan menundanya dengan lembut. Mereka berjalan bersama dengan langkah pelan."Mas, kalau ikan guramenya rasanya lezat dan mantap. Kamu harus siap-siap nambah ya!"Saga menjawab dengan sema
Part 70"Aaarghh perutkuuu ....!" erang Mega kesakitan.Guntur segera berhenti dan berbalik, melihat Mega terjatuh dengan tubuh tersungkur di lantai. Wajahnya tampak pucat dan kesakitan. Tanpa pikir panjang, Guntur berlari kembali ke arah Mega dan dengan cepat berjongkok di sampingnya."Mega, kamu baik-baik saja?" tanya Guntur cemas.Wanita itu tampak kesakitan, meremas perutnya dengan tangan. "Perutku... sangat sakit," ucapnya dengan suara lemah.Beberapa pengunjung mall saling berbisik dan beberapa yang lain meminta bantuan kepada pihak mall. Guntur mencoba menunda Mega dan menatapnya dengan rasa bersalah. "Aku minta maaf, Mega. Aku tidak bermaksud...," ucapnya dengan suara penuh penyesalan.Mega menatapnya nanar, rasanya ia ingin sekali maki-maki lelaki itu, tapi rasa sakit itu membuatnya tak mampu berbuat banyak.Sementara wanita yang bersama Guntur menatap mereka dari kejauhan dengan tatapan tak
Part 70BBu Siti berjalan tergopoh-gopoh usai turun dari ojek. Ia menggedor pintu rumah mewah itu dengan kencang."Damay! Saga! Buka pintunya, Nak!" teriak Bu Siti. Damay yang tengah merawat luka sang suami menoleh sejenak. "Mas, sepertinya ada orang di depan. Biar aku lihat dulu ya, Mas.""Jangan langsung buka pintu, lihat dulu dari tirai siapa yang datang!" ujar Saga."Iya, Mas."Damay membereskan kembali kotak P3K usai menempelkan perban baru pada suaminya itu.Ia berjalan ke depan membuka tirai jendela, melihat ibu tirinya mondar-mandir di teras. Damay segera membuka pintu."Bu? Ada apa? Ayo masuk dulu, Bu!" ajak Damay."Damay, Mega---""Ada apa dengan Mega, Bu?" Mendadak Bu Siti menangis ia terduduk di sofa. "Dari tadi pagi, dia gak pulang-pulang! Ibu takut terjadi sesuatu padanya. Karena dia sedang bermasalah dengan Guntur. Ibu khawatir, Damay ....""Mega pergi kemana
Setelah itu, aku duduk sebentar di bangku, perasaanku tetap hangat dari perhatian kamu. Kamu berdiri di depanku, matamu masih penuh dengan kasih sayang. Tanpa kata, kamu ambil botol air, lalu menyodorkannya padaku. "Minum dulu, jangan sampe dehidrasi," katamu sambil ngelirikku.Aku ambil botolnya, tapi mataku gak lepas dari kamu. Rasanya, setiap detik yang berlalu penuh makna. Kamu bukan cuma buat aku merasa nyaman, tapi kamu juga selalu bikin hari-hariku lebih berwarna."Kamu nggak pernah capek ngurusin aku, ya?" Aku bertanya, meskipun aku tahu jawabannya. Kamu cuma tersenyum lebar, senyuman yang paling aku sukai."Capek? Gak ada yang lebih menyenangkan selain ngurusin kamu. Kamu bikin aku bahagia, Mas," jawabmu, suara kamu serak, tapi tetap penuh rasa sayang."Terima kasih, Sayang, udah selalu ada," aku bisikin pelan.Kamu balas dengan tatapan lembut, senyum tipis. "Aku akan selalu ada, Mas. Ayo kita saling berjanji."
POV SAGA Matahari sore mulai meredup, meninggalkan semburat jingga di langit. Angin sepoi-sepoi mengayun dedaunan di taman, sementara langkah kita beriringan di sepanjang jalur setapak. Aku menggenggam tanganmu erat, sesekali melirik wajahmu yang tampak begitu ceria. "Kamu mau es krim?" tanyaku tiba-tiba. Mata kamu berbinar. "Mau!" jawabmu semangat. Aku terkekeh, lalu menarikmu menuju kios es krim di sudut taman. "Kamu mau rasa apa?" Kamu berpikir sebentar sebelum menjawab, "Coklat dan vanila aja, biar manis dan lembut seperti aku, Mas." Aku tertawa kecil dan memesankan es krim pilihanmu, sementara aku sendiri memilih rasa stroberi. Setelah menerima es krim, aku menyodorkannya padamu. "Ini buat kesayangan aku." Kamu mengambilnya dengan senyuman lebar, lalu menjilat es krim itu dengan wajah puas. "Hmm, enak banget!" Aku menatapmu sambil tersenyum. "Tapi masih ada ya
Malam itu, di rumah, Saga duduk di ruang keluarga bersama Damay. Rasa cemas tentang masa depan perusahaan masih menghantuinya. Damay duduk di sampingnya, memegang tangannya, berusaha memberikan kenyamanan. "Mas, kenapa?" "Tidak apa-apa, aku hanya berpikir bagaimana dengan nasib masa depan perusahaan, terlebih Ayah sudah menyerahkan semuanya padaku." "Jangan khawatir, Mas. Mas sudah melakukan yang terbaik," kata Damay lembut. Saga hanya menghela napas. Damay menatapnya dengan penuh pengertian. "Mas, kamu sudah berusaha, dan sekarang waktunya untuk bergerak maju. Ayah sudah membantu banyak, dan kamu akan mampu mengelola perusahaan itu dengan baik." Saga tersenyum tipis, berusaha menerima kenyataan yang ada. "Aku akan berusaha lebih keras lagi, Damay. Aku tidak ingin semua pengorbanan sia-sia." Keesokan harinya, Saga kembali ke kantor dengan semangat baru, siap menghadapi tantangan
Setelah keputusan pengadilan yang menghukum Aidan, Saga dan Damay akhirnya bisa bernapas lega. Namun, kebahagiaan mereka tak bertahan lama. Saga harus menghadapi kenyataan baru yang lebih berat: perusahaannya, yang telah dibangun dengan susah payah selama bertahun-tahun, berada di ambang kebangkrutan.Perusahaan yang dulu begitu megah kini mengalami kerugian besar akibat beberapa investasi yang gagal, manipulasi laporan dari dalam ditambah dengan pengaruh dari masalah yang menimpa Aidan. Saga tidak bisa menutup mata dari kenyataan bahwa banyak keputusan buruk yang terlanjur diambil, dan kini semuanya berujung pada masalah keuangan yang tak bisa dihindari.Saga duduk termenung di ruang kerjanya, mata terpaku pada layar komputer yang menampilkan laporan keuangan perusahaan. Kerugian yang terus menggunung dan semakin parah membuat hatinya terasa berat. Segala usaha yang dilakukan untuk membalikkan keadaan seolah sia-sia. Kini, kebangkrutan di ambang pintu, dan ia tahu
"Diana?" kata Saga dengan nada terkejut, mencoba menguasai emosinya.Diana berdiri di depannya, tanpa kata-kata lebih dulu. Wajahnya terlihat pucat, dan kedua tangannya gemetar saat ia meletakkan sebuah surat di atas meja Saga.“Aku tahu kamu pasti sudah tahu tentang Aidan,” kata Diana pelan, suara tergetar. “Tapi aku mohon, Saga, bebaskan dia. Aku sedang hamil anaknya. Aku tak ingin anak ini tumbuh tanpa seorang ayah.Saga terkejut, tapi ia segera menutupi rasa terkejutnya. Saga menatap Diana dengan tatapan kosong. Dia terdiam sejenak, seolah mencerna setiap kata yang keluar dari bibir Diana. Wajahnya berubah, tidak bisa menyembunyikan perasaan marah dan kecewa.“Aidan sudah membuat segalanya berantakan, Diana,” kata Saga, suaranya tegas. “Dia tak hanya menyusahkan dirimu, tapi juga aku dan keluarga kami. Kenapa kamu tidak melihat apa yang dia lakukan?”Diana menundukkan kepala, matanya mulai berkaca-kaca. “Aku tahu, aku tahu dia telah m
"Kamu pikir kamu bisa mengancamku begitu saja dan aku akan diam? Tidak, Aidan. Kalau kau ingin menantangku, aku akan buat kamu menyesal.""Hahaha! Tapi ingatlah ini Saga, sampai kapanpun aku tidak akan menyerah!" ucap Aidan setengah berteriak.Dengan wajah yang penuh amarah, Saga berbalik dan meninggalkan ruang interogasi.Di luar ruangan, Pak Tom menunggu, melihat bosnya dengan tatapan serius."Bagaimana, Mas Bos?" tanya Pak Tom, suara penuh kekhawatiran."Aku tak percaya dia melakukan ini. Tapi aku tak akan biarkan dia merusak apa yang sudah kumiliki."Pak Tom mengangguk. "Kami akan terus mengawasi perkembangannya, Bos."Dengan tatapan tajam, Saga melangkah keluar dari kantor polisi.*** Hari itu, Damay dan Saga akhirnya mendapatkan kabar baik. Setelah menunggu dengan penuh kecemasan, dokter akhirnya datang dengan senyum yang membawa harapan."Pak Saga, Bu Damay, kami sudah memeriksa kondisi
Saga berdiri di belakangnya, menatap Damay dengan penuh kasih. "Kita sudah melalui banyak hal, Sayang. Tapi kita kuat. Kita akan melindungi Rain, apapun yang terjadi."Damay menoleh, menatap suaminya dengan penuh rasa terima kasih. "Terima kasih, Mas. Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan tanpa kamu."Saga merangkulnya dari belakang, menguatkan Damay. "Aku selalu di sini, Sayang. Kita sudah melalui masa-masa sulit, tapi kita tidak akan pernah terpisah. Kita akan membangun masa depan yang lebih baik."Damay mengangguk, meresapi setiap kata yang keluar dari mulut suaminya. Di tengah segala kekacauan yang mereka hadapi, mereka masih bisa menemukan kedamaian bersama, di sisi anak mereka yang tercinta.Dengan pelukan itu, Damay merasa aman. Meskipun dunia di luar sana penuh ancaman, di sini, dalam pelukan suaminya, semuanya terasa baik-baik saja.Tak berapa lama Baby Rain terbangun dan menangis dengan suara nyaring. Tanpa berpikir panjang, Da
Saga merebahkan tubuhnya di tempat tidur hotel seraya menghela napas panjang. Damay menatapnya merasa iba karena sang suami terlihat sangat kelelahan usai hari yang begitu kacau terlewati. “Mas capek banget ya?” “Iya, Sayang. Tapi tidak apa-apa, asalkan kamu dan Rain selamat, aku sudah lega.” Damay mendekat kea rah sang suami lalu memijat lengannya pelan. Saga terpaksa membuka mata. “Sayang, jangan seperti ini, kamu juga harus istirahat. Kamu kan sudah mengalami hal yang buruk.” “Tidak apa-apa, Mas, aku sudah jauh lebih baik setelah istirahat beberapa jam di sini.” Saga memiringkan tubuhnya menatap Damay. “Aku kangen anak kita, Mas.” “Hmm … aku paham perasaanmu. Kamu yang sabar ya, di sana juga Pak Tom sedang mengurus masalah. Dia juga butuh istirahat. Jadi mala mini kita istirahat dulu di sini ya! Besok baru bisa pulang.” Damay mengangguk. Mau tak mau ia menuruti
Namun, hal itu tidak pernah menghalangi niatnya. Bagi Aidan, apapun bisa dibeli dengan uang dan kekuasaan. Dengan tangan yang sedikit gemetar, Aidan menjawab panggilan dari Diana."Halo, Mas Aidan... Kamu di mana?" suara Diana terdengar cemas, namun Aidan hanya mendengus kecil, tidak tertarik."Aku sibuk. Jangan ganggu aku lagi," jawabnya dingin."Tunggu, Mas Aidan! Hari ini kamu pulang kan? Ada yang ingin kubicarakan denganmu. Ini sangat penting!""Hmmm ...." sahutnya lalu menutup panggilan itu tanpa memberikan kesempatan bagi Diana untuk berbicara lebih banyak.Aidan memasukkan ponselnya ke dalam saku jaket, sebelum berangkat, ia menyempatkan diri untuk menyeduh kopi, seraya menyalakan televisi. Karena penerbangannya masih 1 jam lagi.Ia duduk matanya terfokus pada layar televisi yang menampilkan berita terkini.Berita tersebut mengabarkan tentang penggerebekan besar-besaran di Bandara Juanda, di mana beberapa ana