Share

Bab 43a

Mataku belum lepas dari punggung lelaki yang dulu selalu dijadikan sandaran ketika aku lelah. Sampai akhirnya punggung kokoh itu menghilang seiring keluarnya ia dari area pengadilan agama.

"Ra."

Sebuah suara membuatku langsung menoleh ke arahnya.

"Ya." Aku menanggapi singkat dengan senyum tipis di bibir.

"Pulang, yuk," ajak Hanan. Ia berdiri tepat di belakang kursi aku terduduk. Tak jauh darinya, ada kedua orang tuaku yang juga sedang menungguku.

"Ayo. Ilham juga pasti sudah menunggu," timpalku seraya bangkit dari kursi.

Hanan mengangguk lalu berbalik. Berjalan lebih dulu menuju luar gedung. Diikuti olehku dan kedua orang tuaku yang berjalan di belakang.

Sampai di parkiran, aku dan kedua orang tuaku langsung masuk ke dalam mobil. Sementara Hanan sudah ada di belakang kemudi.

Tak banyak cerita yang mengalun selama di perjalanan. Nampaknya, suasana haru dan sedih masih menyelimuti orang-orang di sekelilingku. Bagaimana tidak, orang tua mana yang tidak sedih menerima kenyataan ki
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status