"Ternyata separah itu.... ""Ya, ini soal kepercayaan, Mith, aku tidak perlu memperjelasnya karena aku yakin kamu yang lebih tahu masalah ini, sekali lagi, aku bukannya tidak percaya sama kamu dan Rei, aku percaya, tapi rasa percaya juga tidak bisa menjadi bukti kalau tidak ada hal yang jelas untuk memperkuat, karena kita bicara di depan orang yang kita tidak kenal dekat, berbeda seperti kita, yang sudah saling kenal lama, kita tidak perlu bukti karena kita tahu karakter kita satu sama lain."Ahmad mencoba untuk memperjelas ucapannya, karena tidak nyaman jika Mitha menganggapnya tidak bisa lagi percaya dengan perempuan itu dan juga Rei. "Iya, aku paham kok, aku enggak nyalahin kamu, aku cuma enggak habis pikir apa yang direncanakan dengan Lyoudra sampai ia jadi nekat melakukan hal itu.""Dan perempuan tadi? Dia mantan Jee yang marah sama kamu?""Kamu tau?""Kebetulan, dia tinggal di Jakarta juga, tapi memiliki rumah di sini pula, anak orang kaya yang bisa melakukan apapun untuk men
Orang itu terus bicara untuk menjelaskan apa yang harus mereka lakukan untuk bisa menemukan Kenriki dan juga Laura lewat pembicaraan yang ia dengar dari Mitha dan juga Rei, dan setelah informasi sudah lengkap, ia segera menyelinap pergi dan Mitha sempat melihat bayangannya, hingga perempuan itu bangkit dari tempat duduknya dan berusaha mengejar orang yang mengawasi mereka, namun terlambat, orang itu sudah menghilang dan Mitha tidak menemukan apa-apa. "Ada apa?" tanya Rei ketika ia ikut bangkit dari tempat duduk dan memperhatikan koridor rumah sakit yang tidak terlihat sesuatu yang mencurigakan di matanya. "Aku tadi melihat seseorang mengawasi kita, tapi aku enggak lihat siapa-siapa sekarang.""Mungkin lu salah lihat."Mitha mengedikkan kedua bahunya. Antara percaya dan tidak dengan apa yang dikatakan oleh Rei, karena ia yakin tidak sedang salah melihat, namun jika ia bersikeras, ia juga tidak bisa membuktikan kalau apa yang ia rasakan itu benar. Alhasil, Rei tidak bisa mencegah Mit
Mendengar apa yang dikatakan oleh temannya, Combro memperhatikan perempuan yang bersama pria dengan motor yang macet tersebut. "Ya, kagak perlu turun dari mobil, kita buat dia jatuh ke anak sungai, bersiap!" katanya sembari memperhatikan situasi di sekitar tempat itu. Sepi, karena kiri dan kanan jalan hutan lantaran bagian pemukiman sudah terlewati. Melihat situasi yang cukup mendukung untuk melaksanakan niat, Combro langsung beraksi. Dengan kekuatan mobil yang berbeda dari mobil yang lain, ia segera menyetir mepet ke arah Mitha yang sedang setengah mati membantu Rei mendorong motor. Rei yang memperhatikan mobil Combro bergerak ke arah mereka berusaha untuk memberikan jalan agar mobil itu cepat mendahului. Namun, semakin diberikan jalan, semakin curiga Rei, bahwa orang di dalam mobil itu bukan ingin lewat tapi justru ingin mengerjai mereka. "Mitha, awas!!"Rei spontan melepaskan pegangan tangannya pada motornya sendiri ketika mobil itu bergerak ingin menyenggol Mitha yang berdiri
"Ken, aku tahu ini berat buat kamu, tapi, aku yakin ini ada hikmahnya, kamu enggak sendiri, ada aku, kita hadapi kesulitan ini bersama, ya?" Suara Laura terdengar, dan Kenriki langsung mengarahkan pandangannya pada sang istri."Kalau mereka mendapatkan rumah ini, kita tidak akan bisa melakukan perlawanan, aku benar-benar pria yang tidak bisa diandalkan, melindungi kamu saja aku tidak becus, aku tidak bisa bertarung sama sekali."Laura memeluk tubuh Kenriki untuk membuat perasaan suaminya itu sedikit lega karena ia merasakan sang suami lagi-lagi terlihat terguncang karena dihadapkan situasi sulit mereka berkali-kali."Jangan ngomong gitu, mungkin kamu enggak bisa bertarung, tapi kamu bisa melindungi aku dengan cara yang lain.""Dengan cara apa?""Berterus terang dengan orang tua kamu tentang apa yang sudah terjadi pada kamu hingga kamu menderita trauma parah seperti itu."Kenriki menghela napas panjang mendengar apa yang diucapkan oleh sang istri. Ditatapnya Laura dengan sorot mata ya
"Ya!"Laura kembali memeluk suaminya ketika Kenriki menjawab demikian pertanyaan yang tadi dilontarkannya.Kedua tangannya mengusap kembali punggung suaminya, berharap suaminya tidak terpuruk meskipun apa yang baru saja diceritakan oleh Kenriki benar-benar membuat Laura terguncang jika boleh ia jujur. Kenriki mengalami kejadian seburuk itu, pantas saja ia menderita trauma yang sangat parah dan sulit untuk disembuhkan andai saja ia tidak bertemu dengan pria tersebut."Laura, masih belum terlambat kalau kau ingin memilih Pasha daripada aku. Meskipun dia juga mengalami trauma, tapi dia lebih baik masa depannya dibandingkan aku. Aku khawatir, kau justru membuat hidupmu sendiri sengsara karena kondisiku yang seperti ini...."Kenriki bicara demikian dan Laura spontan melepaskan pelukannya di tubuh sang suami.Ditatapnya Kenriki dengan sorot mata yang benar-benar terlihat tidak suka dengan apa yang baru saja diucapkan oleh pria tersebut."Kamu enggak perlu mendahului kuasa Tuhan, mereka mem
Terdengar suara ketukan di daun pintu. Kenriki dan Laura sama-sama terkejut hingga Kenriki ingin mengurungkan niatnya untuk memasuki istrinya di bawah sana.Namun ketika Kenriki bergerak turun dari atas tubuh istrinya, Laura menahan."Kamu mau ke mana?" tanyanya dengan suara perlahan, khawatir yang di luar sana mendengar suaranya."Ada orang, siapa tahu itu Mitha sama temannya.""Itu belum tentu, gimana kalau mereka orang-orang yang mengejar kita? Mereka orang-orang Erna atau orang-orang Kak Lyoudra dengan rentenir itu?""Jadi?""Teruskan aja, kamu tega bikin aku tergantung perasaan kaya gini?"Astaga! Ada apa aku ini? Kenapa aku semakin berubah menjadi wanita yang tidak tahu malu? Aku menginginkan Kenriki tidak berhenti untuk melakukan penyatuan kami, apakah aku benar-benar berubah menjadi wanita yang haus seperti Kak Lyoudra? Tapi, gatel dengan suami sendiri itu berpahala, kan?Ucapan Laura diteruskan perempuan itu di dalam hati. Sebenarnya sekarang ia merasa malu, meminta seperti i
"Siapa?" Suara Laura terdengar dan membuat Kenriki langsung berbalik ke arah asal suara di mana istrinya yang baru selesai mandi berdiri tidak jauh darinya."Aku tidak kenal, tapi bukan Mitha dan temannya.""Mereka orang-orang yang mengejar kita, enggak usah dibuka, kamu mau mandi?""Apa mereka bisa mendobrak pintu rumah ini?"Kenriki bertanya demikian pada sang istri dengan wajah tegang. "Semoga aja enggak, kamu kalau mau mandi enggak papa, aku yang berjaga-jaga."Meskipun mandi disaat situasi tegang tidak seharusnya dilakukan, Kenriki juga tidak akan mau setelah melakukan hubungan intim tidak membersihkan diri. Terpaksa, pria itu bergegas ke kamar mandi dan berusaha untuk melakukan pergerakan se-pelan mungkin agar tidak membuat semua yang ada di luar curiga kalau ada orang di dalam tapi pintu tidak dibuka.Keributan yang dilakukan oleh Combro dan teman-temannya di luar rumah di mana Laura dan Kenriki tinggal makin lama semakin meningkat. Combro yang memakai mobil dan bisa menaklu
Laura ingin berlari mendekati suaminya yang tergeletak di tanah setelah dibanting oleh Combro. Namun, kedua tangannya ditarik oleh teman-teman Combro hingga perempuan itu tidak bisa melakukan apapun untuk melihat keadaan sang suami. Ia bahkan dipaksa untuk masuk mobil oleh teman-temannya Combro meskipun RT dan warga setempat berusaha untuk mencegah tapi tetap saja Combro dan teman-temannya bukan pria yang mudah ditaklukkan karena rata-rata mereka pandai bertarung.Ketika Laura masih berjuang agar tidak masuk ke mobil, tiba-tiba saja sebuah tangan menarik tangan teman Combro yang memegang tangan Laura. Dan dalam satu tarikan, tangan itu menyentakkan tubuh orang yang menarik tangan Laura hingga ia terbanting ke tanah seperti halnya Combro yang melakukan hal itu pada Kenriki.Tidak hanya satu orang saja yang diperlakukan oleh orang tersebut demikian, teman Combro yang lain juga diperlakukan hal serupa pada pria yang memegang Laura dan seperti yang pertama, yang kedua juga dibanting oleh
"Iya, kamu benar, aku juga berharap seperti itu, lagipula apa yang bisa kita takutkan? Anak ini anak kita, dites berapa kali juga tetap saja anak kita."Kenriki menarik napas lega mendengar ucapan sang istri, artinya istrinya tidak lagi merasa tertekan karena situasi yang baru saja mereka alami. Genggaman tangannya di telapak tangan istrinya semakin erat seolah menegaskan, ia tidak akan meninggalkan istrinya apapun keadaannya nanti di masa depan. "Aku tadi sedikit terkejut mendengar kata-kata kamu tadi pada Kak Lyoudra, seperti bukan kamu, tapi aku tahu kamu melakukan itu karena kamu ingin membuat kakakmu sadar sudah terlalu berlebihan pada kita."Kenriki bicara, dan Laura tersenyum tipis mendengarnya."Kamu juga, enggak seperti biasanya, merespon perkataan dia yang tadi, aku cuma mengimbangi, karena kurasa kamu sedang merencanakan sesuatu jadi aku hanya ikut saja meskipun aku tidak tahu apa yang sebenarnya kamu rencanakan.""Istri cerdas. Terima kasih, dan semoga saja itu membuat K
Telapak tangan Laura mengepal mendengar apa yang diucapkan oleh sang kakak, jika tadi ia berniat untuk diam saja tanpa ingin ikut campur apa yang mungkin menjadi rencana Kenriki, sekarang, Laura sudah hilang kesabaran. Mungkin Kenriki yang merespon cemoohan kakaknya itu benar kakaknya memang harus sekali-kali dijawab dengan sombong agar perempuan itu juga bisa menghargai ia dan suaminya mulai sekarang."Untuk Kenriki, aku memang menanggalkan semua perasaan malu atau pasifku selama ini, Kak! Kalau aku tidak berinisiatif untuk menyentuhnya, dengan berbagai cara, aku tidak akan membuat dia bisa disentuh, mungkin selamanya dia tetap menjadi suami tak tersentuh, jadi untuk sebuah hal yang mendesak, aku memang tidak seperti Laura yang biasanya, tapi bukankah itu baik? Aku agresif pada suamiku sendiri!"Kenriki dan juga Lyoudra dibuat kaget ketika tiba-tiba saja, Laura bicara seperti itu pada Lyoudra. Apalagi Lyoudra, ia terlihat tidak hanya kaget, tapi juga merasa marah karena wajahnya jadi
"Kamu serius?" tanya Kenriki saat usai mendengar harapan sang istri.Laura mengangguk, dan Kenriki tersenyum melihat anggukan kepala istrinya."Kau tidak malu kalau ada yang bilang aku aneh karena aku yang seperti itu?" Kembali Kenriki melontarkan pertanyaan, dan Laura memeluk tubuh Kenriki yang masih polos seolah meyakinkan apa yang ia putuskan benar -benar sebuah harapan yang ia inginkan."Tapi, kalau aku ingin kamu seperti itu, aku pasti akan membuat kamu tersiksa, jadi semua aku kembalikan sama kamu, di luar dari pada itu tentu saja kamu yang sehat adalah sebuah harapan untukku, keinginan aku itu hanya sebuah keinginan bahwa aku tidak rela ada perempuan lain yang merebut kamu dariku."Laura bicara sambil memeluk suaminya, dan Kenriki balas memeluk sang istri sambil sesekali mengecup kening istrinya seolah menegaskan bahwa ia senang dengan apa yang diucapkan oleh Laura padanya."Sebenarnya, apa yang kamu harapkan itu pernah aku pikirkan sebelumnya....""Benarkah? Kau juga berharap
Kenriki gugup, hingga hal itu membuat dirinya langsung menangkap tangan istrinya lalu ia membalikkan tubuhnya ke arah sang istri. "Apa yang kau lakukan?" tanyanya seperti orang bodoh dengan jantung yang berdebar kencang. Padahal, mereka sudah sering melakukan hal yang sangat intim namun tetap saja Kenriki seperti baru berdekatan dengan sang istri dengan perasaan dan hati yang tidak tenang, disertai debaran jantung yang juga tidak bisa membuat dirinya rileks."Melakukan tugas yang harus aku lakukan...."Laura menjawab dengan wajah yang merona, dan Kenriki geleng-geleng kepala mendengar hal itu. "Tidak perlu memaksakan diri, kamu tertekan dengan situasi sekarang yang tidak memungkinkan kita untuk -""Riki! Laura! Kalian di dalam?"Tiba-tiba saja, suara Tante Keisya terdengar, memotong ucapan Kenriki yang tadi sudah separuh kalimat. "Ya! Ada apa, Mi!" sahut Kenriki dengan suara sedikit terbata lantaran terkejut ibunya tiba-tiba berteriak. "Mami mau nyusul Papi dulu, ada yang harus k
"Soal apa itu?" tanya Kenriki dengan wajah yang terlihat tegang. Tidak ingin melihat istrinya khawatir seperti itu.Mendengar pertanyaan Kenriki, Laura bukannya langsung menjawab, perempuan itu mengalihkan pandangannya ke arah lain menghindari tatapan mata suaminya yang sedang menatapnya dengan sorot mata yang tajam karena khawatir dengan apa yang diucapkannya tadi."Sayang, kenapa tidak bicara? Kamu khawatir soal apa? Apakah karena obat itu, Erna menekan kamu?" tanya Kenriki lagi dan pertanyaan keduanya kini membuat Laura menatapnya sesaat dengan wajah yang terlihat sedikit salah tingkah. Membuat Kenriki semakin penasaran."Wajahmu merah, apakah yang kau khawatirkan itu bukan hal yang berbahaya tapi.....""Ah! Tidak! Aduh, gimana ya, ngomongnya, aku enggak tahu, apakah aku harus percaya atau tidak, tapi mungkin untuk masalah ini, kita bisa konsultasikan pada Dokter Linda kalau kita sudah punya uang.""Sampai harus konsultasi? Memangnya ada apa? Apa yang dikatakan Erna padamu?" Kenr
"Ya.""Kamu serius?""Serius, tapi, bukannya kamu sekarang enggak suka lagi sama aku? Percuma aja, kan? Lupakan aja.""Aku selalu suka sama kamu, Erna, meskipun kamu tidak menyukaiku karena di hatimu hanya ada Riki, tapi buat aku kamu tetap seseorang yang aku sukai.""Kenapa? Aku sudah banyak membuat kesalahan, aku bikin hidup Kenriki rusak, aku juga membuat perusahaan orang tuanya bangkrut, aku, ah! Kamu akan malu kalau kamu bersama dengan aku.""Asalkan kamu berubah, aku tidak akan malu, kamu sudah menyerahkan obat penawar itu pada Riki, artinya, kamu sudah berubah dan sadar kesalahan, sekarang, tiba waktunya kamu belajar melupakan dia, karena masih ada seseorang yang tulus untuk kamu."Erna bungkam. Perasaan dan hatinya bergejolak, rasanya sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata, sampai akhirnya...."Kalau begitu, apakah sekarang kita jadian?" tanya Erna sambil berpaling dan menatap wajah Sakti dengan sorot mata penuh arti."Asalkan kamu berjanji untuk merelakan Riki dengan Laura.
Keterkejutan Sakti membuat pria itu mendorong spontan Erna. Dan itu membuat tubuh Erna tersentak ke belakang. Ini membuat Erna memalingkan wajahnya sendiri karena merasa wajahnya memanas, dan ia khawatir wajahnya menjadi merah dan Sakti melihat hal itu.Erna tidak tahu, bahwa, kondisi wajahnya itu juga dialami oleh Sakti. Wajah Sakti juga merah dan saat ini pria itu juga sedang memalingkan wajahnya ke arah samping seperti halnya Erna. Untuk beberapa saat, mereka saling diam, sampai akhirnya, Sakti yang berdehem beberapa kali agar situasi canggung mereka bisa musnah."Kenapa kau melakukan itu?" Cara bicara Sakti berubah kembali menjadi memakai aku dan kamu meskipun tadi sudah tidak lagi walaupun Erna meminta hal itu dilakukannya. Erna berpaling mendengar pertanyaan tersebut, terutama karena Sakti jadi merubah cara bicaranya seperti yang tadi diinginkannya."Ternyata benar...."Jawaban yang diberikan oleh Erna tidak membuat Sakti puas, bahkan bingung apa yang sebenarnya dimaksud oleh
Sebuah mobil nyaris menabrak Erna hingga pemilik mobil itu menghentikan mobilnya secara mendadak. Bunyi decit ban beradu keras dengan aspal jalan terdengar memekakkan telinga tatkala mobil itu berusaha untuk mencegah kecelakaan terjadi. Mobil itu memang tidak menabrak Erna, namun cukup membuat pengemudi mobil shock karena insiden tersebut lalu ia segera keluar dari mobilnya untuk mendamprat Erna, karena berjalan tanpa melihat situasi kondisi.Akan tetapi, ketika ia keluar dan menghampiri Erna yang berdiri mematung seperti orang bodoh di tempatnya, pemilik mobil itu terkejut saat melihat siapa yang baru saja ingin ditabraknya."Erna!" katanya, sambil menarik tangan perempuan itu untuk menyingkir dari depan mobilnya.Erna mengangkat wajahnya, dan menatap pemilik mobil yang tidak lain adalah Sakti itu dengan senyum kecut terukir di bibirnya. "Kenapa enggak ditabrak sekalian? Aku nunggu, lho...."Mendengar apa yang diucapkan oleh Erna, Sakti semakin terkejut karena terlihat sekali Erna
Erna tersenyum kecut mendengar ancaman yang diucapkan oleh Laura padanya. Wajahnya tidak berubah sama sekali ekspresinya, meskipun sebenarnya wanita itu tidak suka mendengar apa yang diucapkan oleh Laura tadi padanya."Jadi, kau tetap kukuh mendukung Riki untuk tidak mau memilih salah satu tawaran yang aku berikan padanya?" tanya Erna beberapa saat kemudian."Ya.""Bagaimana kalau nanti resiko dari apa yang diputuskan Kenriki terjadi padanya, kau tidak bisa puas dengan dia secara batin karena dia sudah hilang keperkasaan, apakah kau akan meninggalkan dia?""Tidak, karena aku mencintai dia dengan tulus tanpa mengharapkan balasan apapun, meskipun keadaan dia tidak lagi sempurna sebagai seorang pria, aku tetap tidak akan meninggalkannya.""Kau bisa bicara seperti itu karena belum merasakan berpuasa tanpa melakukan hubungan intim, Laura, aku yakin setelah itu juga kau tidak akan kuat menjalani semuanya, dan pernikahan kalian akan berantakan hingga membuat Kenriki terpuruk semakin dalam."